Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMBORO KECAMATAN PALU UTARA

Proposal Penelitian

Oleh

HIKMATUL MAULIDA
NIM : P07130012 020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10


juta kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia
terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di
Negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di
Negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode diare dengan rata-
rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit dengan diare berusia
kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. Di Negara
berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3
kali pertahun (WHO, 2009).

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-
negara berkembang karena menurut World Healt Organisation (WHO), penyakit
Diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi
masih terlalu rendah . Hal ini menimbulkan masalah Kesehatan lingkungan yang
besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia
pada skala nasional. (Azwar, 2009)
Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air dan
sanitasi yang buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei pada
tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia
adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1 – 2 kali per tahun pada anak –anak
berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati, 2008)
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian luar Biasa (KLB) Diare di
15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian
sebanyak 209 orang atau Case fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut
utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk
dan perilaku hidup tidak bersih. (Profil Kesehatan Indonesia, 2008)
Sampai saat ini kejadian diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Sulawesi Tengah. Walaupun secara umum angka kesakitan masih
berfluktuasi, dan juga dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan diare
ini masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak
bahkan menimbulkan kematian.

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka insidens


dan angka fatalitas kasus kejadiaan diare diantaranya adalah peningkatan cakupan
air bersih dan jamban keluarga, penyuluhan kesehatan, penemuan dan pengobatan
penderita, serta pemasyarakatan atau penggunaan oralit, baik malalui
unit pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan lintas sektoral termasuk
posyandu telah dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa masalah sanitasi lingkungan berpengaruh


terhadap kejadian diare sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian
di puskesmas Mamboro untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan
kejadian diare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di


wilayah kerja puskesmas Mamboro?
2. Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di
wilayah kerja puskesmas Mamboro?
3. Apakah ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di
wilayah kerja puskesmas Mamboro?
4. Apakah ada hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian
diare di wilayah kerja puskesmas Mamboro?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di wilayah


kerja puskesmas Mamboro.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di


wilayah kerja puskesmas Mamboro.

b. Diketahuinya hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di


wilayah kerja puskesmas Mamboro.

c. Diketahuinya hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di


wilayah kerja puskesmas mamboro.

d. Diketahuinya hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di


wilayah kerja puskesmas Mamboro.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen


kesehatan dalam perbaikan lingkungan pemukiman.

2. Perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya


mengenai kesehatan lingkungan.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat


mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare
Diare adalah sebuah Penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam..
Di negara berkembang , diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Diare salah
satu gangguan kesehatan yang lazim memengaruhi banyak orang. Gangguan ini
adalah suatu gejala dan bukan penyakit. Ada beberpa penyebab diareyang
mungkin, tetapi yang paling umum adalah infeksi.
Diare penyebab utama penyebab utama penyakit dan kematian anak-anak
di Negara-negara berkembang di Indonesia. Diare juga merupakan penyebab
penting dari gizi buruk atau malnutrisi. Ini karena anak-anak cenderung makan
lebih sedikit dalam suatu episode diare. Juga, diare dapat memengaruhi
pencernaan makanan secara buruk. Akibatnya, tubuh mungkin tidak dapat
memanfaatkan makanan dengan efektif. Tubuh kita membutuhkan nutrien
tambahan ketika menderita infeksi apapun untuk memerangi kuman-kuman yang
menyebabkan penyakitnya. Makanan yang tidak memadai dan pencernaan yang
tidak baik secara bersama-sama berpengaruh buruk terhadap status nutrisi seorang
anak. Diare dan atau komplikasinya dapat dicegah dengan cara-cara yang
sederhana dan efektif. (wekipedia)
Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis,
sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan
yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki
atau dihilangkan.
Pentingnya lingkungan yang sehat telah dibuktikan oleh WHO dengan
menyelidikan – menyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan bahwa angka
kematian (mortalitas), angka perbandingan orang sakit (mordibitas) yang tinggi
serta seringnya terjadi endemi di tempat-tempat dimana sanitasi lingkungan
buruk.
B. Jenis Diare
a. Jenis – jenis Diare
1. cair akut memiliki tiga ciri utama yakni gejalanya dimulai secara tiba-tiba,
tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari.
Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari 75%
orang yang terkena diare mengalami diare cair akut.
2. Disentri memiliki 2 ciri utama yakni adanya darah dalam tinja dan
mungkin disertai kram perut, berkurangnya nafsu makna dan penurunan
berat badan yang cepat. Sekitar 10-15% anak-anak di bawah usia 5 tahun
(balita) mengalami disenrti.
3. Diare yang menetap atau persisten memiliki 3 ciri utama, yakni
pengeluaran tinja encer disertai darah, gejalah berlangsung lebih dari 14
hari dan ada penurunan berat badan.
4. Diare kronis adalah istilah yang digunakan bagi diare yang berulang atau
berlangsung lama. Hal ini tidak disebabkan oleh infeksi apa pun , tetapi
sering kali akibat gangguan pencernaan. Diare jangka panjang yang
disebabkan oleh infeksi disebut diare persisten.

C. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare


a. Faktor Lingkungan
1. Sampah
Sampah adalah bahan atau benda padat yang terjadi akibat aktifitas manusiayang tidak
terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara saniter, kecualiyang berasal dari tubuh
manusia (Kusnoputranto, 1985). Dan menurut Apriadji(1992) sampah/waste adalah zat atau
benda yang sudah tidak terpakai lagi baik daribahan buangan rumah tangga maupun dari pabrik
sebagai sisa proses industri.
Definisi Sampah dalam Dinas Kebersihan Kota Kupang, 2005 adalah limbahyang
bersifat padat atau setengah padat yang terdiri dari zat organik, berasal darikegiatan

2. Tempat Pembuangan Sampah Sementara


Pengumpulan dan penampungan sampah merupakan rangkaian kegiatanyang termasuk
dalam suatu proses pengelolaan dan pengolahan sampah.Pengumpulan dan penampungan
sampah ini adalah merupakan tanggung jawabdari masing-masing rumah tangga, institusi dan
atau tempat yang menghasilkan/memproduksi sampah. Untuk itu diperlukan suatu tempat yang
dapat menampungsampah yang dikumpulkan sebelum diangkut ke tempat pembuangan
sampah akhir (TPA).
b. Faktor manusia
Dalam melihat faktor manusia sebagai penyebab kejadian diare dalamMasyarakat,
maka perlu dipertimbangkan pula latar belakang kehidupan Masyarakatyang bersangkutan
1. Kebiasaan jajan
2. Kebiasaan mencuci tangan
3. Kebiasaan dan cara menyimpan hidangan
c. Faktor Agen
Pada dasarnya setiap mahluk di dunia ini mempunyai hubungan denganlingkungannya,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Lalat adalah salahsatu mahluk yang berperan
dalam penyebaran kejadian diare, bertindak sebagai agent dan atau vektor mekanis yang hanya
bertindak sebagai alat pemindah pasif dengan pengertian bahwa kuman-kuman ptogen tidak
mengalami perubahanapapun (Widyati, 2002)

Perkembangbiakan seekor lalat dimulai pada saat seekor lalat betina yang
bertelur.Biasanya sekali bertelur akan menghasilkan 75-150 butir, setiap 30 hari. Setelah 10-24
jam dalam keadaan baik telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva dankepompong dalam
waktu 4 hari. Setelah itu menjadi imago dan terakhir menjadi lalatdewasa. Setelah berumur 3
hari, lalat tersebut sudah mampu untuk bertelur kembali.Siklus hidup lalat, mulai dari telur
hingga lalat dewasa memerlukan waktu 14 hari.dan sangat membutuhkan air. Tanpa air lalat
tidak dapat hidup lebih dari 46 jam(Widyati, 2002)Kebiasaan lalat untuk menempatkan telurnya
pada tempat yang banyakmengandung zat-zat organik, seperti temapat sampah, membuat
kesulitan dalampemberantasannya. Lalat lebih menyukai makanan yang bersuhu lebih tinggi
darisuhu udara sekitarnya
D. Gejalah Kejadian Diare
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus
disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah.
Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan
perut sering berbunyi.
E. Resiko kejadian diare
Ada 7 faktor utama yang meningkatkan risiko diare yang menetap atau resisten,
yakni:
 Usia: risiko terkena diare persisten, terutama setelah suatu episode diare akut,
lebih tinggi pada bayi-bayi yang usianya kurang dari setahun.
 Nutrisi buruk: malnutrisi meningkatkan lamanya diare dan risiko diare
persisten
 Mekanisme kekebalan alami: anak-anak yang memiliki mekanisme kekebalan
tubuh yang buruk, entah karena malnutrisi, penyakit atau factor-faktor lainnya,
mermiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena diare persisten
 Infeksi sebelumnya: risiko terkena diare persisten meningkat 3- 4 kali selama
bulan-bulan setelah episode diare akut. Banyak bayi terkena diare persisten
setelah terkena infeksi campak.
 Susu hewan: anak-anak yang minum susu hewan memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk terkena diare persisten. Hal ini dapat disebabkan oleh:
1. Susu hewan yang terkontaminasi bakteri penyebab penyakit
2. Kerusakan dinding usus oleh protein yanga ada dalam susu hewan
3. Intoleransi terhadap laktosa, yakni suatu protein yang ada dalam susu.
4. Beberapa mekanisme yang belum diketahui
 Bakteri yang menyebabkan penyakit: kurang dari 50% anak-anak dengan
diare persisten mengalami infeksi bakteri penyebab penyakit. Dari beberapa
bakteri penyebab diare persisten, Escherichia Coli, shigella, cryptosporidium
lebih umum.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan diare dengan antibiotic dan obat-obatan
yang mengurangi gerakan usus kemungkinan akan memperpanjang lamanya diare.
Ini terjadi karena berkurangnya gerakan usus menyebabkan meningkatnya kontak
bakteri dengan dinding dalam usus yang memperparah gejalanya.

F. Mekanisme kejadian diare


Diare ditularkan secara fecal oral, melalui masukan makanan/ minuman
yangterkontaminasi, ditambah ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang atauyang
disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orangmelalui aerosolisasi
(Norwalk Rota Virus), tangan yang terkontaminasi (ClostridiumDefficile) atau melalui
aktifitas seksual (Mansjoer, 1999).

Kontaminasi dapat terjadi karena :


 Makanan/minuman yang dimasak kurang matang atau sengaja dimakanmentah,
 Makanan atau alat-alat makan yang dihinggapi lalat sehingga dapatmemindahkan bibit
penyakit dari sampah ke makanan,
Tidak mencuci tangan sebelum makan.
Makanan atau alat-alat makan yang disiapkan/disediakan oleh orang yangmengandung bibit
penyakit/ carrier.
Selain itu penyebaran penyakit diare erat hubungannya dengan penyediaanair bersih
dalam rumah tangga dan cara pembuangan kotoran yang tidak baik(Entjang, 2000).
Disamping itu faktor social ekonomi dan adanya keseimbanganpersediaan makanan
merupakan faktor penting dalam pencegahan penyakit diare(Shulman, 1999).
Karenanya sering pula dikatakan bahwa diare dapat berujungpada malnutrisi atau
kematian. Bahkan bila suatu ketika sumber penyediaan air yang digunakan oleh keluarga dan
Masyarakat tersebut tercemar oleh viruspenyebab diare dan atau terdapat E. colii maka bukan
tidak mungkin diare tersebutmenjadi suatu wabah yang menjangkiti banyak orang pada suatu
daerah tertentu

G. Cara mencegahan Kejadian diare


Sebagian besar diare terjadi karna kurang memperhatikan kebersihan,
sehingga makan atau minum yang kita makan terkontaminasi kuman. Untuk
mencegah diare sebaiknya mengkonsumsi makanan yang berkualitas baik dan
terjaga kebersihan dalam proses pembuatannya. Berikut cara mengatasi penyakit
diare :
1. Mencuci tangan dengan segera, setelah memegang yang kotor,
misalnya memegang kotoran bayi/anak
2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
3. Memasak air hinga mendidih
4. Memasak makanan hinga matang
5. Menutup makanan dengan tudung saji
6. Menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit sistemik
dan penyakit diare.
.

Kriteria objektif ;

Memenuhi syarat : bila mempunyai lubang penampungan dan berbentuk


cemplung dengan penutup atau berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan
minimal dua kali seminggu.

Tidak memenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.

3. Hipotesis Penelitian

c. Ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja
puskesmas Batua Makassar

d. Ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja


puskesmas Batua Makassar

e. Ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja
puskesmas Batua Makassar

f. Ada hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja


puskesmas Batua Makassar.

Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Sanitasi kesehatan
Diare
lingkingan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan


pendekatan Cross Sectional Study yaitu variabel independen dan variabel
dependen diambil pada periode waktu yang sama untuk mengetahui hubungan
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di Wilayah Mamboro

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Mamboro

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di wilayah Kelurahan


mamboro yang memeriksakan dirinya di Puskesmas mamboro

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, jadi sampel dalam
penelitian ini diambilsecara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan untuk tujuan tertentu. Dan besar sampel ditentukan berdasarkan rumus
sebagai berikut :

Rumus:

n = N

1 + N (d2)

Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan


D. Variabel penelitian

Variabel bebas (independent) adalah variabel terkait.

Variabel terikat (dependent) adalah yang mempengaruhi variabel terikat.

Definisi Operasional

a. Diare

Yang dimaksud diare dalam penelitian ini adalah terjadinya pengeluaran


feses berturut-turut lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan
konsistensi dan bentuk tinja dari penderita yang bersangkutan menjadi encer.

b. Penyediaan air bersih

Yang dimaksud penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah tersedianya air
yang digunakan oleh responden dan anggota keluarga dalam kehidupan sehari-
hari.

c. Pengelolaan sampah

Yang dimaksud pengelolaaan sampah dalam penelitian ini adalah sarana untuk
menyimpan sampah sementara sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

d. Pengelolaan air limbah

Yang dimaksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini adalah system
pengaliran air limbah, yang dimiliki berupa saluran dan mempunyai penampungan
air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci.

e. Pemanfaatan jamban keluarga

Yang dimaksud pemanfaatan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah tempat
yang digunakan keluarga untuk membuang feses.
E .Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penelitian melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data primer

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan
responden dengan menggunakan koesioner disertai dengan pengamatan dengan
penggunaan lembar checklist.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari instansi-
instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Pengolahan Data

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data
perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap
jawaban (pengkodean).

3. Tabulasi data

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel


menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah
untuk dianalisa tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.

F. Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel
yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding,
tabulasi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Univariat dan
Bivariat dengan serta menggunakan jasa komputerisasi (Program SPSS versi 16).

1. Analisa Univariat

Dilakukan dari tiap variabel dan hasil penelitian berupa distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel.

2. Analisa bivariat

Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan tabulasi silang
diantara semua variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan
metode Chi-Square dengan rumus :

∑(0 – E)²

ײ =

Di mana :

O = nilai observasi (Nilai yang diperoleh)

E = nilai expected (Nilai yang diharapkan)

α = Tingkat kepercayaan 5 %

Interpretasinya :

a. Hipotesis diterima, bila x² hitung > x² tabel atau

b. Hipotesis diterima, bila nilai p < α (0,05)


G

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan. 2000. Epidemiologi Dasar. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar

Arjatmo Tjokonegoro, 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid Satu, Edisi ke
Tiga. Garya, Jakarta.

Azwar Azrul, 1990. Pengantar Ilmu kesehatan lingkungan. PT. Mutiara Sumber
Widya. Jakarta.

Brunner & sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah, volume delapan.EGC.


Jakarta.

Budiman Chandra, 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. EGC. Jakarta

Cermin dunia kedokteran 2006, (online), (http://www.cermin.


Dunia.kedokteran.html,Diakses sabtu, 19 juni 2010

Daud Anwar, 2005. Dasar-dasar kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatan

Hartoyo kusnopuranto, 1997. Air Limbah Dan Eksreta Manusia, Aspek Kesehatan
Masyarakat Dan Pengelolaannya, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik


Analisa Data, Edisi i. Salemba Medical, jakarta.

Indang Entjanj,2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra aditya. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai