Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA An,N

DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GASTROINTERITIS PADA DIAGNOSA


MEDIS RISIKO HIPOVOLEMIA

Dosen Pembimbing:

Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Nama : Maria anjelina lawan

Nim : (2018.01.017)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH SURABAYA

TAHUN AJARAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena
atas berkat-Nya,penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Kasus asuhan keperawatan
pada An,N dengan diagnosa medis Gastrointeritis di rumah sakit mojo warno
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai laporan setelah melakukan praktik
klinik di Rumah Sakit Kristen Mojowarno Jombang. Dalam penyusunan laporan keperawatan
gastrointeritis ini, banyak pihak yang telah membantu penulis sehingga terselesainya
penyusunan laporan ini, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Aristina Halawa, S.Kep., Ns.,M.Kes selaku Ketua Stikes William Booth Surabaya
2. Hendro Djko Tj, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku kaprodi S1 Keperawatan Stikes William Booth
Surabaya
3. Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus keperawatan
gastrointeritis

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis berusaha sebaik mungkin membaca


literature, konsultasi dengan membimbing dan narasumber lain. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan oleh sebab itu demikian kesempurnaan laporan ini penulis
mengharapkan kritik dan saran. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.

Surabaya,

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian penyakit diare yang
tinggi yang mengakibatkan tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina, 2010). Diare
mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan
faeces yang tidak berbentuk (Nettina, 2001). Diare merupakan kondisi frekuensi defekasi
yang lebih dari 3 kali sehari, serta konsistensi faeces yang encer/cair (Widjaja, 2002).
Menurut Smeltzer (2002), diare dapat akut maupun kronis. Penyakit diare disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya kondisi lingkungan, perilaku orang tua dan pemenuhan
nutrisi. Kebanyakan dari masyarakat selama ini hanya memahami bahwa diare terjadi
karena makanan yang sudah tercemar.
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak, sekitar
10% pada anak usia balita. Angka kejadian diare pada anak didunia mencapai 1 milliar
kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. Data profil kesehatan
Indonesia menyebutkan tahun 2012 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435
penderita, dengan jumlah kematian 1.2289 penderita dan sebagian besar (70-80%) terjadi
pada balita. Provinsi Jawa Timur merupakan daerah kedua dengan sebaran frekuensi
Kejadian Luar Biasa (KLB) terbesar di Indonesia. Berdasarkan data awal tahun 2011
yang telah dilakukan di Puskesmas dr Sutomo , jumlah seluruh pasien balita yang terkena
diare adalah 208 orang pertahun dan tahun 2012 yaitu 220 orang pertahun sedang tahun
2013 dari bulan Januari- Oktober jumlah keseluruhan pasien diare pada balita 268 orang.
Berdasarkan data triwulan ke 4 tahun 2016, jumlah pasien dipaviliun anak yang masuk
dengan diagnosa diare yaitu 80 pasien atau sekitar 21,5% dari jumlah pasien MRS
dipaviliun anak yaitu 372 pasien.
Diare dapat disebabkan dari berbagai macam faktor yaitu faktor nutrisi, perilaku
orang tua dan faktor lingkungan yang kotor. Cara penularan diare dapat melalui
lingkungan dengan cara fekal oral makanan atau minuman yang tercemar kuman atau
kontak langsung dengan tangan penderita yang kotor pada saat menyentuh makanan atau
melalui lalat pada makanan yang tidak ditutup. Penularan diare yang lain bisa dari
perilaku orang tua sendiri yang tidak mencuci tangan sebelum menyentuh makanan dan
setelak kontak dengan barang kotor atau tercemar. Berdasarkan patofisiologinya diare
ada yang sekretorik dan osmotik. Diare yang sekretorik disebabkan oleh meningkatnya
sekresi air dan elektrolit dari usus, dan menurunnya absorpsi diusus. Diare osmotik
disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan karena malabsorbsi mukosa akibat pemakaian obat-obatan berlebihan yang
rentan terhadap mukosa usus. Dampak dari diare dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan cairan tubuh yang dikenal dengan dehidrasi, yang biasanya muncul dengan
gejala adanya pernafasan kusmaul,penurunan berat badan yang drastis, sianosis,
peningatan denyut nadi, takanan darah yang menurun dan adanya keadaan umum yang
lemah (Sugianto, 2002).
Upaya pemutusan rantai penularan diare meliputi peningkatan kualitas kesehatan
lingkungan dan penyuluhan kesehatan. Penanggulangan diare pada anak kurang dari 2
tahun dapat dilakukan dengan pemberian larutan oralit 50- 100ml/kali diare. Bagi ibu-ibu
harus meningkatkan pemberian minuman dan makanandari biasanya. Selain itu juga
diberikan zink (10-20mg/hari), sebagai makanan tambahan. Menurut Depkes RI (2000)
penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain : meningkatkan
pemberian ASI, memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI, penggunaan
air bersih yang cukup, makan makanan yang bersih dan bergizi, meningkatkan kebiasaan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta menjaga kebersihan diri (personal
hyegine). Menurut Nurs Midwifery Study 25852 (2016) untuk mencegah terjadinya
kondisi dehidrasi maka dapat diberikan makanan tambahan sebagai tambahan asupan gizi
dengan memberikan GORS (Glukosa Oral Rehidrasi Solution) dan nasi sup (Rice Soup).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen. (Arif Muttaqin,
2011)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Data fokus apa yang harus dikaji pada pasien gastroenteritis?
1.2.2 Diagnosa keperawatan apa yang ditemukan pada pasien dengan gastroenteritis?
1.2.3 Rencana keperawatan apa yang dapat diterapkan pada pasien gastroenteritis?
1.2.4 Bagaimana keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
gastroenteritis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh gambaran pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan gastroenteritis .
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi data fokus pada pasien dengan gastroenteritis di Rumah
Sakit Mojo Warno
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien dengan gasrtointeritis di
Rumah Sakit Mojo Warno
3) Menyusun perencanaan dan melaksanakan tindakan pada pasien dengan
diagnosa gastroenteritis di Rumah Sakit Mojo Warno
4) Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis di Rumah Sakit Mojo Warno

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis Mahasiswa mengetahui dengan benar tentang rasional dasar dari
suatu tindakan keperawatan pasien dengan diagnosa gastroenteritis

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Mahasiswa mempunyai suatu gambaran tindakan keperawatan pada masa kini


dan cara perawatan pada pasien dengan gastroenteritis.
2) Mahasiswa dapat menerapkan (aplikasi) suatu tindakan keperawatan pada pasien
anak dengan gastroenteritis
3) Dapat menjadikan suatu pedoman atau acuan dalam tindakan keperawatan
selanjutnya.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian
cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh
dilakukan dengan mekanisme haus.

Etiologi

 Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :

1) Penurunan masukan.

2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal


abnormal, dll.

3) Perdarahan.

 Diet Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
 Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
 Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
misalnya :

a.Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan


penurunan tingkat kesadaran.

c.Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan


intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

 Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24
jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh.

 IWL (Invisible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

 Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

Tanda dan gejala


Pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi, oliguria.
Patofisiologi:

Cairan dan elektrolit

Usia iklim diet stress Kondisi sakit

Difusi,fitrasi,transport aktif

Cairan dan
elektrolit hipovolemia hipervolemia
hi mia
Gangguan keseimbangan Gangguan
MK :Kekurangan MK:Kelebihan keseimbangan asam
volume cairan elektrolit
volume cairan basa
Hiponatremia dan hypernatremia
Asidosis respiratorik
Hipoklasemia dan hyperkalsemia
Asidosis metabolic

Alkalosis respiratorik

Alkalosis metabolic

Mk ketidak seimbangan

Mk gangguan
pertukaran gas

Manifestasi klinis

Hipovolemia
1) Pusing, kelemahan, keletihan
2) Sinkope
3) Anoreksia, mual, muntah, haus
4) Kekacauan mental
5) Konstipasi dan oliguria.
6) Peningkatan nadi, suhu.
7) Turgor kulit menurun.
8) Lidah kering, mukosa mulut kering.
9) Mata cekung.
Hipervolemia
1) Sesak nafas
2) Ortopnea.
3) Oedema.

Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien tertentu,
misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1). Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan
glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosa in water (DSW), amigen, dan
aminovel.
2). Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun
hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3). Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4). Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan,
ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam basa
dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.

Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan kadar elektrolit : kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status
hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah.
b) Darah lengkap : suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih dan sel darah merah per
milliliter kubik darah.
c) Berat jenis urin : mengukur derajat konsentrasi urine
d) Kadar BUN: pemeriksaan masa perdarahan ini ditunjukkan pada kadar trombosit,
hemoglobin, eritrosit, limfosit, dll
e) Kadar kreatinin darah : Bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Riwayat Kesehatan
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1
liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta
tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1).Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2).Feses : Jumlah dan konsistensi
3).Muntah
4).Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot, tetani
dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah

D. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

Diagnosa keperawatan
1) Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
2) Volume cairan berlebih berhubngan dengan retensi garam dan air
3) Ganguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan malnutrisi
E. Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Risiko Tujuan :
Hipovolemia Menyeimbangkan volume a. Kaji cairan yang a. Membuat klien
cairan sesuai dengan disukai klien dalam lebih kooperatif.
kebutuhan tubuh batas diet.
Kriteria Hasil:
a. Terjadi peningkatan b. Mempermudah
asupan cairan min. b. Rencanakan target untuk memantauan
2000ml/hari (kecuali pemberian asupan kondisi klien.
terjadi kontraindikasi). cairan untuk setiap sif,
b. Menjelaskan perlu-nya mis : siang 1000 ml,
meningkatkan asupan sore 800 ml dan malam
cairan pada saat 200 ml. c. Pemahaman tentang
stress/cuaca panas. c. Kaji pemahaman klien alasan tersebut
tentang alasan membantu klien dlm
c. Mempertahankan berat mempertahankan mengatasi
jenis urine dalam batas hidrasi yg adekuat. gangguan.
normal.
d. Untuk mengontrol
d. Tidak menunjukan tanda- d. Catatasupan dan asupan klien.
tanda dehidrasi. haluaran.
e. Untuk mengetahui
e. Pantau asupan per oral, prkembangan status
min. 1500 ml/ 24 jam. kesehatan klien.
f. Pantau haluaran cairan
1000-1500ml /24jam.
Pantau beratjenis urine.
2. Kelebihan volume Tujuan:
cairan Kebutuhan cairan klien a. Kaji asupan diet dan a. Untuk mengontrol
dapat terpenuhi sesuai kebiasaan yang asupan klien.
dengan kebutuhan tubuh mendorong terjadinya
klien. retensi cairan.
Kriteria hasil:
a. Klien akan menyebutkan b. Anjurkan klien untuk b. Konsumsi garam
faktor penyebab dan menurunkan konsumsi yang berlebihan me-
metode pencegahan garam. ningktkan tekanan
edema. darah.
b. Klien mperlihatkan c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg meng-
penurunan edema 1) Menghindari gunakan penyedap
makanan gurih, rasa dan pengawet.
makanan kaleng dan
makanan beku.
2) Mengkonsumsi
mkann tnpa garam
dan menambahkan
bumbu aroma.
3) Menggunakan cuka
pengganti garam utk
penyedap rasa sop,
rebusan dll.
d. Kaji adanya tanda d. Na+mengikat air,jadi
venostasis dan tubuhakan
bendungan vena pada lebihmerasa
bagian tubuh yang lebihcepat haus.
mengantung.
e. Untuk drainase limfatik e. Venostasis dapat
yang tidak adekuat. mengakibatkan
terhambatnya aliran
darah.
f. Tinggikan ekstremitas f. Guna memperlancar
dengan mnggunakn sirkulasi.
bantal, imobilitas, bidai/
balutan yang kuat, serta
berdiri/duduk dlm
waktu yg lama.
g. Jangan memberikan g. Perlukaan pada
suntikan/infuse pada daerah yang sakit
lengan yang sakit. menyebabkan
kurang lancarnya
sirkulasi peredaran
darah di daerah tsb.
h. Tingatkan klien untuk h. Semua kegiataan
menghindari detergen tersebut
yang keras, membawa memperparah
beban berat, memegang keadaan klien
rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku,
me-nyentuh kompor
gas, memgenakan
perhiasan atau jam
tangan. i. Untuk mepercepat
i. Lindungi kulit yg perbaikan jaringan
edema dari cidera. tubuh.

3. Ganguan Tujuan: Penurunan kadar kalium


keseimbangan Klien memiliki a. Observasi tanda dan a. Dengan
elektrolit (kalium) keseimbangan cairan, gejala hipokalemia mengetahui tanda
elektrolit dan asam- basa (vertigo, hipotensi hipokalemia,
dalam 48 jam. aritmia, mual, muntah, perawat dapat
Kriteria hasil: diare, distensi menetapkan
a. Klien menjelaskan diet abdomen,penurunan langkah
yang sesuai untuk peristaltik, kelemahan selanjutnya.
mempertahankan kadar otot, dan kram
kalium dalam batas tungkai).
normal. b. Catat asupan dan b. Poliuria dapat me-
b. Klien berpartipasi untuk haluaran. nyebabkan pe-
melaporkan tanda–tanda ngeluaran kalium
klinis hipokalemia atau secara berlebihan.
hiperkaenia.
c. Kadar kalium dlam batas c. Kelebihan cairan
normal/dapat ditoleransi c. Tentukan status hidrasi dapat
klien bila terjadi menyebabkan
hipokalemia. penurunan kadar
kalium serum.
d. Nilai kalium yang
d. Kenali perubahan rendah dapat me-
tingkah laku yang nyebabkan
merupakan tanda- konfusi, mudah
tanda hipokalemia. marah, depresi
mental.
e. Kalium membantu
e. Anjurkan klien dan menyeimbangkan
keluarga untuk cairan tubuh.
mengkonsmsi makan-
an tinggi kalium
(misalnya Buah-
buahan, sari buah, buah
kering, sayur, daging,
kacang-kacangan, teh,
kopi, dan kola).
f. Laporkan perubahan f. Segmen ST dan
EKG; segmen ST yg gelombang T yg
memanjang, depresi. datar atau terbalik
merupkn indikasi
g. Encerkan suplemen hipokalemia.
kalium per oral g. Utk mengurangi
sedikitnya dalam 113,2 resiko iritasi
gram air/sari buah utk mukosa lambung.
mengurangi resiko
iritasi mukosa
lambung.
h. Pantau nilai kalium h. Streoid kortison
serum pada klien yang dapat
mendapat obat diuretic menyebabkan
dan steroid. retensi natrium dan
ekresi kalium.
i. Kaji tanda dan gejala i. Nilai kalium yang
toksisitas digitalis jika rendah dapat me-
klien tengah mendapat ningkatkan kerja
obat golongan digitalis digitalis.
dan diuretik atau
steroid.
Peningkatan Kadar Kalium
a. Observasi tanda dan a. Dengan
gejala hiperkalemia mengetahui tanda
(misalnya Bradikardia, hipo-kalemia,
kram abdomen, perawat dapat
oliguria, kesemutan dan menetapkan
kebas pada langkah selnjutnya
ekstremitas).

b. Kaji haluaran urin. b. Haluaran urin yg


Sedikitnya 25ml/jam sedikit dapat me-
atau 600 ml/ hari. nyebabkan hiper-
kalemia.
c. Laporkan nilai kalium c. Nilai kalium lebih
serum yang melebihi dari 7mEq/ l dapat
5mEq/l batasi asupan menyebabkan
kalium jika perlu. henti jantung.
d. Untuk melihat
d. Pantau EKG adanya pelebaran
kompleks QRS
dan gelombang T
tggi yg merupkan
tanda
hiperkalemia.

F. Implementasi (tindakan )

1. Kekurangan volume cairan

a. Mengkaji cairan yangdisukai klien dalam batasdiet.

b. Merencanakan targetpemberian asupan cairanuntuk setiap sif, mis: siang1000


ml. Sore 800 ml danmalam 200 ml.

c. Mengkaji pemahaman kliententang alasanmempertahankan hidrasiyang


adekuatMencatat asupan danhaluaran.
d. Memantau asupan per oral,minimal 1500ml/24 jam.

e. Memantau haluaran cairan1000-1500ml/24 jam.Memantau berat jenis urine.

2. Kelebihan volume cairan

a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi


cairan.

b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.

c. Menganjurkan klien untuk:

1) Menghindari makanangurih,makanankalengdan makananbeku.

2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma

3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan


dll.

d. Mengkaji adanya tandavenostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh


yang mengantung.

e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila


memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).

f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:

1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.

2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.

3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.

4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa


beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku,
memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.

5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.

3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)


Penurunan kadar kalium:

a. Mengobservasi tanda dangejala hipokalemia(vertigo,hipotensiariotmia, mual,


muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan
kramtungkai

b. Mencatat asupan danhaluaran. (poliuria dapatmenyebabkan pengeluarankalium


secara berlebihan).

c. Menentukan status hidrasiklien bila terjadihipokalemia. (kelebihancairan dapat


menyebabkanserum).

d. Mengenali perubahantingkah laku yangmerupakan tanda- tandahipokalemia. Nilai


kaliumyang rendah dapatmenyebabkan konfusi,mudah marah, depresimental.

e. Menganjurkan klien dankeluarga untukamengkonsumsi makanantinggi kalium


(mis. Buahbuahan,sari buah, buahkering, sayur, daging,kacang- kacangan,
teh,kopi,dan kola)

f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresin segmen ST


dan gelombang ST yang datar atau terbalikmerupakan indikasihipokalemia.

g. Mengencerkan suplemenkalium per oral sedikitnyadalam 113,2 gram air/saribuah


untuk mengurangiresiko iritasi mukosalambung.

h. Memantau nilai kaliumserum pada klien yangmendapat obat diuretic dansteroid.


(Streoid kortisonn dapat menyebabkan retensinatrium dan ekresi kalium).

i. Mengkaji tanda dan gejalatoksisitas digitalis jikaklien tengah mendapat


obatgolongan digitalis dandiuretikatau steroid. (nilaikalium yang rendah
dapatmeningkatkan kerjadigitalis.

Peningkatan Kadar Kalium:

a. Mengobservasi tanda dan gejalahiperkalemia (misalnyaBradikardia, kram abdomen,


oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).

b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin yang
sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika perlu.
(nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)

d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi
yang merupakan tanda hiperkalema.

Evaluasi tindakan keperawatan

1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.

2. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).

3. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi


BAB 3
KASUS

Nama mahasiswa :Maria Anjelina Lawan NIM : 2018.01.017


Pengkajian tanggal : 15 juli 2020 Waktu : 10:00 Alo/autoanamnesa:
Tanggal MRS : 14 juli 2020 Jam : 08:00
Ruangan/No.bed : Cempaka No.RM :
Dx Masuk/Medis : Gastroenteritis No.Reg. :

Nama : An, N
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Status perkawinan :belum kawin
Agama : islam
Identitas

Pendidikan :belum pendididkan


Pekerjaan :belum bekerja
Suku/bangsa :Indonesia
Alamat : Kartasura
Golongan darah : O
Genogram : Keluarga
Keluhan utama : Keluhan utama, ibu pasien mengatakan pasien buang air besar 6x
perhari.
Riwayat Penyakit saat ini : ibu pasien mengatakan pada tanggal 13 Juli 2020
pasien mengalami demam setelah ibu pasien mengganti produk susu yang biasa
Riwayat Sakit dan Kesehatan

dikonsumsi oleh pasien, kemudian dibawa ke bidan desa terdekat dan diberi obat
oleh bidan tersebut. Pasien juga mengalami muntah 3x seperti susu dan buang air
besar 4x dengan konsistensi cair, kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit
Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Juli 2020 pukul 20.30 An. N dibawa ke RSK
Mojowarno.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pernah dirawat :ya tidak Kapan :……. Diagnosa:…………...
1. Penyakit kronik dan menular : ya tidak Jenis/Dx............................
Berobat/kontrol: ………………………………………………………………
2. Alergi: ya tidak Jenis (obat/makanan):…………………………..
3. Operasi: ya tidak Kapan:…… Jenis:………………………………

Penyakit yang pernah diderita keluarga :


Ya tidak Jenis/Dx :........................

