Anda di halaman 1dari 8

Tugas individu IPTEK dan Riset Kesehatan Kawasan Pesisir dan

Pertambangan

SKRIPSI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN

PENYAKIT DIARE PADA MASYARAKAT KAWASAN PESISIR

KELURAHAN LAPULU

KECAMATAN ABELI

KOTA KENDARI

Nur Alya
NIM : K202101038

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya lingkungan merupakan salah satu determinan terhadap

terjadinya masalah kesehatan. Menurut Hendrik L. Blum yang dikutip

Notoadmodjo (2007) masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat

kompleks yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan

itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatannya sendiri, tetapi

harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat

sakit atau kesehatan tersebut.

Lingkungan mempunyai peranan penting dalam membentuk pola

penyakit, oleh karena penyakit merupakan perpaduan antara gangguan alamiah,

bahan kimia, faktor biologis dan faktor sosial budaya. Gangguan fisik dapat

berupa temperatur, perubahan cuaca, kekeringan dan sebagainya. Dari bahan

kimia dapat berupa gas-gas berbahaya. Dari faktor-faktor biologis dikenal adanya

mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit yang dapat menimbulkan

penyakit pada manusia, sedangkan faktor budaya berkaitan dengan kebiasaan

hidup manusia termasuk di dalamnya kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan

(Prasetyo, 2009).

Penyakit diare merupakan penyakit yang sering mengenai bayi dan balita.

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali,

sedangkan untuk bayi umur lebih dari 1 tahun dan anak bila frekuensi lebih dari

tiga kali (Soebagya, 2008). Diare adalah keadaan yang ditandai dengan

frekuensi buang air besar (BAB) >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses
yang lunak atau cair dengan atau tanpa disertai darah dan lendir. Diare dapat

dibedakan berdasarkan lama berlangsungnya antara lain diare akut yaitu diare

yang terjadi kurang dari 14 hari sedangkan diare kronik yaitu diare yang terjadi

lebih dari 14 hari. (Soebagya, 2008). Diare juga merupakan penyebab penting

dari malnutrisi, hal ini dikarenakan anak-anak diare cenderung makan lebih

sedikit saat mengalami diare. Diare juga mempengaruhi pencernaan makanan

secara buruk, akibatnya tubuh tidak dapat memanfaatkan makanan dengan

efektif (Yusuf, 2009). Diare akut memiliki penatalaksanaan wajib oleh WHO atau

dikenal dengan 5 protap WHO.

Penatalaksanaan tersebut diataranya yaitu pemberian cairan (oralit

osmolaritas rendah), zink selama 10 hari, diet, antibiotik selektif, dan melakukan

pendekatan atau edukasi kepada orangtua pasien (WHO 2016) Protein adalah

makronutrien yang berfungsi sebagai zat pembangun, fungsi protein salah

satunya yaitu sebagai pembentukan sel, perbaikan sel dan perbaikan jaringan

tubuh yang rusak, serta membuat antibodi untuk sistem kekebalan tubuh

(Arisman, M.B .2003).

Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi

lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain

dari protein adalah untuk mengatur keseimbangan air, pembentukan ikatan-

ikatan essensial tubuh, memelihara netralitas tubuh, sebagai pembentuk

antibodi, mengatur zat gizi dan sebagai sumber energi (Almatsier, 2001).

Malnutrisi Energi Protein (MEP) yang selanjutnya disebut sebagai malnutrisi telah

lama diketahui mempunyai hubungan timbal balik dengan diare. Disatu pihak

diare dapat mencetuskan terjadinya malnutrisi, sedangkan di pihak lain malnutrisi

dapat menyebabkan timbulnya diare (Victoria, 2008).


Berdasarkan data riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa cakupan sanitas

di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan target secara nasional yait 80%

Indikator sanitasi dapat dilihat dari akses terhadap air bersih, penggunaa jamban

keluarga, penggunaan tempat sampah, dan kepemilikan SPA Cakupan rumah

tangga di Indonesia menurut akses terhadap air minum.

Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang masih memiliki fasilitas sanitasi yang

kurang dan 1 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman

(UNICEF-Indonesia, 2012).

Di Indonesia diare masih merupakan penyakit endemis dan merupakan

penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian. Hasil Riskesdas tahun

2007 menyebutkan bahwa diare adalah penyebab nomor satu kematian pada

bayi (31,4%) dan balita (25,2%), dan penyebab kematian nomor empat pada

kasus semua umur (13,2%), (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2014 dari 2.417.962 penduduk terdapat 42.293 penderita diare dengan

prevalensi sebesar 17.491 per 1.000.000 kelahiran, dan pada tahun 2015 dari

2.499.540 penduduk terdapat 41.071 penderita diare dengan prevalensi sebesar

16.431 per 1.000.000 kelahiran (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

2017).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kendari, tahun 2014 dari

335.889

penduduk terdapat 5.476 penderita diare dengan prevalensi sebesar 1.630 per

100.000 kelahiran, tahun 2015 dari 347.496 penduduk terdapat 6.278 penderita
diare dengan prevalensi sebesar 1.806 per 100.000 kelahiran dan pada tahun

2016 dari 359.371 penduduk terdapat 6.079 penderita diare dengan prevalensi

sebesar 1.691 per 100.000 kelahiran (Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2017).

Berdasarkan data Puskesmas Abeli tahun 2014 dari 25.911 penduduk

erdapat 967 penderita diare dengan prevalensi sebesar 379 per 10.000

celahiran, tahun 2015 dari 26.890 penduduk terdapat 771 penderita diare engan

prevalensi sebesar 286 per 10.000 kelahiran dan pada tahun 2016 dari 18.789

penduduk terdapat 927 penderita diare dengan prevalensi sebesar 493 per

10.000 kelahiran (Puskesmas Abeli, 2017).

Berdasarkan data Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kelurahan Lapulu

tahun 2014 dari 4.362 penduduk terdapat 87 penderita diare dengan prevalensi

sebesar 19 per 1.000 kelahiran, tahun 2015 dari 4356 penduduk terdapat 54

penderita diare dengan prevalensi sebesar 12 per 1.000 kelahiran dan pada

tahun 2016 dari 4355 penduduk terdapat 65 penderita diare dengan prevalensi

sebesar 14 per 1.000 kelahiran (Pustu Lapulu 2017).

Berdasarkan data Puskesmas Abeli di Kelurahan Lapulu tahun 2017,

beberapa aspek sanitasi lingkungan seperti penyediaan air bersih, jamban

keluarga, pengolahan sampah dan pembuangan air limbah yang sehat hanya

sekitar 60%. Berdasarkan data tersebut cakupan sanitasi lingkungan masih

kurang dari target nasional yaitu 80% (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas maka penulis akan

melakukan penelitian yang berjudul "Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan

Kejadian Penyakit Diare Pada Masyarakat Kawasan Pesisir Kelurahan Lapulu

Kecamatan Abeli Kota Kendari".


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare

pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota

Kendari ?

2. Apakah ada hubungan jamban keluarga dengan kejadian penyakit diare

pada masyarakat kawasan pesisir Keluarahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota

Kendari?

3. Apakah ada hubungan pengolahan sampah dengan kejadian penyakit diare

pada masyarakat kawasan pesisir Keluarahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota

Kendari ?

4. Apakah ada hubungan sarana pembuangan air limbah dengan kejadian

penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan Lapulu

Kecamatan Abeli Kota Kendari ?

C. Tujuan Penulisan

C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian

penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan Lapulu

Kecamatan Abeli Kota Kendari.

C.2. Tujuan Khusus

a Untuk mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih dengan


kejadian penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan

Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.

b Untuk mengetahui hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian

penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan Lapulu

Kecamatan Abeli Kota Kendari.

c Untuk mengetahui hubungan antara pengolahan sampah dengan

kejadian penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir Kelurahan

Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.

d Untuk mengetahui hubungan antara sarana pembungan air limbah

dengan kejadian penyakit diare pada masyarakat kawasan pesisir

Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.

D. Manfaat Penulisan

D.1. Manfaat Praktis

a Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam memecahkan masalah kesehatan lingkungan di wilayah kerja

puskesmas abeli.

b Hasil penelitian ini dapat dijadikan Sebagai bahan masukan bagi

pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam

penentuan arah kebijakan program penanggulangan penyakit menular

khususnya penyakit Diare.


D.2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai

bahan kajian rujukan bagi penelitian selanjutnya.

b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi

penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan

masyarakat.

E. Kebaharuan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai