Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KOMUNIKASI

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN FISIK DIARE

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi

Dosen Pengampu : Endang Caturini,S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. Elina Oktafiani (P27220020062)


2. Elvana Deanovisa (P27220020063)
3. Endah Ragil Saputri (P27220020064)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Komunikasi Terapeutik Hubungan terapeutik


Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditan
dai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika membina h
ubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103), sedangkan Indrawati (200
3) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secar
a sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi ter
apeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan fokus adanya saling pengertian anta
rperawat dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara pera
wat dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara perawat da
n pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003).

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.

C. Diare
Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu
3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang
berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pert
ama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupan
g, 2004).

D. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare


1. Faktor Gizi
Sutoto (1992) menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi kurang merupakan “lingkar
an setan”. Diare menyebabkan kekurangan gizi dan kekurangan gizi akan memperber
at diare. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang tepat dan cukup merupak
an komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah. Berat da
n lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita dan diare yang diderita
oleh anak dengan kekurangan gizi, lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang st
atus gizinya baik karena anak dengan status gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebi
h banyak sehingga anak akan menderita dehidrasi berat. Menurut Suharyono (1986),
bayi dan balita yang kekurangan gizi, sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal
ini dapat disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor pen
yebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga yan
g besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai s
ediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yan
g rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu edukasi da
n perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare
(Suharyono, 1991)
3. Faktor Pendidikan
Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas) karena diare di I
ndonesia disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan
gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat ya
ng secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare (Si
matupang, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Erial, B. et al, 1994, ditem
ukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemun
gkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding d
engan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah (Simatupang, 2004)

4. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta ratarata mempunyai p
endidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh at
au petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendap
atan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehi
ngga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit diare (Simatupan
g, 2004).
5. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa lanjut SD
KI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare
2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan (Simatupang, 2004). Terdapat beberap
a perbedaan pada saluran pencernaan bayi dan dewasa. Sistem pertahanan saluran cer
na pada bayi masih belum matang. Sekresi asam lambung belum sempurna saat lahir
dan membutuhkan waktu hingga beberapa bulan untuk dapat mencapai kadar bakterio
sidal dimana pH
6. Faktor ASI
Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare. Hal i
ni dikarenakan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus sehingga vilus dindin
g usus cepat mengalami pertumbuhan. ASI mengandung antibodi, terutama immunog
lobulin 15 yang dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam
saluran pencernaan. ASI, terutama kolustrum sangat kaya akan secrete immunoglobul
in A (SIgA). ASI mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai
sifat antibakterial terhadap E.coli dan Staphylococcus (Wahbeh, 2006). ASI juga men
gandung laktoferin dan lyzosim, yaitu suatu protein dan enzim yang merupakan komp
onen zat kekebalan dalam saluran pencernaan. Terkandung juga faktor bifidus, untuk
pertumbuhan kateri Lactobacillus bifidus yang dapat menjaga keasaman flora usus da
n berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. ASI biasanya da
pat diserap dan dicerna saat diare. Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare peng
eluaran tinja berkurang dan diare lebih pendek daripada anak yang tidak diberi ASI
(Lubis, 2009).

7. Faktor Jamban
Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamb
an keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan resiko kemungk
inan terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunj
ang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya d
an terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air
besar yang tidak sehat (Simatupang, 2004).
8. Faktor Sumber Air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelu
m digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh
masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana sumber air terseb
ut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gal
i, sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dar
i sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang b
erlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus me
lalui proses pengolahan air terlebih dahulu. Saat ini, penggunaan air minum isi ulang
kemungkinan mempengaruhi terjadinya penyakit diare. Hal ini mungkin disebabkan o
leh air yang dijual bukan merupakan air bersih yang siap minum, sedangkan konsume
n mengkonsumsi air tersebut tanpa dimasak terlebih dahulu.

E. Menerapkan Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganggu


an Fisik (Gangguan Sistem Tubuh) yang Berdampak pada Gangguan Kebutuhan D
asar Manusia

1. Menerapkan komunikasi dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


kebutuhan dasar manusia dampak gangguan fisik (gangguan sistem tubuh).

Penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan pasien gangguan kebutuhan dasa


r manusia karena masalah fisik. Gangguan kebutuhan eliminasi adalah gangguan k
ebutuhan dasar manusia yang disebabkan oleh adanya kelainan atau gangguan siste
m tubuh (masalah fisik) pada sistem organ gastrointestinal Gangguan pemenuhan k
ebutuhan eliminasi ini dapat berhubungan dengan adanya gangguan pada usus halu
s dan usus besar Beberapa gangguan (penyakit) fisik yang dapat menyebabkan gan
gguan kebutuhan eliminasi antara lain penyakit eliminasi urine dan fekal seperti Di
are, Inkontensia, konstipasi, dan sebagainya.

2. Menerapkan komunikasi pada tahap pengkajian klien dengan gangguan


kebutuhan dasar manusia eliminasi.

Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat melakuk
an pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen, menginspeksi karik
teristik feses, dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang berhubungan

a. Riwayat keperawatan
Banyak riwayat keperawatan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi eliminasi.
1) Penentuan pola eliminasi klien yang biasa, termasuk frekuensi dan
waktu defekasi dalam sehari.
2) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk meningkatkan eliminasi
normal. Contoh rutinitas tersebut adalah konsumsi cairan panas,
penggunaan laksatif, pengonsumsian makanan tertentu, atau
mengambil waktu untuk defekasi selama kurun waktu tertentu dalam
satu hari.
3) Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola eliminasi
4) Deskripsi klien tentang karakteristik feses. Perawat menentukan wama
khas feses, konsistensi feses yang biasanya encer atau padat atau lunak
atau keras
5) Riwayat diet. Perawat menetapkan jenis makanan yang klien inginkan
dalam sehari. perawat menghitung penyajian buah-buahan, sayur-
sayuran, sereal, dan roti
6) Gambaran asupan cairan setiap hari. Hal ini meliputi tipe dan jumlah
cairan
7) Riwayat olahraga. perawat meminta klien menjelaskan tipe dan jumlah
olahraga yang dilakukannya setiap hari secara spesifik
8) Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan di rumah. Perawat
mengkaji apakah klien menggunakan enema, laksatif, atau makanan
khusus sebelum defekasi.
9) Riwayat pembedahan atau penyakit yang mempengaruhi saluran GI.
Informasi ini seringkali dapat membantu menjelaskan gejala-gejala
yang muncul.
10) Keberadaan dan status diversi usus. Apabila klien memiliki ostomi,
perawat mengkaji frekuensi drainase feses, karakter feses, penampilan
dan kondisi stoma
11) Riwayat pengobatan. Perawat menanyakan apakah klien mengonsumsi
obat-obatan (seperti laksatif, antasid, suplemen zat besi, dan analgesik)
yang mungkin mengubah defekasi atau karakteristik feses.
12) Status emosional. Emosi klien dapat mengubah frekuensi defekasi
secara bermakna. Selama pengkajian, observasi emosi klien, nada
suara, dan sikap yang dapat menunjukkan perilaku penting yang
mengindikasikan adanya stres.
13) Riwayat sosial. Klien mungkin memiliki banyak aturan dalam
kehidupannya. Tempat klien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan
klien dalam defekasi dan berkemih.
14) Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan ketangkasan klien perlu
dievaluasi untuk menentukan perlu tidaknya peralatan atau personel
tambahan untuk membantu klien.
b. Menerapkan komunikasi pada tahap diagnosis keperawatan klien dengan
gangguan kebutuhan fisik eliminasi.
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa
data. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilhan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan
tanggung jawab perawat menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA). Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya
dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan diagnosis atau masalah
keperawatan. Diagnosis/masalah keperawatan yang telah ditetapkan penting
disampaikan kepada pasien agar mereka kooperatif dalam perawatan.
Beberapa diagnosis/masalah keperawatan yang sering muncul adalah
kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Peran perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat dengan
diare, diantaranya memantau asupan dan pengeluaran cairan. Contoh
komunikasi tahap diagnosis keperawatan:
Perawat: “Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan diketahui ba
hwa Mbak ini kekurangan volume cairan yang menyebabkan
tidakseimbangnya nutrisi didalam tubuh mbak elina”

c. Menerapkan komunikasi pada tahap perencanaan klien dengan gangguan


kebutuhan fisik eliminasi.

