PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan hereditas. Kesehatan lingkungan adalah usaha
kesehatan
masyarakat
yang
menitikberatkan
pada
pengawasan
dan
terbanyak pada pasien rawat inap pada tahun 2010 yaitu sebanyak 96.278
kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92%.
Selanjutnya diikuti oleh Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 79.239
kasus dengan CFR sebesar 1,29% dan demam tifoid dan paratifoid sebanyak
55.098 kasus dengan CFR sebesar 2,06%.(5)
Menurut laporan Profil Provinsi NTT perkiraan kasus Diare Provinsi
NTT tahun 2011 berjumlah 200.721 kasus, yang ditangani sebanyak 111.046
kasus atau sebesar 55,3%. Pada tahun 2012, perkiraan kasus diare berjumlah
206.216 kasus, yang ditangani sebanyak 106.193 kasus atau sebesar 51,5%,
dengan dua kabupaten yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu
Kabupaten Rote Ndao dan Manggarai. (6)
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao menyatakan bahwa
distribusi kasus diare berdasarkan puskesmas di Kabupaten Rote Ndao
sebesar 4.986 kasus pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 5.142 kasus
pada tahun 2013.(7)
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya diare yaitu faktor agen, pejamu, lingkungan dan
perilaku. Penyakit diare berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, akses
terhadap air bersih, perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat. Rendahnya cakupan kebersihan sanitasi seperti
sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja sering menjadi faktor
risiko terjadinya KLB diare.(8)
Puskesmas di Kabupaten Rote Ndao berjumlah 12 buah dan dari jumlah
kasus yang terjadi, puskesmas Korbafo jumlah peningkatan kasusnya paling
tinggi dibandingkan dengan puskesmas yang lain yaitu terjadi peningkatan
sebanyak 91 kasus pada tahun 2013, pada tahun 2012 jumlah kasus sebanyak
388 kasus dan pada tahun 2013 jumlah kasus penyakit diare menjadi 479
kasus. Puskemas Korbafo merupakan puskesmas yang ada di wilayah
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao, yang wilayah kerjanya
tersebar di satu kelurahan dan lima desa, dengan keadaan topografinya yang
terdiri dari pantai, hutan, persawahan, lagun, bukit, dan rawa.
Hasil Penelitian Umiati menunjukan adanya hubungan bermakna antara
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita. (4) Winda Primadani dkk
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan
kejadian diare akibat infeksi.(9) Berdasarkan hasil penelitian Siti Amaliah
diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dan
faktor budaya dengan kejadian diare pada balita.(10)
Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian peneliti di salah satu
wilayah pelayanan Puskemas Korbafo, peneliti mendapatkan bahwa keadaan
sanitasi lingkungan disana masih tergolong kurang baik, dilihat dari jarak
antara sumur, MCK, kandang ternak, dapur dan tempat pencucian piring yang
cukup berdekatan, tidak memiliki saran pembuangan air limbah, ada beberapa
masyarakat yang lantainya masih terbuat dari tanah, dan dari hasil wawancara
peneliti dengan masyarakat sekitar didapatkan adanya sumur masyarakat
yang bau karena banyak daun yang gugur dalam sumur dan tidak dibersihkan,
kemudian ada masyarakat yang tidak memiliki fasilitas MCK, dan juga tidak
menempatkan hewan ternaknya di kandang. Dari hasil wawancara peneliti
dengan petugas puskesmas juga didapatkan adanya kebiasaan buang air besar
sembarangan, serta tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan dan
buang air besar.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai analisis faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap
kejadian diare di Puskesmas Korbafo Tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor risiko kesehatan lingkungan
terhadap kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis faktor risiko kesehatan lingkungan
terhadap kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo tahun
2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan menganalisis hubungan risiko penyediaan air
bersih terhadap kejadian diare.
b. Mengetahui dan menganalisis
enganalisis
hubungan
risiko
enganalisis
hubungan
risiko
dan
faktor
mempengaruhinya,
risiko
sehingga
kesehatan
dapat
lingkunagan
digunakan
sebagai
yang
bahan
memberantas
penyakit
infeksi
terkhususnya
diare
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1.
Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.(11)
2.1.2.
Klasifikasi diare
Menurut Depkes RI , jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:(12)
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare
akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit
lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.1.3.
Etiologi
Gejala diare
2.1.4.1 Gejala diare yaitu:(14)
a. Gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin
b. Nyeri perut sampai kejang perut
c. Tinja encer, berlendir, atau berdarah.
d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.1.4.2
empedu.
Demam
Anusnya lecet.
Gangguan gizi akibat asupan makan yang berkurang.
Muntah sebelum atau sesudah diare.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Dehidrasi.
Derajat Dehidrasi
tahun,
kurang
gizi,
campak,
immunodefisiensi,
dan
secara
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal-oral yang terjadi
karena:
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,
tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.(15)
b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi,
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut
dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap
dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang
memakannya.(15) Sedangkan menurut Depkes RI kuman penyebab
diare biasanya menyebar melalui fekal-oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
10
11
12
13
diberikan
pengobatan
sesuai
anjuran,
dengan
tetap
mengutamakan rehidrasi.
Penanggulangan diare
14
Pencegahan diare
yang benar.
g. Memberikan imunisasi campak.
15
yang
optimum
sehingga
berpengaruh
positif
terhadap
16
17
18
3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di
dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah
satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan
fisiologis pada manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), klor (250
mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat
organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan CO2 (0 mg/l).(1)
Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan
amat tinggi dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya
pencemaran air kotor yang merembes ke dalam air sumur.(17)
2.2.2 Kepemilikan Jamban
Masalah pembuanagan kotoran manusia merupakan masalah yang
pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feces)
adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Benda-benda
yang terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita
suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menjadi penyebab
penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan
tinja akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui tinja. Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas akan mudah
tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain : tifus, disentri, diare, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang, pita), schistomiasis dan sebagainya. Jamban
merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air
besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat
19
binatang-binatang lainnya.
Tidak menimbulkan bau.
Mudah digunakan dan dipelihara.
Sederhana desainnya.
Murah.
Dapat diterima oleh pemakainya.(1)
kembali
untuk
dipergunakan kembali.
2) Aqua-privy (Cubluk berair)
pupuk,
sedangkan
lubangnya
dapat
20
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai
tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti
halnya pembusukan tinja dalam air kali. Untuk kakus ini, agar
berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang
dipergunakan atau tidak.
3) Watersealed latrine (Leher angsa)
Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan,
oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan.
Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu
terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk
dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus.
4) Bored hole latrine
Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk
pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara.
5) Bucket latrine (Pail closet)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian
dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat
meninggalkan tempat tidur.
6) Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat
penampungan tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7) Overhung latrine
Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam,
selokan, kali dan rawa.
8) Chemical toilet (Chemical closet).
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi soda kaustik
sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan
dalam kendaraan umum, misalnya pesawat udara atau kereta api.
21
tidak
membersihkan
lantai
dengan
baik,
maka
akan
22
23
24
25
5) Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat
dicapai oleh anak-anak.
6) Baunya tidak mengganggu.
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara alamiah
sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar
terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut.
Namun demikian, alam mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya
dukungnya, sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. (1) Menurut
penelitian Yuki Laura Angelin dkk, kepemilikan sarana pembuangan air
limbah merupakan faktor risiko terhadap terjadinya kejadian diare di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.(20) Beberapa cara
sederhana pengolahan air buangan antara lain :
a. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai kosentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak,
dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak
dapat dipertahankan lagi. Di samping itu, cara ini menimbulkan
kerugian lain, diantaranya; bahaya kontaminasi terhadap aliran-aliran
air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau,
dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
b. Kolam oksidasi (oxidation ponds)
26
27
28
Kejadian Diare
Orang Sehat
epemilikan Jamban
Mikroorganisme
Penyebab Penyakit
29
2.5 Hipotesis
1. H0 : Tidak ada hubungan antara faktor risiko penyedian air bersih
Kualitas Fisik Air Bersih
30
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Penyediaan Air
Bersih
Kepemilikan
Jamban
Faktor Kesehatan
Lingkungan
Kepimilikan Sarana
Pembuangan Air
Limbah
Kejadian
Diare
Faktor Perilaku
Kesehatan
Tidak diteliti
32
Diteliti
3.2 Identifikasi Variabel
3.2.1 Variabel terikat :
Kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan
Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao.
3.2.2 Variabel bebas :
Sanitasi lingkungan meliputi :
1. Penyediaan air bersih
2. Kepemilikan jamban
3. Jenis lantai rumah
4. Kepemilikan sarana pembuangan air limbah
3.2.3 Variabel perancu :
Perilaku Kesehatan
3.3 Definisi operasional
No
Variabel
1. Variabel
terikat : Diare
Penyediaan
air bersih
Definisi
Diare adalah
buang
air
besar dengan
tinja berbentuk
cair
atau
setengah cair (
setengah
padat),
kandungan air
tinja
lebih
banyak
dari
biasanya lebih
dari 3 kali
sehari.
Pengukuran
Penyajian
Wawancara, 1. Tidak diare
kuisioner,
2. Diare
dan
data
sekunder
Asal
atau Wawancara, 1. Air terlindung
dan memenuhi
jenis air yang kuisioner dan
observasi
syarat kondisi
digunakan
Skala
Nominal
Nominal
33
untuk
minum bagi
keperluan
hidup seharihari
yang
memenuhi
syarat
kondisi fisik
air bersih.
Sarana yang
digunakan
untuk buang
air
besar yang
dimiliki oleh
responden
penyediaan
air bersih
Kuisioner
1. Memiliki
dan observasi
jamban, jika
kepemilikan
ada lubang
jamban
leher
angsa/tangki
septik,
bersih
dan
tertutup
2. Tidak
memiliki
jamban, jika
tidak
ada
lubang leher
angsa/tangki
septik, kotor
dan
tidak
tertutup
Jenis lantai Keadaan
Kuisioner
1. Kedap air
rumah
dan observasi
a) Semen
lantai
jenis lantai
b) Ubin
responden
rumah
c) Keramik
berdasarkan
2. Tidak kedap air
bahannya
a) Tanah
b) Kayu/bambu
Kepemilikan Sarana
Kuisioner
1. Meliliki Sarana
saluran
pembuangan air
pembuanaga dan observasi
pembuangan n
limbah
air sarana
air
limbah buangan
pembuangan 2. Tidak memiliki
(SPAL)
sarana
atau air sisa air limbah
pembuangan air
rumah
limbah
tangga yang
meliputi
:
karakteriristi
k fisik, jenis
air
limbah,
dan
cara
Kepemilikan
jamban
Nominal
Nominal
Nominal
34
pengolahan
air limbah
3.4 Jenis dan rancangan komponen penelitian
Jenis
penelitian
observasional
yang
dengan
digunakan
desain
merupakan
kasus-kontrol
penelitian
(case-control
analitik
study).
diidentifikasi
pada
saat
ini,
kemudian
faktor
risiko
diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. (24) Desain kasus
kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besarkah peran faktor risiko
dalam kejadian penyakit.(23) Secara sederhana rancangan kasus-kontrol
dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut :
Faktor risiko +
Faktor risiko Faktor risiko +
Faktor risiko -
Retrospektif
(kasus)
Efek +
Populasi
(sampel)
Retrospektif
(kontrol)
Efek -
35
Faktor risiko
Kasus
Kontrol
Efek
: Kejadian diare.
36
2
(Z 2 PQ+ Z P1 Q1 + P2 Q2)
n1=n2=
dimana :
n1=n2= Jumlah kasus dan kontrol
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kasus
P 1=
x P2
( 1P2 ) +( x P2)
Q1 = 1 - P1
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol = 0,531(26)
Q2 = 1 - P2 = 0,469
OR = Besar risiko paparan x faktor risiko = 3, 824(26)
Z = Statistik z pada distribusi normal standar, pada tingkat
kemaknaan 95% ( = 0,05) untuk uji dua arah = 1,96.
Z = Power sebesar 80% = 0,84
P = (P1+P2)
Q=1P
37
3,824 x 0,531
=0,812
( 10,531 ) +(3,824 x 0,531)
Q1 = 1 0,812 = 0,188
P = (0,469 + 0,812) = 0,640
Q = 1 0,640 = 0,359
0,8120,531
2
(1,96 2 ( 0,640 ) (0,359)+ 0,84 ( 0,812 )( 0,188 )+ ( 0,531 ) ( 0,469))
n1=n2=
n1=n2 = 44,2
Maka sampel yang dibutuhkan adalah 44 kasus dan 44 kontrol.
3.7 Kriteria inklusi dan eksklusi
3.7.1
38
Alur Penelitian
Izin
Penelitian
Penentuan
Populasi
Data
Skoring
Analisis Data
Informed
Consent
Pemilihan sampel
sesuai kriteria inklusi
Cara kerja
1. Sumber data
Data sekunder diambil melalui pencatatan dari rekam medik
pasien diare di Puskesmas Korbafo pada tahun 2013. Data
primer diambil menggunakan instrumen kuesioner yang
39
40
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
menunjukan
tidak
ada
hubungan
yang
signifikan.(27)
Untuk menginterpretasikan hubungan risiko pada penelitian ini
digunakan Odds Ratio (OR) dengan hasil interpretasi sama
dengan penelitian cross sectional yaitu :
a. Jika OR = 1, diperkirakan tidak ada asosiasi antara faktor
risiko dan penyakit atau bukan merupakan faktor risiko.
41
2014
Bulan
7
8
9
10
11
12
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Letak Geografis
Secara geografis, Puskesmas Korbafo berada di wilayah Kecamatan Pantai
Baru Kabupaten Rote Ndao. Di sebelah utara Puskesmas Korbafo berbatasan
dengan Laut Sawu, di sebelah selatan timur berbatasan dengan Kecamatan Rote
Timur dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rote Tengah.(28)
4.1.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Pantai Baru sekitar 176,18 km 2, yang perincian
luas wilayahnya sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nama Desa dan Luas Wilayah di Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai
Baru Tahun 2013
No
Desa
Presentase
1
2
3
4
5
Nusakdale
Batulilok
Lenupetu
Sonimanu
Oebau
7,69
16,89
8,86
5,76
23,89
4,36
9,59
5,03
3,27
13,56
43
6
7
8
9
10
11
4.1.3
Oeledo
Olafulihaa
Tunganamo
Tesabela
Edalode
Keoen
Jumlah
13,60
16,91
12,08
11,64
15,13
43,73
176,18
7,72
9,60
6,86
6,60
8,59
24,82
100,00
Sumber :rotendao.bps.go.id(29)
Kependudukan
Berdasarkan data registrasi penduduk tahun 2013 dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kecamatan Pantai Baru, jumlah penduduk Kecamatan Pantai Baru adalah
13.913 jiwa dimana terdiri dari laki-laki sebesar 6.990 jiwa dan perempuan
sebesar 6.923 jiwa. Jumlah pendatang sebesar 181 jiwa dan jumlah penduduk
yang pindah sebesar 63 jiwa dengan kepadatan penduduknya sebesar 78
jiwa/Km2. (30)
4.1.4 Pelayanan Kesehatan
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kesehatan. Oleh karena itu
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah penting. Saran kesehatan di
Kecamatan Pantai Baru yaitu berupa puskesmas, puskesmas pembantu dan yang
baru tahun ini adalah adanya puskesmas keliling. Puskesmas terdapat di ibukota
kecamatan yaitu Kelurahan Olafulihaa serta di Desa Sonimanu, sedangkan
wilayah desa lain hanya terdapat puskesmas pembantu.(30)
4.1.5 Perumahan
Rumah sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yakni yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah
(Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Peumahan). Tahun 2013 di Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru, jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 1600 rumah dari 1955 rumah yang ada (81,49%).
44
Rumah yang memenuhi persyaratan sebagai rumah sehat sebanyak 1367 rumah
(85,44%). Jika dilihat menurut wilayah, maka presentase rumah sehat tertinggi
berada di wilayah Kel. Olafulihaa (88,35%) dan terendah di Desa Edalode
(80,52%).(28)
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jumlah subyek penelitian ada 88 orang terdiri dari 44 kasus dan 44 kontrol.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Subyek Penelitian
Total
Jenis Kelamin
Kasus
Kontrol
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
N
30
14
44
%
68,5
31,5
100,0
N
26
18
44
%
59,00
41,00
100,0
N
56
32
88
%
63,5
36,5
100,0
Tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus
sebanyak 30 (68,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 26 (59,0%), demikian juga
pada jenis kelamin perempuan proporsinya pada kelompok kasus sebanyak 14
(31,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 18 (41,0%).
4.2.2
paling banyak pada nak balita (1-4 tahun) yaitu sebesar 16,7 % dan umur 5-15
tahun menempati urutan prevalensi tertinggi ke empat sebesar 9 % (8), dari hasil
pengamatan pra-penelitian yang di lakukan peneliti di Puskesmas Korbafo di
dapat golongan umur dari rentang 0-15 tahun paling banyak terdiagnosis diare
menurut data rekam medik.
Subyek Penelitian
Kelompok Umur
<5
5 10
11 15
Jumlah
Kasus
N
%
27
61,0
14
32,0
3
7,0
44
100,0
Kontrol
N
%
19
43,0
18
40,0
7
15,0
44
100,0
Total
N
46
32
10
88
%
52,2
36,4
11,4
100,0
45
Kejadian Diare
Olafulihaa
N
15
%
34
Tungganamo
18
41
Tesabela
11
Edalode
Keoen
Jumlah
44
100
penelitian.
