Pertambangan
SKRIPSI
KELURAHAN LAPULU
KECAMATAN ABELI
KOTA KENDARI
Nur Alya
NIM : K202101038
KENDARI
2022
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya lingkungan merupakan salah satu determinan terhadap
harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat
bahan kimia, faktor biologis dan faktor sosial budaya. Gangguan fisik dapat
kimia dapat berupa gas-gas berbahaya. Dari faktor-faktor biologis dikenal adanya
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit yang dapat menimbulkan
(Prasetyo, 2009).
Penyakit diare merupakan penyakit yang sering mengenai bayi dan balita.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali,
sedangkan untuk bayi umur lebih dari 1 tahun dan anak bila frekuensi lebih dari
tiga kali (Soebagya, 2008). Diare adalah keadaan yang ditandai dengan
frekuensi buang air besar (BAB) >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses
yang lunak atau cair dengan atau tanpa disertai darah dan lendir. Diare dapat
dibedakan berdasarkan lama berlangsungnya antara lain diare akut yaitu diare
yang terjadi kurang dari 14 hari sedangkan diare kronik yaitu diare yang terjadi
lebih dari 14 hari. (Soebagya, 2008). Diare juga merupakan penyebab penting
dari malnutrisi, hal ini dikarenakan anak-anak diare cenderung makan lebih
efektif (Yusuf, 2009). Diare akut memiliki penatalaksanaan wajib oleh WHO atau
osmolaritas rendah), zink selama 10 hari, diet, antibiotik selektif, dan melakukan
pendekatan atau edukasi kepada orangtua pasien (WHO 2016) Protein adalah
satunya yaitu sebagai pembentukan sel, perbaikan sel dan perbaikan jaringan
tubuh yang rusak, serta membuat antibodi untuk sistem kekebalan tubuh
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain
antibodi, mengatur zat gizi dan sebagai sumber energi (Almatsier, 2001).
Malnutrisi Energi Protein (MEP) yang selanjutnya disebut sebagai malnutrisi telah
lama diketahui mempunyai hubungan timbal balik dengan diare. Disatu pihak
di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan target secara nasional yait 80%
Indikator sanitasi dapat dilihat dari akses terhadap air bersih, penggunaa jamban
Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang masih memiliki fasilitas sanitasi yang
kurang dan 1 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman
(UNICEF-Indonesia, 2012).
penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian. Hasil Riskesdas tahun
2007 menyebutkan bahwa diare adalah penyebab nomor satu kematian pada
bayi (31,4%) dan balita (25,2%), dan penyebab kematian nomor empat pada
prevalensi sebesar 17.491 per 1.000.000 kelahiran, dan pada tahun 2015 dari
2017).
335.889
penduduk terdapat 5.476 penderita diare dengan prevalensi sebesar 1.630 per
100.000 kelahiran, tahun 2015 dari 347.496 penduduk terdapat 6.278 penderita
diare dengan prevalensi sebesar 1.806 per 100.000 kelahiran dan pada tahun
2016 dari 359.371 penduduk terdapat 6.079 penderita diare dengan prevalensi
sebesar 1.691 per 100.000 kelahiran (Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2017).
erdapat 967 penderita diare dengan prevalensi sebesar 379 per 10.000
celahiran, tahun 2015 dari 26.890 penduduk terdapat 771 penderita diare engan
prevalensi sebesar 286 per 10.000 kelahiran dan pada tahun 2016 dari 18.789
penduduk terdapat 927 penderita diare dengan prevalensi sebesar 493 per
tahun 2014 dari 4.362 penduduk terdapat 87 penderita diare dengan prevalensi
sebesar 19 per 1.000 kelahiran, tahun 2015 dari 4356 penduduk terdapat 54
penderita diare dengan prevalensi sebesar 12 per 1.000 kelahiran dan pada
tahun 2016 dari 4355 penduduk terdapat 65 penderita diare dengan prevalensi
keluarga, pengolahan sampah dan pembuangan air limbah yang sehat hanya
kurang dari target nasional yaitu 80% (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare
Kendari ?
Kendari?
Kendari ?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
puskesmas abeli.
masyarakat.
E. Kebaharuan Penelitian