Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SIKAP DAN PENGETAHUAN TERHADAP


TINGGINYA INSIDEN PENYAKIT DIARE PADA ANAK
BALITA DI RSU UKI SELAMA TAHUN 2014

OLEH:
MELIA FADIANSARI SURIANSYAH
1361050163
KELOMPOK 2 A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelasaikan Penelitian Epidemiologi yang berjudul Pengaruh
Sikap dan Pengetahuan Terhadap Tingginya Insiden Penyakit Diare Pada Anak Balita di
RSU UKI Selama Tahun 2014. Dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dalam proses penelitian epidemiologi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena adanya keterbatasan sumber-sumber referensi yang dapat menunjang
terselesaikannya karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis sangat menerapkan adanya masukan
dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan penulis ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 7 Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI
2

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

ii

Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................

1
2
2
3

Bab II TINJUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Diare.......................................................................................

2.2 Penyebab Diare........................................................................................

2.3 Penyebab Lain..........................................................................................

2.4 Cara Penularan.........................................................................................

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare................................

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................

12

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................

12

3.3 Populasi dan Sampel................................................................................

12

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi....................................................................

12

3.5 Variabel Penelitian....................................................................................

13

3.6 Instrument Penelitian...............................................................................

13

3.7 Teknik Pengumpulan data........................................................................

13

3.8 Teknik Pengolahan Data...........................................................................

13

3.9 Metode Analisis Data...............................................................................

14

3.10 Kerangka Konsep...................................................................................

14

3.11 Definisi Operasional...............................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

17

LAMPIRAN...............................................................................................................

18

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada
tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur
5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet
kecelakaaan setiap hari. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka
kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun
1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per
1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.
Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati
urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data
tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak
92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate
(CFR) 2,92%.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah
lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia 4. Banyak faktor
risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di
Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang
meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa
kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk.

Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri


E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan
adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang
banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di
PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75
kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi,
kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah, keadaan sosial
pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik tanpa adanya
kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya serta
kesiapan petugas kesehatan dilapangan yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan perilaku.
Kasus penyakit diare di RSU UKI Jakarta Timur pada tahun 2014, tercatat angka
kesakitan diare sebanyak 1066 kasus.
Dengan melihat data di atas maka sangat penting melakukan penelitian ini guna
melihat bagaimana pengaruh sikap dan pengetahun terhadap tingginya insiden penyakit
diare yang terjadi selama tahun 2014 di RSU UKI.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh sikap dan pengetahuan orang
tua terhadap tingginya insiden penyakit diare pada anak balita di RSU UKI selama tahun
2014?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


a) Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab angka
kesakitan diare di RSU UKI selama tahun 2014.
b) Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara karakteristik balita (umur, jenis kelamin,


status gizi) terhadap penyakit diare di RSU UKI Jakarta Timur pada tahun
2014.
2. Mengetahui hubungan antara faktor pendukung (petugas kesehatan,
penatalaksanaan) terhadap penyakit diare di RSU UKI Jakarta Timur pada
tahun 2014.
3. Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan (sumber air minum,
jamban keluarga) terhadap penyakit diare di RSU UKI Jakarta Timur pada
tahun 2014.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1. Bagi RSU UKI sebagai bahan masukan untuk perencanaan dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit diare dimasa yang akan datang.
2. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahun dan wawasan masyarakat mengenai
pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan guna mencegah terjadinya diare.
3. Bagi peneliti, ini sangat bermanfaat selama dalam proses belajar karena akan banyak
menambah cakrawala pandang peneliti menjadi luas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN DIARE
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) (DEPKES RI, 2000). Sedangkan,
menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari,
3

baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer
(pembunuh anak-anak) peringat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh
diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada baik dan anak balita (Zubir, 2006 ).
2.2 PENYEBAB DIARE
Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi,
malabsorbsi, alergi dan keracunan.
Penyebab Diare Infeksius
Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare
infeksius. Penyebab diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme
yang berbeda-beda serta gejalanya sulit dibedakan antara satu dengan
yang lainnya.
a. Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling
penting penyakit diare terutama yang menyerang bayi.
b. Vibrio cholera
Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask
selain itu ada 2 serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961
biotipe El Tor pernah menyebabkan pandemi ketujuh.
c. Shigella
Genus Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu:
- Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat
-

di Negara berkembang.
Shigella sonei adalah kelompok yang terdapat di negara maju.
Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan
angka kematian tinggi.
Shigella biydii, kelompok ini jarang ditemui.
Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada manusia dan
beberapa jenis binatang primata. Penyebarannya melalui kontak
langsung antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.
Dengan dosis infeksius yang rendah (10 s.d 100 organisma)
sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan penyakit terjadi
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Depkes
RI, 1990).

d. Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d
10 diantaranya menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam
hal ini binatang seperti misalnya unggas adalah reservoir utama.
Oleh karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi
apabila mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan unggas,
daging, telur dan susu. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella
yang menyerang anak kecil relatif jarang terjadi di negara
berkembang

dibanding

dengan

daerah

industri.

Hal

ini

dimungkinkan karena di negara berkembang pada umumnya anak


kecil jarang diberi makanan dalam kaleng yang merupakan media
bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella
biasanya berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri
perut dan demam (Depkes RI, 1990).
e. Escherichia coli (E. Coli)
Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu
enterotoxigenic

(ETEC),

enteroadherent

enterohaemorrhagic

(EAEC),

enteroinvasive

(EPEC),

(EIEC),

dan

enterohaemorrhagic (EHEC).
f. Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang
berobat kesarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel
usus,

mengubah

fungsi

dan

regenerasinya.

Keadaan

ini

menyebabkan diare dan gejala umum misalnya malaise dan


demam. Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa telah
regenerasi (Depkes RI, 1990).
g. Infeksi Parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang
dapat menyebabkan diare yaitu :
1. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan
usia.

Infeksi

ini

sering

salah

diagnosiskan

sebab

menentukan ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering


dikira

leukosit
5

polimorfonuklear.

Penyebaran

terjadi

melalui makanan dan minuman. Kista E.histolytica sangat


kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai.
(Depkes RI, 1990).
2. Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada
awalnya dikenal sebagai penyebab diare pada binatang.
Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare cair pada
yang menurun kekebalan tubuhnya, khususnya penderita
AIDS. Di negara berkembang parasit ini menyebabkan 4-11
% kasus diare pada anak Cryptosporidiasis ditularkan
melalui jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan
angka prevalensi infeksi sampai 100 % pada beberapa
penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti.
Infeksi Giardia lamblia biasanya

melalui makanan,

minuman atau manular dari orang ke orang. Penularan dari


orang ke orang terjadi terutama pada anak yang tinggal di
keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak
(Sunoto, 1990).
Penyebab Keracunan Makanan
a. Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorpsi

dibagi

menjadi

dua

yaitu

malabsorsi

karbhohidratdan lemak. Malabsorpsi karbhohidrat, pada bayi


kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat , tinja berbau
sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglysera.Triglysera, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah
lemak menjadi micelles yang siap diabsorsi usus.Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik.
b. Faktor makanan
6

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang


tercemar,basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan
kurang matang.Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
c. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak
dapatmenyebabkan diare kronis.Tetapi jarang terjadi pada anak
balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

2.3 PENYEBAB LAIN


Selain beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor faktor lain
misalnya obat, keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi sistematik serta
intoleransi makanan.
lntoleransi makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan dapat
menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit granulomatosiskronik usus
misalnya penyakit crohn dan beberapa jenis tumor dapat juga menimbulkan diare (Depkes
RI, 1990).
2.4 CARA PENULARAN
Penularan diare terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
3) Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.

5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan
alat-alat yang dipegang.

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE


Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi. kepadatan
penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan (Sutoto.1992 ).
1. Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita.Pada
penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata saran
dengan anak yang gizinya baik.Namun anak yang gizinya menderita diare lebih
berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat.Juga diare pada
anak bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan
perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya
kurang (Depkes RI. 1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare mendorong
anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih
berat. Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat amat berat
atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena diare yang misalnya
penemonia. (Depkes RI, 1990).
2. Faktor Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan diare.
Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling
banyak menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan
kejadian diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah anggota
keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna.(Tandiyo, 1984).
Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih untuk tiap
orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa.
Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5 %.
Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang dan pangan.Demi
kenyamanan tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi kebutuhan
kondisi tempat tinggal yang sehat.Rumah yang sehat dengan memenuhi tata ruang
yang memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya dan menularnya penyakit.
8

Kepadatan hunian adalah satu unsure kenyamanan tinggal di rumah, perlu


dipikirkan dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap orang, mengingat
kepadatan hunian termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
kejadian diare anak balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak balita tinggal di
rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang. Anilisis faktor ini
menunjukkan anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari
10 meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37 kali dibanding
anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap
orang. Risiko ini mengingat menjadi 1,85 setelah kepadatan hunian berinteraksi
dengan faktor sosial demografi dan lingkungan yang lain (Joko Iriantc dkk ;
Analisis Lanjut SDKI, 1994).
3. Faktor sosial Ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi
aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya
meningkatkan fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat.Hal ini
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat.Selain itu
masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan
sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
4. Faktor perilaku masyarakat
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan.adalah bagian terpenting dalam
penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan dapat
memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air
besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah dibuktikan mempunyai
dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran utama dalam pendidikan
kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci tangan dari
79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di sebuah rumah sakit di Banglades
karena diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat diharapkan
sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
Kebiasaan adat istiadat dapat mempeugaruhi kesenatan individu. Oleh sebab itu
faktor kebiasaan merupakan faktor yang penting dalam penyebaran terjadinya
penyakit diare antara lain penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak saniter.
Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol 4-6
bulan pertama) serta kebersihan perorangan (Depkes Rl; Ajar Diare, 1990).
9

5. Faktor kesehatan lingkungan


Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kejadian diare di masyarakat.Keadaan kesehatan lingkungan yang berkaitan erat
dengan diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga.
Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air bersih akan
menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan masuknya
kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi
masyarakat. penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara
penularan penyakit diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang
menunjukkan bahwa pada kelompak keluarga yang membuang kotoran secara
saniter mempunyai angka terkena penyakit diare lebih rendah dibandingkan dengan
keluarga yang membuang kotoran yang tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh kwalitas persediaan
air bersih (minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa kejadian tersangka
kolera ternyata lebih tinggi di wilayah air dangkal (Kabupaten Sleman, Bantul dan
Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979) mendapatkan dari 68
keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 % mempergunakan air
minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri E. Col' positif) dengan kejadian
yang berbeda bermakna (ignatius SP; 1980).
Selain itu penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi risiko diare lebih baik
dari pada perbaikan sumber air, walaupun dampak yang paling tinggi dapat
diharapkan dari gabungan kebersihan dan perbaikan sumber air. Hasil penelitian
dampak proyek sumber air dan kebersihan 28 negara menunjukkan penurunan
angka kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka kematian diare 21-30 %
(Sunoto, 1990).
6. Faktor musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim.Pada daerah yang bermusim
tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim
panas.Sedangkan diare oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung terjadi
Sepanjang tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim
kemarau.Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan
(Depkes KL.Ajar Diare, 1990).

10

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenispenelitianini bersifat diskriptif dengan menggunakan pendekatan desain
cross sectional untuk mengetahui masalah kesehatan khususnya penyakit diare pada
masyarakat yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan kecenderungan
diare pada anak balita di RSU UKI Jakarta Timur Tahun 2014 dan memperkirakan
adanya hubungan antara variable dependen dan independen.

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja RSU UKI Jakarta Timur.Penelitian
dilmulai dari tanggal 1 Maret 30 Maret 2015.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 1066 penderita diare yang berada di RSU UKI
Jakarta Timur selama tahun 2014.
Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan peneliti, yaitu seluruh pasien kasus
diare.
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria Inklusi:
-

pasien balita yang berusia diatas 1 tahun dan dibawah 5 tahun


mengalami diare
mau menjadi subjek penelitian

pasien yang berusia dibawah 1 tahun dan diatas 5 tahun


pasien menolak menjadi subjek penelitian

Kriteria Eksklusi:

11

3.5 VARIABEL PENELITIAN


Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabelvariabel yang diidentifikasi sebagai berikut.
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status
gizi) dan pengetahuan orang tua, variabel bebas (independent) yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu karakteristik balitadan pengetahuan orang tua, sedangkan variabel
terikat(dependent) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kejadian diare.
3.6 INSTRUMENT PENELITIAN
Instrumen yang dipakai adalah data sekunder berupa arsip laporan bulanan
kejadian diare. Dan data penunjang seperti laporan mingguan wabah, serta kasus diare
yang dilaporkan oleh bidan desa dan kader diare petugas puskesmas pembantu.
3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Ada dua metode pengumpulan data, yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi langsung ke lapangan
dengan melihat dan membagi kuesioner.
2. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui laporan maupun dokumen
yang tercatat di RSU UKI Jakarta Timur serta kasus yang dilaporkan oleh
Bidan Desa, petugas puskesmas pembantu, serta kader diare tahun 2014 yang
ada di puskesmas Ciracas Jakarta Timur.
3.8 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data sekunder dilakukan melalui 4 tahap yaitu :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isisan formulir pengumulan
data, apakah data yang ada di formulir sudah lengkap
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan.Koding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisa data dan
juga mempercepat pada saat entri data.
3. Processing
12

Setelah semua isian pengumpulan data terisi penuh dan benar dan sudah melewati
pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
dianalisa. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data ke paket
komputer, yaitu dengan paket program SPSS 10 for windows.
4. Cleaning
Cleaning (Pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.
3.9 METODE ANALISIS DATA
Analisis data pada penelitian ini meliputi penentuan variable yang hendak
dianalisis, rekontruksi variable yang hendak dianalisis, dan pengelompokkan variable
baru yang dimaksudkan agar data penelitian menjadi sederhana dan memudahkan
peneliti melakukan ananalisis dan membuat kesimpulan.
3.10 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
1. KARAKTERISTIK BALITA
- UMUR
- JENIS KELAMIN
- STATUS GIZI
- STATUS IMUNISASI
2. KARAKTERISTIK IBU
- UMUR

PENYAKIT DIARE

- TINGKAT PENDIDIKAN
- TINGKAT EKONOMI
- BESARNYA KELUARGA
3. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
- PENGGUNAAN AIR BERSIH
- KEBERSIHAN PERORANGAN
3.11 DEFINISI OPERASIONAL

13

no
.

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala
Ukur

VARIABEL DEPENDEN

Air besar lembek atau cair


1. Diare

dapat berupa air saja yang Observasi

Dokumen Jumlah

frekuensi lebih sering dari (telaah

Rekam

kejadian kasus interval

biasanya (tiga kali atau dokumen)

Medis

diare

lebih dalam sehari)

VARIABEL INDEPENDEN

no
.

Variabel Definisi Operasional

Hitungan
1. Umur

lama

Cara Ukur

hidup Observasi

Alat Ukur Hasil Ukur

Dokumen

seseorang dari lahir hingga (telaah

Rekam

saat penelitian dilakukan.

dokumen)

Medis

Observasi

Dokumen

(telaah

Rekam

dokumen)

Medis

Usia

dalam

tahun

Skala
Ukur

interval

Aspek biologi seseorang


meliputi
2.

Jenis

komposisi

Kelamin hormon

perbedaan
kimia
dalam

dan
tubuh,

anatomi fisik, reproduksi

1=laki-laki
2= perempuan

Nominal

biologis lainnya.

3. Lokasi
tempat
tinggal

Tempat

dimana

tinggal dan menetap.

pasien Observasi

Dokumen 0=lingkungan Nominal

(telaah

Rekam

dokumen)

Medis

RSU UKI
1= lingkungan
Cawang UKI

14

2= lingkungan
luar

Cawang

UKI

Observasi
Jangka
yang

seseorang (telaah
mendapatkan dokumen)

waktu
sakit

perawatan
4.

Lama
rawat

mulai

pertama

kali

dari
masuk

perawatan

1 = Sebentar

Dengan

hingga menghitung

dinyatakan

sembuh/waktu rata-rata

Dokumen (< 3 hari)


Rekam
Nominal
2 = Lama

lama Medis
(3 hari)

mulai masuk rumah sakit rawat


sampai konsistensi fese responden,
menjadi lembek

didapat

hasil

3,07 hari.

5.

6.

Bulan
dirawat

Waktu seseorang dirawat Observasi

Dokumen

dihitung dalam hitungan (telaah

Rekam

bulan

Medis

dokumen)

Kelas

Tempat

dimana

Rawat

mendapatkan
untuk
penyakitnya

pasien Observasi

perawatan
kesembuhan (telaah
dokumen)

15

Nama bulan

Nominal

1 = VIP dan
Dokumen SVIP
Rekam
Nominal
2 = Kelas I, II,
Medis
dan III

DAFTAR PUSTAKA

Diunduh dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125808-S-5858-Hubungan%20kepadatanPendahuluan.pdf.24Januari 2015


Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31798.10Februari2015
Diunduh dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318411-S-PDF-Hari
%20Wibowo.pdf.10Februari2015
Diunduh dari
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/saptawati.bardosono/material/crosssectionalstudyprogra
mdoktor.pdf.11Februari2015
Departemen Kesehatan RI, Profil KesehatanIndonesia 2002. Jakarta: Depkes RI 2002.
Arikunto. 2010. ProsedurPenelitian: SuatupendekatanPraktik. Jakarta. RhinekeCipta
Soekidjo Notoatmojo. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta. 2002.

16

LEMBAR PERTANYAAN
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Balita

: ..Umur..................TB.BB

Nama Responden

: Umur .tahun

Alamat

Petunjuk Pengisian :
1) Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner denganjawaban yang jujur
2) lsilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan' memberi tanda
ceklis (v) dengan mcnggunakan Bolpoint tinta warna hitam
3) Sebagai contoh : apabila ibu mengetahui ten tang penyakit diare isilah kolom sebelah
kanan dengan memberi tanda ceklis (v) yang anda anggap benar? Contoh:
Apakah ibu mengetahui tentang penyakit diare ?
1)

Tidak

[v]

2)

Ya

[ ]

Text Box: KARATERISTIK RESPONDEN ORANG TUA


1) Pendidikan
:
1. Tidak tamat SD
2.
SD
3.
SLTP
4.
SLTA
5.
Perguruan Tinggi
2) Pekerjaan

[
[
[
[
[

]
]
]
]
]

:
17

1.
2.
3.
4.
5.
6.

PNS
Karyawan Swasta
Pedagang
Petani
Buruh
Tidak Bekerja ibu rumah tangga

3) Jenis Kelamin
1.
Laki-laki
2.
Perempuan

4) Status gizi
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk

[
[
[
[
[
[

]
]
]
]
]
]

[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]

Text box: PENGETAHUAN RESPONDEN


5) Apakah anda mendengar atau mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan tentang
penyakit diare ?
1.
Pernah
[ ]
2. Tidak Pemah
[ ]
6) Menurut andaapa yang dimaksud dengan diare?
1.
Buang air besr lebih dari 4 kali sehari
2. Tinja encer dan sering
3. Tidak tahu

[ ]
[ ]
[ ]

7) Menurut anda, bila anak menderita diare, bagaimana bentuk kotorannya:


1. Tidak tahu
[ ]
2.
Padat
[ ]
3.
Bercampur darah
[ ]
4.
Cair/encer
[ ]
8) Bila seorang anak menderita diare/mencret, berapa kali sehari ia buang air besar?
1.
1 kali
[ ]
2.
2 kali
[ ]
3.
3 kali
[ ]
4.
> 3 kali
[ ]
9) Menurut anda,apa yang menyebabkan anak sakit diare?
1. Tidak tahu
[ ]
2. Masuk angin
[ ]
3. Cacingan
[ ]
4. Makanan tidak bersih
[ ]
10) Menurut anda, apakah anak yang diare dapat menularkan penyakitnya pada orang
lain?
1. Tidak tahu
[ ]
2.
Dari tangan langsung kemulut
[ ]
18

3.

Dari kuman penyebab penyakit masuk melalui minuman & makanan [ ]

11) Bagaimana cara mencegah diare?


1. Tidak tahu
2. Anak jangan diberi ASI
3.
Menjaga kebersihan tangan, makanan dan minuman

[ ]
[ ]
[ ]

12) Bila bayi anda menderita diare, apakah ASlnya masih boleh diteruskan?
1. Tidak
[ ]
2. Ya
[ ]
13) Menurut anda, bagaimana cara mcncuci peralalan makanan yang benar?
1. Tidak tahu
[ ]
2.
Dengan air dicelupkan ke ember
[ ]
3.
Dengan air bersih dari sabun
[ ]
Text Box: ASPEK TATALAKSANA
14) Menurut anda, apa tindakan yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas/Klinik
terhadap diare?
1.
Diberi oralit
[ ]
2.
Diberi obat tambahan
[ ]
3.
Di infuse
[ ]
4.
Pertolongan lambat
[ ]
5.
Dipersulit / tidak ditangani
[ ]
15) Setelah diberi obat dari Puskesmas, apakah obat tersebut diberikan sesuai instruksi
dokter?
1. Ya, diberikan
[ ]
2.
Kadang-kadangjika ingat
[ ]
3.
Disimpan untuk persediaan
[ ]

***** Terima Kasih Atas Kerjasama Anda Dalam Mengisi Kuesioner Ini

19

Dengan Lengkap dan Jujur *****

20

Anda mungkin juga menyukai