Observasi & pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System)

Keadaan umum :lemah


ROS

Tanda Vital :TD : - Nadi : 104 x/ menit Suhu : 37,9 0 c RR : 23x/ menit
Kesadaran: Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
a. Bentuk Dada: normochest barrel-chest funnel-chest pigeon-chest
Keluhan: sesak nyeri waktu nafas/nyeri saat palpasi
Batuk: produktif tidak produktif hemoptoe
Sekret/jumlah:............... Konsistensi:...................
Warna:............... Bau:.............................
b. Ekspansi paru simetris tertinggal kiri/kanan
c. Irama nafas teratur tidak teratur
d. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Lainnya:….........
e. Suara nafas Trakeal/Vesikuler/bronco-vesikuler Stridor friction-rub
Ronchi Wheezing Serak/parau Lainnya: …
f. Alat bantu nafas ya tidak
B1 (Breath)
Pernafasan

Jenis:................. flow...........lpm
g. Deviasi trakea ya tidak
h. Pernafasan cuping hidung ya tidak
i. Retraksi supraclavicula ya tidak
j. Retraksi otot intercostalis/otot bantu nafas ya tidak
k. Perkusi dada sonor/resonan redup pekak hipersonor
l. Vocal/tactile fremitus simetris tidak simetris
m. Sianosis sentral (lidah/mukosa) perifer (kuku)
n. Peningkatan tekanan vena jugularis ya tidak
o. Clubbing fingers ya tidak
p. Lain-lain: …………………………
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
Keluhan nyeri dada ya tidak
Lokasi nyeri : ………………………….. Intensitas/frekwensi: ………………
Kualitas nyeri: …………………………. Waktu: …………………………….
Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 Tunggal ya tidak asystole cardiac arrest
Suara jantung normal (lub-dub) murmur gallop friction-rub
Kardiovaskuler

Palpitasi ya tidak
B2 (Blood)

Edema ya tidak Area: …………..


Syncope ya tidak
Hipotensi orthostatic/orthopnoe ya tidak
CRT:................detik
Akral hangat panas dingin kering basah
JVP normal meningkat menurun
Lokasi apeks/iktus kordis/Punctum Maksimum Impuls (PMI): …………

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
GCS: Eye : Verbal : Motorik : Total:
P
Reflek Fisiologis patella triceps biceps angkle
Reflek Patologis babinsky budzinzky kernig
Keluhan pusing/vertigo ya tidak
Pupil Isokor Anisokor Diameter......
Sklera/Konjunctiva Anemis Ikterus raccoon eyes
Gangguan Pandangan ya tidak jelaskan..................
Gangguan Pendengaran ya tidak jelaskan..................
Istirahat/ tidur:.........................jam/hari
ersyarafan
B3 (Brain)

Gangguan tidur:.................... ya tidak


Gangguan syaraf cranialis ……… ya tidak jelaskan...................
Gangguan memori/ingatan ya tidak
Afasia motorik/sensorik ya tidak
Gangguan penciuman/pembauan/pengecapan ya tidak
Neuropati ya tidak jelaskan: …………………
Kejang ya tidak flaccid ya tidak
Battle sign ya tidak
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

Kebersihan Bersih Kotor


Keluhan kencing/miksi Nokturi Inkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
Produksi urine : jumlah :162 ml/hari/jam warna :kuning bau : amoniak
B4 (Bladder)
Perkemihan

Alat bantu (kateter dll) ya tidak


Jenis:.............. dipasang tanggal:.............. ukuran:….
Kandung kencing membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
Intake cairan oral: cc/hr parenteral: cc/hr
Lain-lain…………………………………..

Masalah Keperawatan:
a. Mulut bersih kotor berbau
palatoschizis
b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Gigi lengkap tidak lengkap palsu jelaskan:
…….
d. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
e. Abdomen tegang kembung ascites spider-
nervi
Nyeri tekan ya tidak nyeri visceral
Luka operasi ada tidak
Jenis operasi:............... Lokasi/area :............ flatus
Keadaan: Drain ada tidak
Jumlah:............ warna:.......
Kondisi area sekitar insersi:.............
Pencernaan
B5 (Bowel)

f. Peristaltik: 33 x/menit
g. BAB: 6 x/hari Terakhir tanggal: 17 juli 2020
Konsistensi keras lunak cair lendir/darah
h. Diet padat lunak cair Jenis:
………….
i. Nafsu makan baik menurun frekuensi:3-4 x/hari
j. Porsi makan habis tidak keterangan:
mual ,munta
k. NGT ya tidak
l. Mual/muntah ya tidak
m. Strie ya tidak warna: ……………..
n. Psoas sign ya tidak
o. Obsturator sign ya tidak
p. Lainnya …………………….

Masalah Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare.
Kemampuan pergerakan sendi: bebas terbatas
Kekuatan otot
Muskuloskeletal/integumen

Kelainan ekstremitas ya tidak


Kelainan tulang belakang ya tidak
Fraktur ya tidak
B6 (Bone)

Traksi/ spalk/ gips ya tidak


Kompartemen syndrome ya tidak
Kulit hiperpigmentasi sianosis kemerahan ikterik
Turgor baik kurang jelek
Luka jenis:......... luas:...............
Edema ya tidak lokasi:........
Lain-lain :
Masalah Keperawatan:

Tyroid membesar ya tidak


Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
Hiperglikemi ya tidak
Endokrin

Hipoglikemi ya tidak
Luka ganggren ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan:
Mandi : x/hari
Sikat gigi : x/hari
Keramas : x/hari
Pers. Higiene

Memotong kuku
Ganti pakaian : x/hari
Merokok ya tidak
Alkohol ya tidak
Lainnya: …………………………………..
Masalah Keperawatan:
Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan Hukuman lainnya
Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
Psiko-sosio-spiritual

Orang yang paling dekat :

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar :

Kegiatan ibadah
Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah

Masalah Keperawatan:

Data Penunjang :
Hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 14 Juli 2020,
Hemoglobin 13,3 g/dl (N: 11,5 - 13,5 g/dl), Hematokrit 38,8 % (N: 34 – 40 %),
Eritrosit 4,4 juta/mm^3 (N: 3,9 -5,9 juta/mm^3), Lekosit 10.900 /mm3(N: 4.500 –
14.500 /mm3), Trombosit 211.000 u/L (N: 150.000 – 450.000 u/L), Basofil 0,1 %
(N: 0 – 1 %), Esonofil 2,1 % (N: 0 -4 %), Neutrofil 79,2 % (N: 55 -80 %),
Limfosit 9,1 % (N: 36 – 52 %), Monosit 9,5% (N: 0 – 5 %), MCV 82 fL (N: 80 –
96 fL), MCH 28 pg (N: 28 – 33 pg), MCHC 34 % (N: 32 – 36 %),LED 5 mm/jam
(0-15 mm/jam), LED 2 jam26 mm/jam, golongan darah O/Rh (+).

Terapi/ Tindakan lain

Terapi tanggal 15 Juli 2020 pasien mendapatkan terapi obat infus RL 60 cc/jam,
obat parenteral Taxegram 2x200 mg, obat peroral L-Bio 3x250 mg, Smecta 3x750
mg, Sanmol 3x1 sendok teh diberikan bila panas.
Terapi tanggal 16 Juli 2020 pasien mendapatkan terapi obat infus RL 60 cc/jam,
obat parenteral Taxegram 2x200 mg, obat peroral L-Bio 3x250 mg, Smecta 3x750
mg.
Terapi tanggal 17 Juli 2020 pasien mendapatkan terapi obat infus RL 60 cc/jam,
obat parenteral Taxegram 2x200 mg, obat peroral L-Bio 3x250 mg, Smecta 3x750
mg.
DATA ETIOLOGI MASALAH
Risiko hipovolemia

DS: Diare

- Ibu pasien
Kehilangan cairan dan elektrolit
mengatakan
yang berlebih
pasien buang
air besar 6x
CES hilang cepat
Daftar Masalah
perhari.

1. Risiko hipovolemia
Ketidakseimbangan elektrolit
2. Hipertermia
3. Gangguan integritas kulit
DO:
Kehilangan cairan intraseluler
- Mukosa bibir
kering Kekurangan volume cairan
- Pasien
tampak lemas
- Nadi : 104
Surabaya,
x/menit
- Suhu :37,9 0 c
Ners
- Rr 23 x/menit
- Membran
mukosa
pucat, bising
ANALISA
usus DATA
hiperaktif
DS : Bakteri masuk kedalam aliran Hipertermi
darah
- Ibu Klien
mengatakan ↓
Anaknya
Lemas Bakteri mengeluarkan
- Ibu pasien endotoksin
mengatakan

Anaknya
panas Hipotalamus
DO: ↓
- klien tampak
Hipertermi
gelisah
- Akral hangat
- Membran mukosa
kering
- TD :90/60 mmHg
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko hypovolemia b/d diare yang ditandai dengan ibu pasien mengatakan pasien
buang air besar 6x perhari dengan konsistensi cair.dengan data yang di dapat DS:Ibu
pasien mengatakan pasien buang air besar 6x perhari. DO:Mukosa bibir
kering,Pasien tampak lemas,Nadi : 104 x/menit,Suhu :37,9 0 c ,Rr 23
x/menit,Membran mukosa pucat, bising usus hiperaktif
2.
Hipertermi b/d proses infeksi yang ditandai dengan anaknya demam setelah
menggunakan produk susu dengan data yang di kaji DS Ibu Klien mengatakan
Anaknya Lema,Ibu pasien mengatakan Anaknya panas
DO klien tampak gelisah,Akral hangat,Membran mukosa kering,TD :90/60 mmHg
RR : 26X/menit,N :128 x/menit,S : 380 C.

3.
Gangguan integritas kulit (daerah perineal) berhubungan dengan frekuensi BAB
meningkat yang diatandai dengan terdapat kemrahan pada bokong anak,dan anak
selalu rewel

INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/ WAKT
MASALAH RENCANA RASIONAL
TANGGAL U
15 juli 2020 1. Risiko 80:00 -Jelaskan pada -Penjelasan yang
hypovolemi Orang Tua pasien efektif dapat membuat
a tentang tanda-tanda Orang Tua pasien
dari kekurangan
menjadi mengerti,
volume cairan dan
tindakan yang akan sehingga kooperatif
dilakukan. terhadap tindakan
keperawatan dan medis
yang akan diberikan
pada pasien.

-Berikan cairan Mengganti cairan yang


minum peroral untuk hilang akibat diare,
memenuhi sesuai kebutuhan.
kebutuhan cairan/ 24 Kebutuhan cairan
jam, baik dengan sesuai holiday segar 9
pemberian ASI atau
kg p BB x100 ml=
air putih 400cc.
900ml/24jam pasien
sudah diberikan cairan
infus D1/4NS 500ml/24
jam , jadi kebutuhan
minum peroral
400ml/24jam
- Ukur balance
cairan - Mengetahui jumlah
cairan yang masuk dan
jumlah cairan yang
keluar dapat untuk
mengetahui kebutuhan
-Kolaborasi dengan cairan saat itu dan
dokter dalam untuk mengidentifikasi
pemberian terapi kondisi kkekurangan
cairan cairan saat itu.

Hipertermi b/d 08:25 1. Observasi TTV 1.Mengetahui apakah


proses infeksi suhunya masih panas
terutama suhu
atau sudah normal
tubuh setiap 2 jam
2.mengurangi/
2. Kompres air
meredahkan demam
hangat di dahi dan
axial 3.menambahkan cairan
yang masuk dan keluar
3. Beri asupan
agar tubuh dalam
minum yang konisi normal
adekuat 4.mempermudah tubuh
dalam menetralkan
suhu
4. Ganti baju klien
dengan pakaian
tipis dan 5.kolaborasi dalam
menyerap pemberian obat

keringat
5. Penatalaksanaan
pemberian :
1) Antipiretik
2) Antibiotic
Cairan parental.

Gangguan 08:35 a.Monitor daerah a.mengetahui apakah


integritas kulit
bokong adanya pembesaran di
(daerah perineal)
berhubungan b. Kaji kerusakan bagian bokong atau
dengan frekuensi
kulit atau iritasi tidak
BAB meningkat
setiap buang air b.memantau adanya
besar warna reaksi pada kulit
c. Ajarkan ibu atau tidak
menggunakan kapas
lembut dan sabun c.mengatasi infeksi
bayi untuk pada bokong
membersihkan anus
setiap buang air
besar
d.Ingatkan ibu untuk d.mengindari dari
menghindari dari infeksi dan penyebaran
pakaian dan pada bokong
pengalas tempat
tidur yang lembab
e. Informasikan e. mengindari dari
kepada ibu infeksi dan penyebaran
mengganti pada bokong
popok/kain apabila
kotor lembab atau
basah f.untuk proses
f. Ajarkan orang tua penyembuhan
cara perawatan
perenial hygiene
pada anak g.untuk proses
g.Kolaborasi dalam penyembuhan dan
pemberian obat pemulihan.
IMPLEMETASI KEPERAWATAN

HARI/
TANGGAL MASALAH WAKTU TINDAKAN TTD

Risiko 08:00 1.Menjelaskan kepada Orang Tua pasien


hypovolemia tentang tanda-tanda dari kekurangan volume
cairan misalnya mata tampak cowong,
produksi urine menurun, elastisitas kulit bila
dicubit kembalinya lama, anak tampak lemah,
dan cenderung rewel dan tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi kekurangan cairan
yaitu tetap memberikan minum ASI maupun
PASI, pemberian cairan infus sesuai instruksi
dokter dan diberikan terapi untuk mengatasi
diarenya.
r/ibu pasien mengatakan anaknya masih diare
dan dia selalu meberikan asi

2.Menganjurkan kepada Orang Tua untuk


memberikan minum sedikit tapi sering pada
pasien kurang lebih 20ml/jam.
r/anak pasien menolak ketika ibu memberikan
asi dan selalu menangis
08:10
3.Jam 13.00 WIB. Menimbang popok pasien
setelah BAK/BAB.
r/anaknya masih diare.

4.SXCJam 20.00 WIB. Mengobservasi turgor


kulit baik, mukosa bibir kering, tidak ada rasa
08:15 haus berlebih pada pasien, TD tidak bisa
diukur karena anak rewel, Nadi 102 x/menit,
Suhu 36,8oC.
r/anak saya masi panas

08:25
Hipertermia 08:40 - Memonitor suhu tubuh
r/anak pasien masih demam
- Menyediakan suhu lingkungan dingin
08:45 R/ibu mengatakan anaknya merasa
nyaman dengan suhu yang sudah
diatur
- Longgarekan atau lepaskan pakian
R/ anak pasien memakai baju tipis
- Memberikan cairan oral
08:55 R/ ibu pasien selalu memberikan asi
dan anaknya pun menyusui

- Anjurkan tirah baring


R/ibu pasien mengatakan anaknya
09:10 rewel ketika di baringkan di tempat
tidur
- Kolaborasi pemberian cairan jika
perlu.

09:15

Integritas kulit 09:20 - Mencatat frekuensi defekasi.


R/ Orangtua anak mengatakan: “anak
saya dari tadi pagi sudah BAB 6x”.
- Memberikan obat:
R/ Obat masuk melalui oral sesuai
dengan dosis dan anak tidak menangis
09:30 - Menimbang BB An.n Orangtua anak
mengatakan “berat badan anak saya
sebelum sakit 10 kg.
- Memantau hasil Lab Feses GE
09:40 R/Warna kuning, konsistensi cair
- Mengaingatkan orangtua mengganti
popok/kain apabila lembab atau basah
R/ Orangtua klien mengatakan “ sudah
mengganti popok yang lembab dan basah
09:44 dengan secepatnya.

- Mengajarkan orang tua cara perawatan


09:56 perennial hygiene pada anak Hasil
R/orang tua tampak memperhatikan apa
yang dijelaskan, dan orang tua tampak
bertanya-tanya dan paham.
- Menginformasikan pada ibu daerah anus
terbuka selama 5-10 detik setalah
dibersihkan & sebelum menggunakan
celana
R/Orangtua anak mengatakan akan
membiarkan daerah sekitar anus terbuka
10:00 setelah membersihkannya

10:15

EVALUASI

Masalah Evaluasi
S :
Risiko hypovolemia ibu pasien mengatakan pasien buang air besar 8x
perhari sebanyak 50 cc,obyektifnya balance cairan -162
cc
O :

- Pasien tampak lemas


- Mukosa bibir kering
- Balance cairan: + 162 cc/24 jam
-N: 104x/menit, S: 37,90C Rr 23x/menit

A :masalah belum terasi

P :intervensi 1 2 3 dan 4 dilanjutkan

Hipertermia

S:
Ibu Klien mengatakan demam sudah menurun
O : klien tampak lemas,
TD : 120/80 mmHg Nadi : 95 x/menit Suhu : 36,5 0 c
RR : 20x/menit

A:
Masalah teratasi karena suhu tubuh dalam batas normal
P:
: Hentikan intervensi

Gangguan Integritas S
kulit Ibu pasien mengtakan anaknya masih bab 6x dengan
konsistensi cair
O
- Pasien tampak lemas,
- Mukosa bibir kering,
- Balance cairan -162 cc.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervenis keperawatan 1.2.3.4.5.6.dan 7
CATATAN PERKEMBANGAN

MASALAH EVALUASI

Pada tanggal 16 juli 2020


Risiko hypovolemia S : ibu pasien mengatakan pasien buang air besar 8x perhari
sebanyak 50 cc,obyektifnya balance cairan -162 cc

O
-Pasien tampak lemas
- Mukosa bibir kering
- Balance cairan: + 162 cc/24 jam
-N: 104x/menit, S: 37,90C Rr 23x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi 2, 3 dan 4 dilanjutkan.

I : Jam 07.40
2. Menganjurkan pasien
banyak minum

Jam 08.00
3. Memberikan Thianphenikol 500 mg

Jam 10.00
Memberikan diagit 2 tablet (2 jam setelah minum dengan obat
lain).

Jam 10.00 dan 13.00


4. Mengobservasi keadaan umum pasien, Mukosa bibir,
Keseimbangan cairan intake dan output, tanda-tanda vital (TD,
Nadi dan suhu)

E : ibu Pasien mengungkapkan BAB 8 kali, Pasien tampak


lemas
- Mukosa bibir kering
- Balance cairan: + 162 cc/24 jam
-N: 104x/menit, S: 37,90C Rr 23x/menit

Gangguan Integritas kulit


S
Ibu pasien mengtakan anaknya masih bab 6x dengan konsistensi
cair
Ibu pasien mengatakan anaknya rewel
Terdapat kemeraha pada bokong

O
- Anak tampak rewel
- Kulit terlihat merah
- Balance cairan -162 cc.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervenis keperawatan 1.2.3.4.5.6.dan 7
I
- Waktu 09:00 wib Mencatat frekuensi defekasi.
R/ Orangtua anak mengatakan: “anak saya dari tadi pagi
sudah BAB 6x”.

- Waktu 09:10 wib Memberikan obat:


R/ Obat masuk melalui oral sesuai dengan dosis dan anak
tidak menangis
- Waktu 09:25 wib Menimbang BB An.n Orangtua anak
mengatakan “berat badan anak saya sebelum sakit 10 kg.

- Waktu 09:35 wib Memantau hasil Lab Feses GE


R/Warna kuning, konsistensi cair
- Waktu 09:45 wib Mengaingatkan orangtua mengganti
popok/kain apabila lembab atau basah
R/ Orangtua klien mengatakan “ sudah mengganti popok
yang lembab dan basah dengan secepatnya.

- Waktu 09:50 wib Mengajarkan orang tua cara perawatan


perennial hygiene pada anak Hasil
R/orang tua tampak memperhatikan apa yang dijelaskan,
dan orang tua tampak bertanya-tanya dan paham.

- Waktu 10:00 wib Menginformasikan pada ibu daerah


anus terbuka selama 5-10 detik setalah dibersihkan &
sebelum menggunakan celana
R/Orangtua anak mengatakan akan membiarkan daerah
sekitar anus terbuka setelah membersihkannya
E : ibu pasien mengatakan masih terlihat merah pada bokong
dan anaknya selalu rewel

Pada tanggal 17 juli 2020

Risiko hypovolemia S : ibu pasien mengatakan pasien buang air besar 4x perhari
sebanyak 50 cc,obyektifnya buang air besar pasien tampak
kuning dan konsistensinya cair. ibu pasien mengatakan mukosa
bibir agak kering

O
-Pasien tampak lemas
- Mukosa bibir kering
- N: 104x/menit, S: 37,90C Rr 23x/menit

A : Masalah teratasi namun pasien belum bisa untuk


dipulangkan

P : Intervensi dan 4 dilanjutkan.

I :
Jam 10.00 dan 13.00
5. Mengobservasi keadaan umum pasien, Mukosa bibir,
Keseimbangan cairan intake dan output, tanda-tanda vital (TD,
Nadi dan suhu)

E : ibu Pasien mengatakan BAB 4 kali,namun pasien belum ada


rencana mau pulang.

Gangguan Integritas kulit S


Ibu pasien mengtakan anaknya bab 4x dengan warna feses
kuning,
O
- bab konsistensisnya cair
- mukosa bibir kering
- tidak ada penurunan turgor kulit
- bola mata tidak cekung
- kemerahan pada bokong sudah kembali normal
-
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervenis keperawatan 1 dan 7
I
- Waktu 09:00 wib Mencatat frekuensi defekasi.
R/ Orangtua anak mengatakan: “anak saya dari tadi pagi
sudah BAB 6x”.

- Waktu 09:45 wib Mengaingatkan orangtua mengganti


popok/kain apabila lembab atau basah
R/ Orangtua klien mengatakan “ sudah mengganti popok
yang lembab dan basah dengan secepatnya.

E : ibu pasien mengatakan tidak terlihat merah pada bokong


dan anaknya tidak rewel lagi.pasien belum ada rencana mau
pulang.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas berbagai masalah dan kesenjangan yang diperoleh antara
kasus dengan landasan teoritis asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
An.N dengan gangguan sistem pencernaan: Gastroenteritis yang dilakukan sesuai dengan tahap-
tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada pengkajian yang menjadi sumber
penulis yaitu BAB II. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan
kesulitan, karena tersedianya format pengkajian, status klien, catatan keperawatan
dan medis, keluarga klien yang terbuka terhadap perawat dan perawat ruangan
yang membantu dalam pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
penulis. Pada saat pengkajian penulis melakukan pengkajian secara komprehensif
yang meliputi bio, psiko, social, kultural, dan spiritual sebagai dasar dalam
merumuskan diagnosa keperawatan pada An.s.

Identitas pasien An.N, umur 3 tahun, berat badan 15 kg tanggal lahir 18 Juni
2017, tanggal masuk 14 Juli 2020, rawat di ruang Cempaka RSK Mojowarno.
Diagnosa medis Gastroenteritis yang bertanggung jawab Ny.E, umur 27 tahun,
agama Islam, alamat Kartasura, hubungan dengan pasien sebagai ibu
Pengkajian pada tanggal 15 Juli jam 10.00 WIB. Data yang diperoleh dengan cara
auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi
langsung, pemerisaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat dari data
pengkajian tersebut didapat hasil sebagai berikut. Keluhan utama, ibu pasien
mengatakan pasien buang air besar 6x perhari dengan konsistensi cair.tidak dapat
kesenjangan Antara teori dan kasus kasren keluhan utama dalah anka bab 6x
dengan konsistensisnya cair.

Manifestasi klinis yang terjadi pada An. I ialah sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, demam, mual dan muntah, anorexia, kelemahan,
perubahan tanda-tanda vital (terutama peningkatan nadi dan pernafasan) mukosa
bibir dan mulut kering, mata cekung, frekuensi bising usus meningkat
(15x/menit), terdapat kemerahan di area perianal dan terjadinya penurunan BB.
Pada etiologi yang terdapat di tinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
yang terjadi pada penyebab diare anak adalah faktor infeksi bakteri yang sudah
didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang feses GE pada anak. Hasil
pemeriksaan fases GE pada An. N terdapat bakteri. Bakteri didapat melalui
kebiasaan orang tua yang mengabaikan prilaku hidup bersih dan sehat. Pada saat
pengkajian didapatkan data sebagai berikut: Orang tua klien mengatakan saat
dirumah memberikan susu formula pada anaknya dengan botol yang tidak
dibersihkan dengan benar, kebiasaan orang tua yang tidak mencuci tangan saat
menyediakan makanan dan minuman serta saat memberikan ASI. Selain itu
dengan kebiasan penggunaan MCK secara bersamaan dan keadaan teras rumah
yang kotor dan berantakan. Hal tersebut, kemungkinan merupakan beberapa
penyebab terjadinya diare. Etiologi yang terjadi pada An. N,sesuai dengan
tinjauan teori.

Dalam pemeriksaan penunjang, pada kasus ini ada yang belum sesuai dan ada
yang sudah sesuai. Salah satu yang tidak sesuai antara tinjauan teoritis dengan
kasus An.N adalah tidak dilakukan pembiakan duodenal intubation. Pemeriksaan
ini tidak diperlukan karena An. N tidak mengalami gastroenteritis kronis,
sedangkan pembiakan kuman dan duodenal incubation hanya diperlukan jika
klien mengalami gastroenteritis kronik. Klien juga tidak dilakukan pemeriksaan
urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, hal ini dikarenakan An.Ntidak
mengalami gangguan fungsi ginjal sebagai dampak dari kondisi dehidrasi berat.
Hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan fisik yaitu palpasi dengan tidak adanya
pembesaran hepar dan ginjal.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An N
adalah pemeriksaan feses GE yang meliputi pemeriksan makroskopik,
mikroskopik dan pH feses. Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit, hal ini sesuai dengan tinjauan teori.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam tinjauan teoritis tidak semua
muncul pada tinjauan kasus yaitu:
Pada prioritas masalah penulis mendapatkan diagnosa keperawatan yaitu defisit
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih menjadi
diagnosa prioritas, karena menurut teori Maslow kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan oksigen dan
pertukaran gas, jika kebutuhan dasar cairan terganggu maka harus segera
ditangani.
Sebagian besar dari tubuh anak terdiri dari cairan, kekurangan cairan akan
menyebabkan dehidrasi yang ditandai dengan kelemahan, pucat, tugor kulit
buruk, membrane mukosa mulut dan bibir kering, cubitan abdomen kembali
lambat >2 detik, mata cekung. Devisit volume cairan dan elektrolit juga dapat
mempengaruhi oleh peningkatan suhu tubuh.
Pada diagnosa kedua yaitu didapatkan masalah gangguan integritas kulit
berhubungan dengan iritasi pada anus (frekuensi BAB berlebih). Pengkajian pada
kasus ini sesuai dengan tinjauan teoritis. Didapatkan data dari kasus yaitu BAB
cair, berwarna kuning, tidak ada lendir dan darah, di daerah sekitar anus tampak
kemerahan, dan hasil pH : 5,0.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat dalam
tinjauan teoritis perencanaan terdiri dari 5 tahap yaitu menentukan prioritas
masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan merencanakan tindakan
keperawatan. adapun yang menjadi prioritas masalah pada An. N defisit volume
cairan dan elektrolit, diagnosa ini diprioritaskan karena data-data yang menunjang
baik, pemeriksaan fisik, maupun hasil laboratorium merupakan masalah yang
terjadi saat ini yang mengancam keselamatan anak dan merupakan masalah yang
terjadi saat ini yang mengancam keselamatan anak dan merupakan kebutuhan
dasar yang utama berdasarkan 5 kebutuhan dasar menurut maslow.tidak terdapat
kesenjangan dalam teori dan kasus.

D. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam rangka memberi asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat, maka penulis dalam melaksanakan rencana
keperawatan selama klien dirawat pada tindakan yang ada pada tinjauan teoritis.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi ini dilihat dan perkembangan yang telah terjadi setelah
dilakukan tindakan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dirumuskan. Pada
kasus yang penulis hadapi setelah dievaluasi masalah teratasi namun pasien
belum pulang.
Evaluasi yang penulis dapatkan setelah tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Masalah defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
output berlebih melalui feses masih teratasi sebagian karena cubitan
abdomen kembali segera,mukosa bibir kering,mata tidak
cekung,pasien belum mau pulang.
2. Masalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada
anus teratasi, dikarenakan di bokong An. N tidak terdapat kemerahan
dan tidak rewel.

BAB V

PENUTUP

Setelah penulisan membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An. N dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis baik dari segi
tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus, maka didapatkan kesimpulan dan saran sebagai berikut

Asuhan keperawatan pada An.N dengan diagnosa medis Gastrointeritis dan masalah
keperawatan prioritas risiko hypovolemia.

5.1.1 Simpulan
5.1.1 Identitas pasien

1) Nama : An.N

2) Usia : 3 tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Diagnose gastroenteritis

5.1.2 Data Fokus :

Identitas pasien An.N, umur 3 tahun, berat badan 15 kg tanggal lahir 18 Juni 2017, tanggal
masuk 14 Juli 2020, rawat di ruang Cempaka RSK Mojowarno. Diagnosa medis Gastroenteritis
yang bertanggung jawab Ny.E, umur 27 tahun, agama Islam, alamat Kartasura, hubungan dengan
pasien sebagai ibu
Pengkajian pada tanggal 15 Juli jam 10.00 WIB. Data yang diperoleh dengan cara auto anamnesa
dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemerisaan fisik,
menelaah catatan medis dan catatan perawat dari data pengkajian tersebut didapat hasil sebagai
berikut. Keluhan utama, ibu pasien mengatakan pasien buang air besar 6x perhari dengan
konsistensi cair.
Riwayat kesehatan pasien, ibu pasien mengatakan pada tanggal 13 Juli 2020 pasien mengalami
demam setelah ibu pasien mengganti produk susu yang biasa dikonsumsi oleh pasien, kemudian
dibawa ke bidan desa terdekat dan diberi obat oleh bidan tersebut. Pasien juga mengalami
muntah 3x seperti susu dan buang air besar 4x dengan konsistensi cair, kemudian pasien dibawa
ke Rumah Sakit Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Juli 2020 pukul 20.30 An. N dibawa ke RSK
Mojowarno.

5.1.3 Dignose Keperawatan :

Risiko hypovolemia yang berhubungan dengan diare yang ditandai dengan bab 6x dengan
konsistensisnya cair,mukosa bibir kering,lemas dan anak tampak rewael.

5.1.4 Intervensi dan Implementasi


Risiko hypovolemia yang berhubungan dengan diare yang ditandai dengan bab 6x dengan
konsistensisnya cair,mukosa bibir kering,lemas dan anak tampak rewael.
- Anjurkan kepada ibu untuk menjaga pola makn anak
- Anjurkan Mengontrol pemberian ASI kepada anak
- Anjurkan untuk selalu hidup sehat
5.1.5 Hasil Evaluasi :
1. Masalah defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebi
melalui feses masih teratasi sebagian karena cubitan abdomen kembali
segera,mukosa bibir kering,mata tidak cekung,pasien belum mau pulang.
2. Masalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada anus teratasi,
dikarenakan di bokong An. N tidak terdapat kemerahan dan tidak rewel.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diaharapkan mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada pasien tentang
perawatan gastroenteritis
5.2.2 Bagi pasien
Diharapkan pasien mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dirumah secara
mandiri seperti:menjaga pola makan,mengganti popok,pemberian susu dengan baik.
5.2.3 Bagi institusi
Diharapkan untuk menambah literature buku keperawatan anak dengan sumber yang lebih
lengkap dengan tahun penerbit yaitu tahun 2010-2015 di perpustakaan,sehingga dapat memabtu
dalam menyelesaiakn tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.(2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.

Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta :

P Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
enerbit Buku Kedokteran. EGC.

Anda mungkin juga menyukai