Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN KADER POS UKKT


TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

  Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang
sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang
lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum). Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum
pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan,
pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan
masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau
dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf
kebugaran sehingga terjaga produktivitas penduduk

Pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya penyediaan air bersih yang layak sangat
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Air merupakan
kebutuhan pokok setiap manusia,  sehingga perlu dijaga kuantitas, kualitas, kontinyuitas, dan
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.  Sebagian masyarakat kita masih mengadalkan
sumber air yang dipakai secara bersama (komunal) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara
kuantitas, kontinyuitas dan akses masih terpenuhi, namun secara kualitas belum sesuai standar
yang diamanatkan dalam Keputusan  Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 tentang Kualitas
air bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan Nonor 492  tahun 2010 tentang persyaratan kualitas
air minum, sehingga diperlukan upaya agar air yang dikonsumsi masyarakat terjaga kualitasnya

Masalah terkait air bersih, sanitasi, kebersihan dan kesehatan lingkungan seperti
dilaporkan oleh lembaga World Health Organization (WHO) bahwa secara global, kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui air, sanitasi dan higiene mencapai 58% sampai
88%.Lebih lanjut secara global dilaporkan bahwa diare merupakan penyebab kematian terbesar
yaitu 1,5 juta jiwa/tahun (2012).

Dampak dari buruknya air dan sanitasi memengaruhi perkembangan dan kelangsungan
hidup anak-anak yang sudah rentan dan termarginalisasi. Setiap jam, ada 15 sampai 22 anak di
Indonesia yang meninggal akibat diare dan pneumonia yang sangat bisa dihindari dengan perilaku
bersih yang didukung oleh air dan sanitasi yang baik. UNICEF telah melaporkan bahwa
kekurangan gizi menyumbang sepertiga dari kematian anak di dunia. 50% dari malnutrisi yang
berhubungan dengan diare berulang atau infeksi cacing usus karena masalah terkait air bersih,
akses sanitasi dan / atau perilaku yang tidak bersih.

Menurut WHO. Ada bukti yang berkembang bahwa air tidak aman, sanitasi dan praktek
kebersihan yang buruk, berhubungan dengan kurang gizi pada anak-anak, yang berarti bahwa
anakanak tidak sepenuhnya berkembang dengan potensi penuh mereka, karena diare mengurangi
asupan nutrisi dalam tubuh mereka sementara sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus
melawan patogen dan mengurangi sumber daya untuk kebutuhan pertumbuhan. Kondisi ini, ketika
anak-anak lebih pendek untuk usia mereka, disebut stunting. Di Indonesia, 36,4% dari anak-anak
berusia di bawah 5 tahun yang terhambat, hampir 9 juta anak, yang mencerminkan kekurangan
gizi kronis (Reskesdas, 2013).

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang terdiri dari pengelola dan pemakai air yang
peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan seluruh warga, yang di harapkan mampu merencanakan, mengelola Sarana air bersih,
menganalisa masalah sehingga mampu melakukan treatment sederhana pada air yang bermasalah
serta mandiri dan mampu termotivasi untuk memelihara sarana yang ada untuk mencukupi
kebutuhan air bersih di masyarakat secara layak dan sehat
II. LATAR BELAKANG

Menurut WHO. Ada bukti yang berkembang bahwa air tidak aman, sanitasi dan praktek
kebersihan yang buruk, berhubungan dengan kurang gizi pada anak-anak, yang berarti bahwa anakanak
tidak sepenuhnya berkembang dengan potensi penuh mereka, karena diare mengurangi asupan nutrisi
dalam tubuh mereka sementara sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus melawan patogen dan
mengurangi sumber daya untuk kebutuhan pertumbuhan. Kondisi ini, ketika anak-anak lebih pendek
untuk usia mereka, disebut stunting. Di Indonesia, 36,4% dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang
terhambat, hampir 9 juta anak, yang mencerminkan kekurangan gizi kronis (Reskesdas, 2013).

Masih banyaknya penduduk Tengaran yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk termasuk akses
air bersih yang layak.

III. TUJUAN
1. Mampu mengelola Sarana air bersih, menganalisa masalah sehingga mampu melakukan
treatment sederhana pada air yang bermasalah
2. Mandiri dan mampu termotivasi untuk memelihara sarana yang ada.
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan Pengamanan Sarana air bersih
4. Membuat rencana pengamanan air bersih , mengidentifikasi resiko pencemaran dan
hambatan
5. Melalukan Perlindungan daerah tangkapan air

IV. WAKTU

Pertemuan POkmair dilaksankan pada tanggal November 2019

V. TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan Dilaksanakan di Aula Puskesmas Tengaran

VI. PESERTA
Peserta pertemuan Bimtek adalah 20 orang yang terdiri dari pengurus POKMAIR dan petugas
Puskesmas

Tengaran, NOvember 2019


Kepala UPTD Puskesmas Tengaran

dr. Aswindar Adhi Gumilang,M.M.R


NIP. 19830704 201101 1 006

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN


LAPORAN HASIL KEGIATAN

Kepada Yth : Kepala UPTD Puskesmas Tengaran


Perihal : Pertemuan POKMAIR
Tembusan :-

I. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya penyediaan air bersih yang layak sangat
berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Air merupakan kebutuhan
pokok setiap manusia,  sehingga perlu dijaga kuantitas, kualitas, kontinyuitas, dan dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.  Sebagian masyarakat kita masih mengadalkan sumber air yang dipakai
secara bersama (komunal) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara kuantitas, kontinyuitas dan
akses masih terpenuhi, namun secara kualitas belum sesuai standar yang diamanatkan dalam
Keputusan  Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 tentang Kualitas air bersih dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nonor 492  tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, sehingga
diperlukan upaya agar air yang dikonsumsi masyarakat terjaga kualitasnya
Masalah terkait air bersih, sanitasi, kebersihan dan kesehatan lingkungan seperti dilaporkan
oleh lembaga World Health Organization (WHO) bahwa secara global, kematian yang disebabkan oleh
penyakit yang ditularkan melalui air, sanitasi dan higiene mencapai 58% sampai 88%.Lebih lanjut
secara global dilaporkan bahwa diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1,5 juta jiwa/tahun
(2012).
Dampak dari buruknya air dan sanitasi memengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup
anak-anak yang sudah rentan dan termarginalisasi. Setiap jam, ada 15 sampai 22 anak di Indonesia
yang meninggal akibat diare dan pneumonia yang sangat bisa dihindari dengan perilaku bersih yang
didukung oleh air dan sanitasi yang baik. UNICEF telah melaporkan bahwa kekurangan gizi
menyumbang sepertiga dari kematian anak di dunia. 50% dari malnutrisi yang berhubungan dengan
diare berulang atau infeksi cacing usus karena masalah terkait air bersih, akses sanitasi dan / atau
perilaku yang tidak bersih.

II. PESERTA
Pesrta adalah 20 orang Pengurus POKMAIR

III.NARA SUMBER
Narasumber adalah Sanitarian Puskesmas Tengaran

IV. MATERI
Materi yang disampaikan :
1. Pengertian dan Tugas POKMAIR
2. STBM
3. Dampak Sanitasi Buruk Terhadap STUNTING
4. RPAM

V. TEMPAT DAN WAKTU


Pelaksanaan Aula Puskesmas Tengaran

VI. PROSES PERTEMUAN


1. Pembukaan
Pertemuan dibuka Oleh Kepala Puskesmas Tengaran ( dr Aswindar Adhi Gumilang, M.M.R ),
POKMAIR adalah sekelompok mmasyarakat pengurus dan pengguna air yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan, melalui pomair di harapkan kesehatan lingkungan di DEsa dapat terwujud
dan berperan men SUply kebutuhan sanitasi dasar di masyarakat dalam rangka mencegah penyakit
berbasis lingkungan termasuk Stunting yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pekerja.

2. Materi ( Wahyu Dwi Hayati )


1) POKMAIR
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang terdiri dari pengelola dan pemakai air
yang peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta
pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat
dengan melibatkan seluruh warga, yang di harapkan mampu merencanakan, mengelola Sarana
air bersih, menganalisa masalah sehingga mampu melakukan treatment sederhana pada air
yang bermasalah serta mandiri dan mampu termotivasi untuk memelihara sarana yang ada
untuk mencukupi kebutuhan air bersih di masyarakat secara layak dan sehat

2) STBM
5 PIlar STBM dan Peran POKMAIR terhadap terwujudnya STBM :
 Menyusun Rencana Kerja
 Ikut serta pada saat pemicuan berlangsung bersama tim STBM desa/kjelurahan\
 Pendataan awal kondisi desa/kelurahan
 Pendampingan dan Promosi RT
 Memberikan Rekomendasi dan Ikut terlibat dalam rembug desa
 RKM (termasuk opsi pendanaan/ Penyediaan Sarana Sanitasi )
 Review hasil monitoring partisipatif untuk mendapatkan peta sosial yang ter-update

3) RPAM
RPAM merupakan salah satu upaya untuk menjaga kualitas air minum dengan
mengedepankan managemen   resiko  mulai dari hulu sampai hilir, melalui peran aktif dari
masyarakat, pengelola air , dan instansi terkait., secara terus menerus dan berkesinanmbungan
dengan tujuan memahami konsep RPAM komunal mampu melakukan pemetaan system
penyediaan air minum, melakukan identifikasi bahaya, kejadian bahaya, resiko dan tindakan
pencegahan, melakukan monitoring dan pengendalian, melakukan pendokumentasian
kegiatan

4) Laporan POKMAIR

Nama pomair, jumlah yang di layani, , sarana sanitasi rumah yang dilayani

3. Diskusi / Tanya jawab


Hasil :
 Dirjo ( POKMAIR Tegalrejo )
Dalam pengawasan air bersih perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas
air, agar pusksesmas bias mengambil sampel dandi periksa di Puskesmas Tengaran
Jawab : Terdapat anggaran pemeriksaan kualitas air bersih tetapi tidak mecukupi untuk
seluruh SAB,maka di harakan POKMAIR bedaya dan mengangarkan pemeriksaan air
bersih nya
 Yanto ( Pokmair Tritis Patemon )
Air sangat berguna termasuk untuk aktifitas CTPS, sarana CTPS adalah air mengalir dan
sabun , tetapi masih diminta menyediakan jrigen kecil di dekat jalan apakah itu perlu ?
Jawab : sarana air mengalir dan sabun , tentang bentuk dan macamnya adalah kearifan
lokal
4. Penutup

VII. KESIMPULAN / REKOMENDASI


KESIMPULAN :
 POKMAIR berperan aktif dalam upaya kesehatan lingkungan
 POKMAIR merencanakan pengamanan dan dan pengelolaan air
 POKMAIR merencanakan kegiatan ( anggaran Kegiatan ) untuk Suply kebutuhan sanitasi
masyrakat
 Laporan POKMAIR paling lambat satu minggu

Yang Melaporkan

Wahyu Dwi Hayati,CS


NIP. 19830316 201001 2 024
KERANGKA ACUAN
BIMTEK STBM TINGKAT DESA
DESA KLERO TENGARAN BULAN FEBRUARI TAHUN 2019

VII. PENDAHULUAN

Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan
sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
perlu menyelenggarakan STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar
(Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan
akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Buang air besar sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan
perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan buruk akan
menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut
antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral,
dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya
untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan dan tersedianya jamban merupakan usaha untuk
memperbaiki sanitasi dasar dan diharapkan dapat memutus rantai penularan
penyakit .Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah
kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang tidak sedap,
membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan
konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-
EAP, 2009). Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok
masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory
Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi (MPAPHAST).
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa indikator
outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena
penyakit diare merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang
dewasa namun juga balita.

VIII. TUJUAN
6. Percepatan Kecamatan STBM
7. Memotivasi masyarakat dan TIM STBM Desa untuk mendorong masyarakat
melaksanakan 5 Pilar STBM
8. Evaluasi pasca Pemicuan dan Pasca Verifikasi Silang

IX. WAKTU
Pertemuan Bimtek STBM tingkat Desa Klero dilaksnaakan pada 23 Februari 2019

X. TEMPAT PELAKSANAAN
Bimtek STBM Tingkat Desa Dilaksanakan di Desa Klero

XI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas

Tengaran, 23 Februari 2019


Kepala UPTD Puskesmas Tengaran
Dr. M Luk Luk Uddin
NIP. 19630601 199603 1 003

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kepada Yth : Kepala UPTD Puskesmas Tengaran


Perihal : Bimtek STBM
Tembusan :-

VIII. PENDAHULUAN
Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui
program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan
STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang
air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tinja antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal
lain, serta infeksi parasit lain.
Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan .Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa
indikator outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena penyakit diare
merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.

IX. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas

X. NARA SUMBER
Narasumber Bimtek STBM adalah Sanitarian

XI. MATERI
Materi yang disampaikan :
5. 5 PIlar STBM
5 Pilar STBM : Stop BABS, CTPS, PAM RT, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pegelolaan
Air Limbah Rumah Tangga
6. Strategi percepatan STBM
 Komitmen Kepala Desa dan Ketua STBM
 Regulasi Desa
 Pemetaan Masalah STBM
 Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
 Pengerakan masyarakat
 Monitoring dan Evaluasi
7. Peran TIM STBM Desa
 Advocasi kebijakan STBM terhadap Kepala Desa
 Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
 Pengerakan masyarakat
 Monitoring dan Evaluasi
 Media promosi

8. Evaluasi penerapan 5 Pilar STBm di Desa


Evaluasi pelaksanaan STBM di Desa Klero
 Pilar 1 : 100%
 Pilar 2 : 93%
 Pilar 3 : 100%
 Pilar 4 :89%
 Pilar 5 :90%
9. Rencana STBM Keberlanjutan

XII. TEMPAT DAN WAKTU


Pelaksanaan Bimtek STBM dilaksanakan di Balai Desa Klero

XIII. PROSES PERTEMUAN


5. Pembukaan
Pertemuan Bimtek STBM dibuka Oleh YMT Kepala Desa Klero ( Bp. Rinif Budi P ), Bahwa
Target dari Kecamatan Tengaran seluruh Desa di wilayah Kecamatan Tengaran harus
STBM di Tahun2019
6. Sabutan Ketua Tim STBM
TIM STBM belum berperan maksimal dalam kegiatan STBMdi masyarakat oleh karena itu
perlu adaya Komitmenulang untuk TIM STBM Desa agar Desa Klero menjadi Desa STBM
7. Materi
8. Diskusi
Hasil Diskusi :
 Revitalisasi TIM STBM, penggantian angota tidak aktif
 Penggerakan Masyarakat masal STBM oleh RT
 Monitoring dan Evaluasi oleh seluruh kader dan RT
 Menyediakan media promosi dan sabun cair untuk cuci tangan oleh TiM STBM
 Siap mengajukan verifikasi STBM untuk tanggal 28 Februari 2019
9. Penutup

XIV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


KESIMPULAN :
 Bahwa Target dari Kecamatan Tengaran seluruh Desa di wilayah Kecamatan
Tengaran harus STBM di Tahun 2019
 Komitmen ulang untuk TIM STBM
 Revitalisasi TIM STBM, penggantian angota tidak aktif
 Penggerakan Masyarakat masal STBM oleh RT
 Monitoring dan Evaluasi oleh seluruh kader dan RT
 Menyediakan media promosi dan sabun cair untuk cuci tangan oleh TiM STBM
 Siap verifikasi STBM untuk tanggal 28 Februari 2019
REKOMENDASI
 Mengajukan permohonan Verifikasi STBM ke TIM STBM Kecamatan

YangMelaporkan

Wahyu Dwi Hayati


NIP. 19830316 201001 2 024
KERANGKA ACUAN
BIMTEK STBM TINGKAT DESA
DESA KLERO TENGARAN BULAN FEBRUARI TAHUN 2019

XII. PENDAHULUAN

Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan
sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
perlu menyelenggarakan STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar
(Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan
akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Buang air besar sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan
perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan buruk akan
menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut
antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral,
dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya
untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan dan tersedianya jamban merupakan usaha untuk
memperbaiki sanitasi dasar dan diharapkan dapat memutus rantai penularan
penyakit .Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah
kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang tidak sedap,
membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan
konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-
EAP, 2009). Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok
masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory
Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi (MPAPHAST).
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa indikator
outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena
penyakit diare merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang
dewasa namun juga balita.

XIII. TUJUAN
9. Percepatan Kecamatan STBM
10. Memotivasi masyarakat dan TIM STBM Desa untuk mendorong masyarakat
melaksanakan 5 Pilar STBM
11. Evaluasi pasca Pemicuan dan Pasca Verifikasi Silang

XIV. WAKTU
Pertemuan Bimtek STBM tingkat Desa Klero dilaksnaakan pada 23 Februari 2019

XV. TEMPAT PELAKSANAAN


Bimtek STBM Tingkat Desa Dilaksanakan di Desa Klero

XVI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas

Tengaran, 23 Februari 2019


Kepala UPTD Puskesmas Tengaran

Dr. M Luk Luk Uddin


NIP. 19630601 199603 1 003
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kepada Yth : Kepala UPTD Puskesmas Tengaran


Perihal : Bimtek STBM
Tembusan :-

XV. PENDAHULUAN
Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui
program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan
STBM.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang
air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tinja antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal
lain, serta infeksi parasit lain.
Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki sanitasi lingkungan .Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa
indikator outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku, maka pada
pilar pertama ini lebih menekankan pada 4 penurunan penyakit diare, karena penyakit diare
merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.

XVI. PESERTA
Pesrta pertemuan Bimtek adalah 30 orang yang terdiri dari Perangkat Desa, Kader,
Tokoh masyarakat dan 2 orang peugas Puskesmas

XVII. NARA SUMBER


Narasumber Bimtek STBM adalah Sanitarian

XVIII. MATERI
Materi yang disampaikan :
10. 5 PIlar STBM
5 Pilar STBM : Stop BABS, CTPS, PAM RT, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pegelolaan
Air Limbah Rumah Tangga
11. Strategi percepatan STBM
 Komitmen Kepala Desa dan Ketua STBM
 Regulasi Desa
 Pemetaan Masalah STBM
 Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
 Pengerakan masyarakat
 Monitoring dan Evaluasi
12. Peran TIM STBM Desa
 Advocasi kebijakan STBM terhadap Kepala Desa
 Sosialisasi STBM hingga ke tatanan masyarakat paling bawah
 Pengerakan masyarakat
 Monitoring dan Evaluasi
 Media promosi

13. Evaluasi penerapan 5 Pilar STBm di Desa


Evaluasi pelaksanaan STBM di Desa Klero
 Pilar 1 : 100%
 Pilar 2 : 93%
 Pilar 3 : 100%
 Pilar 4 :89%
 Pilar 5 :90%
14. Rencana STBM Keberlanjutan

XIX. TEMPAT DAN WAKTU


Pelaksanaan Bimtek STBM dilaksanakan di Balai Desa Klero

XX. PROSES PERTEMUAN


10. Pembukaan
Pertemuan Bimtek STBM dibuka Oleh YMT Kepala Desa Klero ( Bp. Rinif Budi P ), Bahwa
Target dari Kecamatan Tengaran seluruh Desa di wilayah Kecamatan Tengaran harus
STBM di Tahun2019
11. Sabutan Ketua Tim STBM
TIM STBM belum berperan maksimal dalam kegiatan STBMdi masyarakat oleh karena itu
perlu adaya Komitmenulang untuk TIM STBM Desa agar Desa Klero menjadi Desa STBM
12. Materi
13. Diskusi
Hasil Diskusi :
 Revitalisasi TIM STBM, penggantian angota tidak aktif
 Penggerakan Masyarakat masal STBM oleh RT
 Monitoring dan Evaluasi oleh seluruh kader dan RT
 Menyediakan media promosi dan sabun cair untuk cuci tangan oleh TiM STBM
 Siap mengajukan verifikasi STBM untuk tanggal 28 Februari 2019
14. Penutup

XXI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


KESIMPULAN :
 Bahwa Target dari Kecamatan Tengaran seluruh Desa di wilayah Kecamatan
Tengaran harus STBM di Tahun 2019
 Komitmen ulang untuk TIM STBM
 Revitalisasi TIM STBM, penggantian angota tidak aktif
 Penggerakan Masyarakat masal STBM oleh RT
 Monitoring dan Evaluasi oleh seluruh kader dan RT
 Menyediakan media promosi dan sabun cair untuk cuci tangan oleh TiM STBM
 Siap verifikasi STBM untuk tanggal 28 Februari 2019
REKOMENDASI
 Mengajukan permohonan Verifikasi STBM ke TIM STBM Kecamatan

YangMelaporkan

Wahyu Dwi Hayati


NIP. 19830316 201001 2 024

Anda mungkin juga menyukai