I. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang
sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang
lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum). Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum
pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan
masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau
dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf
kebugaran sehingga terjaga produktivitas penduduk
Pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya penyediaan air bersih yang layak sangat
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Air merupakan
kebutuhan pokok setiap manusia, sehingga perlu dijaga kuantitas, kualitas, kontinyuitas, dan
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebagian masyarakat kita masih mengadalkan
sumber air yang dipakai secara bersama (komunal) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara
kuantitas, kontinyuitas dan akses masih terpenuhi, namun secara kualitas belum sesuai standar
yang diamanatkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 tentang Kualitas
air bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan Nonor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas
air minum, sehingga diperlukan upaya agar air yang dikonsumsi masyarakat terjaga kualitasnya
Masalah terkait air bersih, sanitasi, kebersihan dan kesehatan lingkungan seperti
dilaporkan oleh lembaga World Health Organization (WHO) bahwa secara global, kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui air, sanitasi dan higiene mencapai 58% sampai
88%.Lebih lanjut secara global dilaporkan bahwa diare merupakan penyebab kematian terbesar
yaitu 1,5 juta jiwa/tahun (2012).
Dampak dari buruknya air dan sanitasi memengaruhi perkembangan dan kelangsungan
hidup anak-anak yang sudah rentan dan termarginalisasi. Setiap jam, ada 15 sampai 22 anak di
Indonesia yang meninggal akibat diare dan pneumonia yang sangat bisa dihindari dengan perilaku
bersih yang didukung oleh air dan sanitasi yang baik. UNICEF telah melaporkan bahwa
kekurangan gizi menyumbang sepertiga dari kematian anak di dunia. 50% dari malnutrisi yang
berhubungan dengan diare berulang atau infeksi cacing usus karena masalah terkait air bersih,
akses sanitasi dan / atau perilaku yang tidak bersih.
Menurut WHO. Ada bukti yang berkembang bahwa air tidak aman, sanitasi dan praktek
kebersihan yang buruk, berhubungan dengan kurang gizi pada anak-anak, yang berarti bahwa
anakanak tidak sepenuhnya berkembang dengan potensi penuh mereka, karena diare mengurangi
asupan nutrisi dalam tubuh mereka sementara sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus
melawan patogen dan mengurangi sumber daya untuk kebutuhan pertumbuhan. Kondisi ini, ketika
anak-anak lebih pendek untuk usia mereka, disebut stunting. Di Indonesia, 36,4% dari anak-anak
berusia di bawah 5 tahun yang terhambat, hampir 9 juta anak, yang mencerminkan kekurangan
gizi kronis (Reskesdas, 2013).
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang terdiri dari pengelola dan pemakai air yang
peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan seluruh warga, yang di harapkan mampu merencanakan, mengelola Sarana air bersih,
menganalisa masalah sehingga mampu melakukan treatment sederhana pada air yang bermasalah
serta mandiri dan mampu termotivasi untuk memelihara sarana yang ada untuk mencukupi
kebutuhan air bersih di masyarakat secara layak dan sehat
II. LATAR BELAKANG
Menurut WHO. Ada bukti yang berkembang bahwa air tidak aman, sanitasi dan praktek
kebersihan yang buruk, berhubungan dengan kurang gizi pada anak-anak, yang berarti bahwa anakanak
tidak sepenuhnya berkembang dengan potensi penuh mereka, karena diare mengurangi asupan nutrisi
dalam tubuh mereka sementara sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus melawan patogen dan
mengurangi sumber daya untuk kebutuhan pertumbuhan. Kondisi ini, ketika anak-anak lebih pendek
untuk usia mereka, disebut stunting. Di Indonesia, 36,4% dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang
terhambat, hampir 9 juta anak, yang mencerminkan kekurangan gizi kronis (Reskesdas, 2013).
Masih banyaknya penduduk Tengaran yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk termasuk akses
air bersih yang layak.
III. TUJUAN
1. Mampu mengelola Sarana air bersih, menganalisa masalah sehingga mampu melakukan
treatment sederhana pada air yang bermasalah
2. Mandiri dan mampu termotivasi untuk memelihara sarana yang ada.
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan Pengamanan Sarana air bersih
4. Membuat rencana pengamanan air bersih , mengidentifikasi resiko pencemaran dan
hambatan
5. Melalukan Perlindungan daerah tangkapan air
IV. WAKTU
V. TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan Dilaksanakan di Aula Puskesmas Tengaran
VI. PESERTA
Peserta pertemuan Bimtek adalah 20 orang yang terdiri dari pengurus POKMAIR dan petugas
Puskesmas
I. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya penyediaan air bersih yang layak sangat
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Air merupakan kebutuhan
pokok setiap manusia, sehingga perlu dijaga kuantitas, kualitas, kontinyuitas, dan dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Sebagian masyarakat kita masih mengadalkan sumber air yang dipakai
secara bersama (komunal) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara kuantitas, kontinyuitas dan
akses masih terpenuhi, namun secara kualitas belum sesuai standar yang diamanatkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 tentang Kualitas air bersih dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nonor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, sehingga
diperlukan upaya agar air yang dikonsumsi masyarakat terjaga kualitasnya
Masalah terkait air bersih, sanitasi, kebersihan dan kesehatan lingkungan seperti dilaporkan
oleh lembaga World Health Organization (WHO) bahwa secara global, kematian yang disebabkan oleh
penyakit yang ditularkan melalui air, sanitasi dan higiene mencapai 58% sampai 88%.Lebih lanjut
secara global dilaporkan bahwa diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1,5 juta jiwa/tahun
(2012).
Dampak dari buruknya air dan sanitasi memengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup
anak-anak yang sudah rentan dan termarginalisasi. Setiap jam, ada 15 sampai 22 anak di Indonesia
yang meninggal akibat diare dan pneumonia yang sangat bisa dihindari dengan perilaku bersih yang
didukung oleh air dan sanitasi yang baik. UNICEF telah melaporkan bahwa kekurangan gizi
menyumbang sepertiga dari kematian anak di dunia. 50% dari malnutrisi yang berhubungan dengan
diare berulang atau infeksi cacing usus karena masalah terkait air bersih, akses sanitasi dan / atau
perilaku yang tidak bersih.
II. PESERTA
Pesrta adalah 20 orang Pengurus POKMAIR
III.NARA SUMBER
Narasumber adalah Sanitarian Puskesmas Tengaran
IV. MATERI
Materi yang disampaikan :
1. Pengertian dan Tugas POKMAIR
2. STBM
3. Dampak Sanitasi Buruk Terhadap STUNTING
4. RPAM
2) STBM
5 PIlar STBM dan Peran POKMAIR terhadap terwujudnya STBM :
Menyusun Rencana Kerja
Ikut serta pada saat pemicuan berlangsung bersama tim STBM desa/kjelurahan\
Pendataan awal kondisi desa/kelurahan
Pendampingan dan Promosi RT
Memberikan Rekomendasi dan Ikut terlibat dalam rembug desa
RKM (termasuk opsi pendanaan/ Penyediaan Sarana Sanitasi )
Review hasil monitoring partisipatif untuk mendapatkan peta sosial yang ter-update
3) RPAM
RPAM merupakan salah satu upaya untuk menjaga kualitas air minum dengan
mengedepankan managemen resiko mulai dari hulu sampai hilir, melalui peran aktif dari
masyarakat, pengelola air , dan instansi terkait., secara terus menerus dan berkesinanmbungan
dengan tujuan memahami konsep RPAM komunal mampu melakukan pemetaan system
penyediaan air minum, melakukan identifikasi bahaya, kejadian bahaya, resiko dan tindakan
pencegahan, melakukan monitoring dan pengendalian, melakukan pendokumentasian
kegiatan
4) Laporan POKMAIR
Nama pomair, jumlah yang di layani, , sarana sanitasi rumah yang dilayani
Yang Melaporkan
VII. PENDAHULUAN
VIII. TUJUAN
6. Percepatan Kecamatan STBM
7. Memotivasi masyarakat dan TIM STBM Desa untuk mendorong masyarakat
melaksanakan 5 Pilar STBM
8. Evaluasi pasca Pemicuan dan Pasca Verifikasi Silang
IX. WAKTU
Pertemuan Bimtek STBM tingkat Desa Klero dilaksnaakan pada 23 Februari 2019
X. TEMPAT PELAKSANAAN
Bimtek STBM Tingkat Desa Dilaksanakan di Desa Klero
XI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas
VIII. PENDAHULUAN
Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui
program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan
STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang
air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tinja antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal
lain, serta infeksi parasit lain.
Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan .Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa
indikator outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena penyakit diare
merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.
IX. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas
X. NARA SUMBER
Narasumber Bimtek STBM adalah Sanitarian
XI. MATERI
Materi yang disampaikan :
5. 5 PIlar STBM
5 Pilar STBM : Stop BABS, CTPS, PAM RT, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pegelolaan
Air Limbah Rumah Tangga
6. Strategi percepatan STBM
Komitmen Kepala Desa dan Ketua STBM
Regulasi Desa
Pemetaan Masalah STBM
Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
Pengerakan masyarakat
Monitoring dan Evaluasi
7. Peran TIM STBM Desa
Advocasi kebijakan STBM terhadap Kepala Desa
Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
Pengerakan masyarakat
Monitoring dan Evaluasi
Media promosi
YangMelaporkan
XII. PENDAHULUAN
XIII. TUJUAN
9. Percepatan Kecamatan STBM
10. Memotivasi masyarakat dan TIM STBM Desa untuk mendorong masyarakat
melaksanakan 5 Pilar STBM
11. Evaluasi pasca Pemicuan dan Pasca Verifikasi Silang
XIV. WAKTU
Pertemuan Bimtek STBM tingkat Desa Klero dilaksnaakan pada 23 Februari 2019
XVI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas
XV. PENDAHULUAN
Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui
program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan
STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang
air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tinja antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal
lain, serta infeksi parasit lain.
Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan .Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa
indikator outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena penyakit diare
merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.
XVI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas
XVIII. MATERI
Materi yang disampaikan :
10. 5 PIlar STBM
5 Pilar STBM : Stop BABS, CTPS, PAM RT, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pegelolaan
Air Limbah Rumah Tangga
11. Strategi percepatan STBM
Komitmen Kepala Desa dan Ketua STBM
Regulasi Desa
Pemetaan Masalah STBM
Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
Pengerakan masyarakat
Monitoring dan Evaluasi
12. Peran TIM STBM Desa
Advocasi kebijakan STBM terhadap Kepala Desa
Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
Pengerakan masyarakat
Monitoring dan Evaluasi
Media promosi
YangMelaporkan