Pengelompokan ini
bertujuan untuk
46
3
4
Kepemilikan Jamban
1. Bukan jenis leher angsa
2. Jenis leher angsa
Jenis Lantai Rumah
1. Tidak terbuat dari
semen, ubin atau
keramik
2. Terbuat dari semen,
ubin atau keramik
Kepemilikan Sarana
Pembuanagan Air Limbah
1. Tidak memiliki saluran
pembuangan dan tempat
penampungan air
limbah
2. Memiliki saluran
pembuangan dan tempat
22
22
50,0
50,0
17
27
38,6
61,4
13,6
20,5
38
86,4
35
79,5
39
88,6
38
86,4
11,4
13,6
47
penampungan air
limbah
Penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah asal atau jenis
air yang digunakan untuk minum bagi keperluan hidup
sehari-hari yang memenuhi syarat kondisi fisik air bersih .
Pada kasus yang tidak memenuhi syarat (sumber airnya berjarak < 10 meter
dari sumber pencemar serta berbau, berasa, berwarna dan keruh) sebesar
56,8%, sedangkan pada kontrol yang tidak memenuhi syarat kesehatan lebih
kecil yaitu sebesar 20,5%.
Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air
besar yang diimilki responden. Pada kasus yang tidak memiliki jamban
(bukan jenis leher angsa) sebesar 50,0%, sedangkan pada kontrol lebih kecil
yaitu 38,6%. Responden yang memiliki jamban (jenis leher angsa) pada
kasus sebesar 50,0% dan pada kontrol 61,4%.
Jenis lantai rumah adalah keadaan lantai rumah responden
berdasarkan bahannya. Berdasarkan observasi pada kasus yang lantainya
tidak kedap air (jenis lantai rumahnya tidak dilapisi semen,ubin atau
keramik) sebesar 13,6%, sedangkan pada kontrol lebih besar yaitu 20,5%.
Jenis lantai yang kedap air (jenis lantai rumahnya tidak dilapisi semen,ubin
atau keramik) pada kasus sebesar 86,4%, sedangkan pada kontrol lebih kecil
yaitu 79,5%.
Sarana pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air
buangan atau air sisa rumah tangga yang meliputi :
karakteriristik fisik, jenis air limbah, dan cara pengolahan air
48
limbah. Pada kasus yang tidak memilki SPAL (tidak memiliki tempat
penampungan dan saluran pembuangan air limbah) sebesar 88,6%,
sedangkan pada kontrol sebesar 86,4%. Responden kasus yang memiliki
SPAL (tidak memiliki tempat penampungan dan saluran pembuangan air
limbah) sebesar 11,4%, sedangkan pada kontrol sebesar 13,6%.
Selanjutnya data-data tersebut di analisis dengan uji chi-square untuk
4.3.2
49
penyebaran
penyakit
diare,
terutama
hasil
wawancara
dengan
kuisioner
terhadap
airnya
berasal
dari
sumur,
airnya
tidak
50
51
N
%
N
%
6
13,6
9
20,5
38
86,4
35
79,5
CI 95% = 0,198<OR<1,902
0,395
52
53
Tabel 4.9
tidak
54
N
O
1.
2.
3.
4.
Hasil Perhitungan Analisis Bivariat dengan Uji ChiSquare Faktor Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan
Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014
Faktor Risiko
OR
95%CI
Nilai
p
Keterangan
Penyediaan air
bersih
Kepemilikan
jamban
Jenis
lantai
rumah
Kepemilikan
sarana
pembuangan
air limbah
5,177
1,989<OR<13,161
0,000
Sig
1,588
0,681<OR<3,075
0,283
Tidak Sig
0,614
0,198<OR<1,902
0,395
Tidak Sig
1,232
0,347<OR<4,377
0,747
Tidak Sig
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang hubungan faktor kesehatan lingkungan dengan
kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai baru
Kabupaten Rote Ndao dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
56
tentang
penyakit
diare
dan
cara
pencegahannya.
b. Memperhatikan aspek kesehatan lingkungan pada segi penyediaan air
bersih, kepemilikan jamban, jenis lantai rumah, dan sarana pembuangan
air limbah.
c. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti variabel variabel
lain yang berhubungan terutama variabel perilaku dan pengetahuan
dengan kejadian diare serta melakukan penelitian yang lebih mendalam
di wilayah kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten
Rote Ndao.
57
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dinkes NTT. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012.
Kupang; 2013.
58
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
59
19.
20.
21.
22.
Utomo AM. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Dengan
Kejadian Diare Anak Usia Sekolah di SDN 02 Pelemsengir Kecamatan
Todanan Kabupaten Blora. 2012;15.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao. Pantai Baru Dalam Angka
2014 [Internet]. BPS KAB.ROTE NDAO. 2014 [cited 2015 Feb 11]. p. 4.
Available
from:
http://rotendaokab.bps.go.id/index.php?
hal=publikasi_detil&id=19
60
30.
31.
32.