Rencana keperawatan harus menetapkan tujuan dan kriteria hasil dengan


menggabungkan kebiasaan atau rutinitas eliminasi klien sebanyak
mungkin. Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-
hal berikut:

1) Memahami eliminasi normal


2) Mengembangkan kebiasaan defekasi yang teratur.
3) Memahami dan mempertahankan asupan cairan dan makanan yang
tepat.
4) Mengikuti program olahraga secara teratur'
5) Memperoleh rasa nyaman.
6) Mempertahankan integritas kulit.
7) Mempertahankan konsep diri.

d. Menerapkan komunikasi pada tahap implementasi klien dengan


gangguan kebutuhan fisik eliminasi.
Sesuai dengan rencana, beberapa tindakan yang dilakukan kepada pasien den
gan gangguan kebutuhan , antara lain memberikan asupan cairan oralit untuk
mencegah diare dan memasang cairan infus RL untuk memenuhi cairan tubuh
yang hilang Sebelum melakukan tindakan ini, penting bagi perawat untuk mel
akukan komunikasi terapeutik untuk memberikan penjelasan terkait tujuan da
n tindakan yang akan dilakukan. Keberhasilan intervensi keperawatan bergant
ung pada upaya meningkatkanpemahaman klien dan keluarganya tentang eli
minasi fekal. Di rumah, di rumah sakit, atau di fasilitas perawatan jangka panj
ang, klien yang mampu belajar dapat diajarkan tentang kebiasaan defekasi ya
ng efektif. Perawat harus mengajarkan klien dan keluarga tentang diet yang b
enar, asupan cairan yang adekuat, dan faktorfaktor yang menstimulasi atau m
emperlambat peristaltik, seperti stres emosional

e. Menerapkan komunikasi pada tahap evaluasi klien dengan gangguan


kebutuhan fisik eliminasi.
Tahap terakhir proses keperawatan adalah evaluasi. Aktivitas ini dilakukan u
ntuk mengukur pencapaian keberhasilan asuhan dan tindakan yang telah dilak
ukan sesuai standar. Pada pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi
(diare), komunikasi perlu dilakukan untuk mengetahui respons subjektif pada
pasien terkait terpenuhinya kebutuhan nutrisi. Keefektifan perawatan bergant
ung pada keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang diharapka
n dari perawatan Secara optimal klien akan mampu mengeluarkan feses yang
lunak secara teratur tanpa merasa nyeri. Klien juga akan memperoleh informa
si yang dibutuhkan untuk menetapkan pola eliminasi normal dan untuk mend
emonstrasikan keberhasilan yang berkelanjutan, yang diukur berdasarkan inte
rval waktu tertentu dalam suatu periode yang panjang. Klien akan mampu me
lakukan defekasi secara normal dengan memanipulasi komponen-komponen
alamiah dalam kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan olahraga
Ketergantungan klien pada tindakan bantuan untuk membantu defekasi seper
ti enema dan penggunaan laksatif, menjadi minimal

BAB II

PELAKSANAAN

A. Skenario
1. Narasi

Pada hari Rabu, 07 Mei 2021 pada pukul 08.00 WIB datang seorang pasien perem
puan berusia 19 tahun bersama ibunya ke RSUD Surakarta dengan keluhan BAB cai
r lebih dari 7 kali per hari, disertai muntah. Pasien mengatakan perutnya sakit setelah
semalam mengonsumsi makanan yang pedas.Selain itu klien tidak menyukai sayur. P
asien mengeluh nyeri dan kram dibagian perut. Pasien tampak lemah dan mata ceku
ng.

2. Peran
Dalam skenario gangguan kebutuhan fisik bd diare akan memerlukan 3 seorang p
eran yaitu perawat yang bertugas merawat klien , pasien yang mengeluh sakit diare, d
an ibu yang mengantarkan anaknya ke rumah sakit untuk berobat. Adapun pembagian
peran sebagai berikut ini :
1. Perawat : Endah Ragil Saputri
2. Pasien : Elina Oktafiani
3. Ibu Pasien : Elvana Deanovisa

3. Penataan Ruang

Lingkungan disetting seperti tempat untuk interaksi antara pasien dengan perawat
dalam kasus. Pada kasus ini kami mengambil lingkungan setting ruang pemeriksaan
dan ruang inap karena pasienn datang secara tiba- tiba lalu nanti akan dipindahkan ke
ruang rawat inap. Berikut ini adalah denahnya sebagai berikut :

A. Ruang Pemeriksaan
I : PASIEN
PERALATAN II :PERAWAT
MEDIS
III : KELUARGA
PASIEN
MEJA

I II
III

PINTU

B. Ruang Inap

I : PASIEN

MEJA & II :PERAWAT

LEMARI III : KELUARGA


PASIEN

II

I
S
O
III MEJA
F
A

B. Strategi Pelaksanaan
TAHAP PENGKAJIAN
1. Fase pra Interaksi

Pada tahap ini, seorang perawat melakukan persiapan mental dan menyakinkan diri sebel
um bertemu dengan klien agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Perawat mencari i
nformasi tentang kliennya. Setelah itu perawat merancang strategi untuk pertemuan perta
ma dengan klien.

Pada tahap pra interaksi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Perawat menyiapkan diri dan mental sebelum bertemu dengan klien

2. Perawat telah memahami tentang penyakit dan lingkupnya serta alat- alat yang diperlu
kan

3. Perawat telah mendapatkan data- data pasien


4. Membuat rencana pertemuan

2. Fase Interaksi

Fase Orientasi

Perawat “Selamat pagi mba Elina”


Perawat “Sebelumnya perkenalkan saya perawat Endah yang bertugas pagi hari ini
dari pukul 07.00 – 13.00 siang nanti. Jadi saya akan membantu mba Elina untuk mengata
si keluhan mba Elina ya. Bagaimana perasaan mba Elina sekarang?”
Perawat “Saya lihat mba Elina tampak pucat dan matanya terlihat cekung serta me
nahan sakit pada daerah perut ya. Baiklah langsung saja, saya akan mengumpulkan data t
erkait informasi penyakit yang diderita mba Elina agar saya dapat membantu mba Elina d
alam menangani masalah tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk pengkajian ini sekitar 1
0 sampai 15 menit ya.Tempat pemeriksaannya nanti di ruangan ini ya mba Elina bisa ber
baring di tempat tidur. Bagaimana apakah mba Elina bersedia?”
Perawat “Baik saya bantu ya”

(Membantu pasien berbaring ditempat tidur pemeriksaan)


Fase Kerja
Perawat “ Baik mba Elina apa keluhan yang mba Elina rasakan sekarang ?”
Perawat “ Sudah sejak kapan mba Elina merasakan hal tersebut?”
Perawat “ Baik mba Elina, apakah bab nya cair atau tidak?”
Perawat “Apakah berlendir atau berdarah mba Elina?”
Perawat “ Apakah bewarna seperti air cucian beras atau berbau busuk?
Perawat “ Baik apa mba Elina merasakan demam, mual, dan muntah ?”
Perawat “ Kira- kira bisa diceritakan awal mula mba Elina bisa mengalami hal ters
ebut?”
Perawat “ Jadi seperti itu ya Bu Elvana. Kalau begitu apakah mba Elina sudah dib
erikan penanganan sebelum datang ke RS ini ?”
Perawat “ Boleh tau obatnya apa Ibu Elvana?”
Perawat “ Apakah ada riwayat alergi obat atau makanan tertentu mba Elina?”
Perawat “ Apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini di rumah ?

Perawat membacakan ulang hasil pengkajian.

Perawat “Baik, saya bacakan hasil pengkajian tadi ya. Jadi mba Elina hari ini suda
h BAB 7 kali, penyebabnya karena makan makanan pedas. BAB nya cair tidak berlendir
ataupun berdarah. Warnanya tidak seperti air cucian beras dan tidak berbau busuk. Di ru
mah sudah diberikan penanganan dengan pemberian obat diapet yang dibelikan di apotik.
Mba Elina juga tidak ada alergi terhadap obat atupun makanan tertentu bagaimana apaka
h ada yang perlu dikoreksi?”
Perawat “Apakah ada yang ingin ditanyakan terkait kondisi mba Elina?”

Fase Terminasi
Perawat “ Baik mba Elina, wawancara telah selesai ya. Bagaimana perasaan mba
Elina setelah wawancara tadi ? “
Perawat “ Baik, jika tadi selama wawancara ada keluhan yang belum disampaikan,
mba Elina dan Ibu Elvana bisa menyampiakan lagi kepada saya. Bagaimana apa bisa dipa
hami?”
Perawat “ Baik mba Elina dan Ibu Elvana jadi ini saya akan konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter untuk menetapkan diagnosis mba Elina. Nanti sekitar 30 menit say
a akan kembali lagi untuk menyampaikan diagnosis dari. Kalau begitu saya permisi terleb
ih dahulu ya”
( 30 menit kemudian)

Perawat “ Selamat pagi mba Elina ”

Perawat “ Saya perawat Endah kembali lagi untuk menemui mba Elina, baik kalau
begitu saya langsung saja sesuai kontrak kita tadi menyampaikan terkait masalah kesehat
an yang dialami oleh mba Elina. Waktu yang saya butuhkan kira- kira 10- 15 menit. Tem
patnya disini ya. Bagaimana apa mba Elina bersedia?”
Perawat “ Kalau begitu silakan berbaring di tempat tidur ya mba Elina.”
Fase Kerja
Perawat “ Baik mba Elina berdasarkan data yang saya peroleh melalui hasil
pengkajian tadi dan sesuai diagnosis dari dokter, mba Elina mengalami diare. Diare ini be
rhubungan dengan proses infeksi yang menyebabkan BAB lebih dari 3 kali dalam sehari
dengan konsepsinya cair ya. Jadi Ibu Elvana, anak ibu harus rawat inap di rumah sakit ini
agar anak ibu tidak kekurangan cairan dan mendapatkan perawatan yang intensif.”
Perawat “ Iya bu saya akan berusaha sebaik mungkin. Setelah ini saya akan memp
ersiapkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk kesembuhan mba Elina”
Fase Terminasi
Perawat “ Bagaimana apa sudah jelas dari penjelasan yang saya berikan?”
Perawat “ Baiklah kalau begitu bisa diulangi lagi apa yang saya sampikan?”
Perawat “ Iya benar. Bagaimana perasaan mba Elina setelah mengetahui diagnosis
yang diberikan oleh dokter? “
RTL ( Rencana Tindak Lanjut)
Perawat “ Bu elvana karena mba Elina bab lebih dari 3 kali untuk memenuhi cairan
kebutuhan yang hilang saya anjurkan untuk perbanyak minum air putih ya. Agar tidak
terjadi dehidrasi”
Perawat “ Baiklah nanti pukul 08.30 saya akan kembali lagi untuk menyampaikan
rencana tindakan yang akan dilakukan Tempatnya nanti di ruangan rawat inap mba elina
ya. Mba Elina jangan cemas ya saya akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan
mba Elina . Saya pamit dulu permisi”

TAHAP INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Fase Pra Interaksi


1. Perawat mempersiapkan diri
2. Perawat melakukan cuci tangan
3. Perawat mempersiapkan data pasien
b. Fase Interaksi
Fase Orientasi

Perawat “ Selamat pagi mba Elina”

Perawat “ Saya perawat Endah yang tadi telah membuat janji dengan mba Elina un
tuk menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan ”
Perawat “ Bagaimana perasaan mba Elina sekarang ?”
Perawat “Baik mba Elina saya akan menyampaikan rencana perawatan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah diare yang mba Elina alami. Karena saya sudah ber
konsultasi dengan dokter terkait rencana tindakan yang akan dilakukan, ini membutuhka
n waktu 10 – 20 menit bagaimana apa mba Elina bersedia? Baik tempatnya di ruangan i
ni ya”
Fase Kerja
Perawat “Jadi, rencana tindakan yang akan dilakukan kepada mba Elina nantinya a
dalah
Observasi :
1. Memonitor TTV yang bertujuan untuk mengetahui suhu tubuh, tekana darah, nadi,
dan pernafasan mba Elina
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja ini bertujuan untuk men
getahui perkembangan
3. Memonitor jumlah pengeluaran tinja

Terapeutik :

1. Memberikan asupan cairan oralit untuk mencegah diare


2. Memasang cairan infus RL untuk memenuhi cairan tubuh yang hilang

Edukasi :

1. Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa

Kolaborasi :

1. Berkolaborasi dengan dokter dan apoteker dalam pemberian obat pengeras feses (ata
pulgit).
2. Berkolaborasi dengan dokter dan apoteker dalam pemberian obat loperamide yang be
rtujuan untuk memperlambat gerakan usus dan membuat feses menjadi lebih padat.”
Fase Terminasi
Perawat “Bagaimana perasaan mba Elina sekarang setelah mengetahui rencana tin
dakkan yang akan diberikan?”
RTL ( Rencana Tindak Lanjut)
Perawat “Iya Bu, kami akan usahakan sebaik mungkin. Pukul 09.30 WIB saya
akan kembali lagi untuk memasang infus di ruang inap mba Elina. Ibu sebagai wali dari
mba Elina harus memperhatikan asupan makanan yang dimakan oleh mba Elina, bila
nanti ada yang ingin ditanyakan ibu Elvana bisa menanyakan kepada saya atau perawat
lain diruang perawat ya bu, saya permisi dulu.”

TAHAP IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


a. Fase Pra Interaksi
Persiapan Perawat
1. Perawat mempersiapkan diri
2. Perawat mencuci tangan , memakai handscoon dan masker
3. Perawat mempersiapkan data pasien
b. Fase Interaksi
Fase Orientasi

Perawat “Selamat pagi mba Elina saya kembali lagi untuk memenuhi janji kita tadi
ya.”
Perawat “Tadi sudah saya sampaikan ya bahwa salah satu tindakan yang akan saya
lakukan nanti adalah memasang infus RL pada mba Elina. Tujuan dari pemasangan infu
s tersebut adalah untuk memenuhi cairan tubuh yang hilang sehingga tidak terjadi dehid
rasi. Waktu yang dibutuhkan sekitar 15- 20 menit dan tempatnya di kamar Nn Elina. Ap
akah mba Elina bersedia?”

Perawat “Insyaallah tidak ya, asal nanti saat pemasangan infus mba Elina jangan
menarik tangannya ketika jarum di masukkan. Mba elina bisa tarik napas dalam dan jan
gan melihat jika takut”

Perawat “Boleh bu Elvana, mba elina bisa ditemani sampai pemasangan infus sele
sai”

Fase Kerja

Perawat menyiapkan peralatan untuk memasang infus di tangan pasien, menutup pintu
untuk menjaga privasi pasien dan mendekatkan alat- alat, serta memposisikan pasien

Perawat “ Baiklah kita mulai ya. Saya pasang dulu set infusnya. Boleh suster liha
t dulu tangannya agar suster tau tangan mana yang mudah diinfus. Hmm tangan sebelah
kiri yaa. Ini torniketnya saya pasang. Apakah terlalu kencang?

Perawat ”Saya bersihkan dulu dengan alcohol swab tangannya. Ini saya ma
sukkan jarumnya. Tarik nafas dalam ya, jangan ditarik saat dimasukkan jarumnya. Kala
u takut jangan ngintip”

Perawat sudah melakukan tindakan pemasangan infus

Perawat “Gimana perasaannya, apa terasa sakit saat pemasangan infus?”

Perawat melakukan fiksasi pada infus

Perawat “Pemasangan Infus sudah suster lakukan ya mba Elina, bu Elvana nanti k
alau semisal infusnya sudah habis ibu bisa lapor ke ruang perawat atau memencet bel ya
ng berada di sebelah kanan. Pesan saya infusnya jangan samapi habis ya. Karna nanti
darahnya akan naik”
Perawat “ Ini saya beri obat loperamid diminum untuk awal 2 tablet kemudian 1 ta
blet setelah bab yaa. Obat ini berfungsi untuk memperlambat gerakan usus dan membua
t feses menjadi lebih padat.”

Perawat " iya bu silahkan, itu sudah menjadi kewajiban saya. "

Perawat " jadi harus minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi,makan ma
kanan sehat yang rendah serat dan mudah dicerna, salah satunya bisa menjalani diet BR
AT, mengonsumsi makanan yang tinggi probiotik seperti yogurt dan tempe, menghindar
i makanan yang membuat diare semakin parah, misalnya makanan pedas, gorengan,
makana yang mengandung pemanis buatan, dan disaranakan makan dalam porsi kecil, h
al ini dilakukan agar beban kerja usus tidak terlalu berat."

Fase Terminasi
Perawat “ Bagaimana perasaan mba Elina setelah saya infus?”

RTL( Rencana Tindak Lanjut)


Perawat “ Baiklah kalau begitu obatnya jangan lupa diminum setelah makan ya. S
erta minum air putih yang banyak juga.”
Perawat “ Nanti saya akan kembali keruangan mba Elina pukul 11.00 WIB untuk
mengecek keadaan mba Elina dan memberikan obat lagi serta mengevaluasi keadaan
mba Elina setelah dipasang infus. ”
Perawat “Terimakasih mba Elina atas kerja samanya, saya perawat Endah izin ke
mbali ke ruang perawat apabila mba Elina butuh bantuan bisa meminta keluarga datang
ke ruang perawat mencari saya atau bisa juga memencet bel disebelah kanan, perimisi.”

Membereskan alat - alat

TAHAP EVALUASI KEPERAWATAN


a. Fase Pra Interaksi
1. Perawat mempersiapkan diri
2. Perawat melakukan verifikasi data sebelumnya
3. Perawat mencuci tangan , memakai handscoon dan masker
4. Perawat menyiapkan obat-obatan yang akan diberikan
b. Fase Interaksi
Fase Orientasi

Setelah itu, perawat masuk ke ruangan pasien dengan membawa obat yang akan diberik
an.

Perawat "Assalamu'alaikum mba Elina dan bu Elvana."

Perawat "Sesuai janji kita tadi saya disini akan memberikan obat kepada mba Elin
a, tidak lama, sekitar 15 menit. Apakah mba Elina bersedia?

Fase Kerja

Perawat "Sebelumnya, apakah mba Elina sudah makan?"

Perawat "Ini obat yang harus mba Elina minum. Ini adalah Loperamide (Imodiu
m), obat yang bekerja untuk memperlambat gerak usus agar menghasilkan feses dalam
bentuk lebih padat,dosis obat mencret ini sebanyak 4 mg dalam bentuk tablet.Ada Oralit
berfungsi untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat diare.

Perawat "kalau begitu, mari saya bantu mba."

Perawat " Sebelum minum obat alangkah mba Elina berdoa terlebih dahulu."

Perawat membantu pasien untuk meminum obat

Perawat "bagaimana mba Elina apakah obatnya sudah ditelan?”

Perawat "oh, iya bagus mba Elina."

Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif
Perawat “ Bagaimana perasaan mba Elina setelah saya beri obat?”
Perawat “Syukurlah kalau begitu”
Evaluasi Objektif
Perawat “ Baiklah mba Elina tadi waktu di Rs sudah berapa kali ke BAB ? “

Rencana Tindak Lanjut


Perawat “ Baiklah sudah terjadi penurunan BAB , tapi masih perlu dikaji lagi ya
agar diare dapat teratasi. Jangan lupa tetap minum air putih yang banyak dan hindari
makanan yang pedas. Usahakan makan porsi kecil tapi sering seperti yang telah saya
sampaikan sebelummnya ya bu Elvana.”
Perawat “Nanti yang memeriksa Nn Elina bukan saya lagi karena jaga pagi saya
sudah habis, nanti teman sejawat saya akan merawat Nn Elina ya bu Elvana untuk
menggantikan saya merawat Nn Elina. Baik karena kontrak waktunya sudah selesai, say
a ijin ke ruangan perawat ya Ibu Elvana dan Nn Elina, jika ibu Elvana butuh bantuan lai
n, silahkan bisa tekan tombol yang ada di sebelah tempat tidur. Selamat beristirahat dan
semoga lekas sembuh Nn Elina."

Perawat "assalamu'alaikum ..."

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswari,Tri.2016.Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta:Pusdik SDM Kesehatan


Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Cermin Dunia Kedokteran, 42(7), 504-508.


Jurnal, (online),
(http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/986/711 diakses
pada 24 Maret 2021)

Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2018). "Diare akut disebabkan bakteri.” Jurnal
(online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-
umar4.pdf diaskes pada 24 Maret 2021)

Mongan, ruth. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi. Bandung : Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai