Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE AKUT

OLEH KELOMPOK 9 :
A.NURJAYANI
A.AYUANDARI
HASLINDA

STIKES MUHAMMADDIYAH SIDRAP


PROGSUS S1 KEPERWATAN TA 2019/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2010.
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan ialah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang saling tolong menolong.
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes, 1999).
Salah satu yang menyebabkan tingginya angka kesakitan pada bayi dan anak balita adalah diare,
yang mana penyakit ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya bila tidak ditangani dalam 1 x
24 jam yang dapat menimbulkan kehilangan cairan yang hebat dan mengakibatkan kematian.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data dan informasi dari berbagai referensi yang ada memberikan gambaran yang
cukup jelas, bahwa pasien dengan masalah diare mempunyai resiko yang sangat berat dan luas
sehingga membutuhkan asuhan keperawatan dengan memberikan tindakan yang maksimal
dengan harapan masalah dapat dikurangi / diatasi.
maka rumusan masalah yang kami kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Defenisi diare / Gastroenteritis ?
2. Apa etiologi dari penyakit diare.?
3. Bagaimanapatofisiologi/proses proses terjadinya diare ?
4. Bagaimana manifestasi klinik yang muncul pada pasien diare?
5. Komplikasi yang sering muncul pada pasien diare?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan terapeutik?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien diare?
9. Bagaimana cara menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diare?
10. Bagaimana Interversi keperawatan pada pasien diare?

3. TUJUAN

a. Tujuan umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
komprehensif serta untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien
diare akut

b. Tujuan khusus
Dari rumusan masalah diatas , maka tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Dapat menjelaskan Defenisi diare / Gastroenteritis
2. Dapat menyjelaskan etiologi dari penyakit diare.
3. Dapat menjelaskan Patofisiologi /proses terjadinya diare
4. Dapat menjelaskan manifestasi klinik yang muncul pada pasien diare
5. Dapat menjelaskan Komplikasi yang sering muncul pada pasien diare
6. Dapat melakukan pemeriksaan diagnostik
7. Dapat mengetahui cara penatalaksanaan terapeutik
8. Dapat mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien diare
9. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diare
10. Dapat menjelaskan Interversi keperawatan pada pasien diare

4. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan makalah ini,metode yang digunakan yaitu metode kepustakaan dengan
mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan baik melalui media internet maupun
materi kuliah yang di berikan oleh dosen pembimbing atau pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DIARE
Diare merupakan pengeluaran tinja yang tidak normal, frekuensi lebih dari 3 kali dengan atau
tanpa lendir darah. Tujuan dari penlitian ini adalah memberikan penjelesan terkait profil pasien,
tindakan yang diberikan kepada pasien baik farmakologi maupun non farmakologi dan beberpa
pasien dilakukan perawatan.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu
hari. Kebersihan dalam kehidupan seharihari merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Seseorang mengalami
sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena menganggap bahwa
masalah kebersihan diri adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan dapat
mempengaruhi kasehatan secara umum bisa menyebabkan penyakit seperti diare (Tarwoto dan
Wartonah, 2008). Kebersihan lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum.
Ruang lingkup kebersihan lingkungan antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).

B. ETIOLOGI
Faktor infeksi yang sering muncul pada pasien diare yaitu :

1. Bakteri, Enteropategenikescerichia coli,salmonella,shigella, Yersinia enterecolitica


2. Virus,: enterovirus, adenovirus, rotavirus
3. Jamur: candadida Enteristis
4. Parasit: giardia clamblia
5. Protozoa

Bukan faktor infeksi :


1. Alergi makanan : susu, protein
2. Gangguan metabolik atau mal absorbsi ; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pancreas
3. Iritasi lambung pada saluran pencernaan oleh makanan
4. Obat-obatan ; antibiotik
5. Penyakit usus : colitis ulcerative, chroun disease, enterecolitis
6. Obstruksi usus
C. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstravaskuler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap
elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi
gangguan absorbsi cairan dan elektorlit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan
bahan-bahan makanan.
Meningkatnya motalitas, intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal (Suriadi,
Yuliani Rita, 2001).

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Sering BAB dengan konsistensi feces cair atau encer.


2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastis kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering.
3. Mual dan muntah
4. Demam
5. Kram abdomen
6. Anorexia
7. Lemah
8. Pucat
9. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat.
10. Berat badan turun
11. Oliguri atau anuria.
12. Anak cengeng dan gelisah (Cecily, L Betz, 2002).
E. KOMPLIKASI YANG SERING MUNCUL
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorisme, hipotoni otot, lemah, dan bradikardi).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (Ngastiyah, 1997).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hematest feces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada yang bakteria).
2. Evalusi faeces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus.
3. Hitung darah lengkap dengan deferensial.
4. Uji antigen imunoesei enzim, untuk memastikan rotavirus
5. Kultur feces
6. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa dan adanya darah (Cecily, L Betz, 2002).

G. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2. Anti piretik
3. Obat-obatan.
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
a. Jenis cairan
1. Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana
yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula
(NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara
sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi
lebih jauh.
2. Cairan parenteral :
a. Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB
/hari.
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
d. Dehidrasi berat
 Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3-10 kg.
yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit
 Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan DG intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/
kgBB/m.
 Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan
4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam
pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½
tetes/kgBB/menit.
b. Pengobatan dietetik
1). Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a.) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak
jenuh).
b). Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
2). Cara memberikannya :
a). Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/ susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang - seling.
b) Hari 2 – 4 : ASI / susu formula rendah laktosa penuh.
c) Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
3). Obat-obatan
a). Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazindosis
0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b). Obat spasmolitik.
c). Antibiotik (Ngastiyah, 1997).

H. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah suatu proses yang sistematis yang diberikan kepada individu,
keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga dan
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun yang aktual.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Doengoes Marylin E, 1998).
1. Pengkajian

Pengkajian data merupakan awal dan merupakan dasar proses keperawatan. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pada
pertahanan klien, mengidentifikasikan kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan
diagnosa keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari 4 kegiatan, yaitu :

1) Pengumpulan data

Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi dari klien, keluarga, catatan


medis atau profesi lain, termasuk hasil diagnosa test. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi) yang meliputi data - data sebagai berikut :
a) Biodata

Terdiri atas identitas pasien : nama, umur , jenis kelamin, agama, alamat dan
diagnosa medis.
Terdiri dari identitas orang tua : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku /
bangsa, alamat.
b) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama dan riwayat keluhan utama


c) Riwayat kesehatan masa lalu

2. Riwayat penyakit yang pernah diderita, opname atau tidak.


3. Riwayat nutrisi dan riwayat pemberian imunisasi
4. Riwayat alergi
d) Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi :

Prenatal, natal, post natal.


e) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Berat badan lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan

atas, motorik halus, motorik kasar.

f) Data psikososial spritual : anak dan orang tua.

g) Pola kebiasaan sehari-hari : makan, minum, istirahat / tidur, pola eleminasi BAB

dan BAK, aktivitas sehari-hari sebelum dan selama sakit.

h) Pemeriksaan fisik meliputi :


(1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, rewel atau tidak, lemah atau tidak.

(2) Tanda- tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.

(3) Kepala/wajah : ubun-ubun cekung/tidak, menutup atau belum, mata cekung

atau tidak, selaput lendir mulut kering atau tidak, ada air mata saat menangis

atau tidak.

(4) Sistem pernafasan : frekuensi pernapasan, hiperventilasi/ tidak, pernapasan

kussmaul.

(5) Sistem kardiovaskuler : denyut nadi, bunyi jantung I/II, suhu badan, tekanan

darah.

(6) Sistem pencernaan : perubahan kebiasaan Bab (encer, ada

darah/lendir), nyeri, kram abdomen, distensi abdomen, perubahan dalam

berat badan, mual /muntah, nafsu makan menurun, hiperaktif bising usus.

(7) Sistem muskuloskeletal : ekstremitas atas/bawah (keadaan akral,

kekuatan otot, kemampuan gerak sendi).

(8) Sistem integumen : turgor kulit, warna kulit, keadaan kulit daerah bokong.

(9) Genetalia dan usus : apakah ada kelainan atau tidak, keadaan kulit pada

sekitar anus kemerahan/lecet (Speer Kethleen Morgan, 1994).

(10) Status sosial : keadaan rumah dan lingkungan, status rumah kebanjiran atau

tidak pada musim hujan

(11) Keadaan psikologis orang tua : tingkat pengetahuan orang tua, alasan orang

tua membawa anaknya ke rumah sakit, harapan keluarga terhadap anaknya,

informasi yang telah diterima oleh orang tua.

(12) Pemeriksaan penunjang :


Untuk kasus diare, biasanya dilakukan pemeriksaan :

(a) Kultur tinja, untuk biakan kuman, biasanya ditemukan E.coli, shygella,

selain sebagai biakan kuman yang berfungsi untuk mendeteksi apakah klien

intoleransi terhadap lemak atau karbohidrat.

(b) Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, glukosa.

(c) Pemeriksaan darah rutin : Hb, leucosit, eritrosit, trombosit. Biasanya

terjadi leukositosis bila diare disebabkan oleh kuman.

(d) Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis urine.

2)Klasifikasi data

Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data ke dalam

data subyektif dan data obyektif.

3)Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan permasalahan yang

dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai penyebab dari

penyakit diare sampai permasalahannya tersebut.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga dan komunitas

terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial untuk pemilihan

intervensi keperawatan dalam mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat

(Doengoes M.E, 1998).

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien diare adalah :
1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan yang menyebakan iritasi atau gangguan
usus.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.
3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada
daerah anal dan bokong.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah atau diare.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di
rumah.
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan maka intervensi dan aktifitas perawatan perlu
ditetapkan untuk mengurangi dan menghilangkan masalah keperawatan klien. tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang terdiri dari :
a. Menentukan tujuan dan kriteria tujuan.
b. Merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan.
Proses penentuan aktifitas dimulai dengan memprioritaskan diagnosis keperawatan. Urutan
diagnosis keperawatan yang berdasarkan prioritas ini bukan berarti satu diagnosis harus
dipecahkan secara total sebelum mengerjakan diagnosis berikut. Biasanya beberapa jenis
diagnosis dapat diatasi secara terpadu.
Penetapan tujuan dilakukan setelah penetapan urutan prioritas diagnosis keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk menggambarkan penampilan, hasil atau perilaku klien.
Adapun kriteria tujuan adalah :
a. Berfokus pada pasien
b Dapat diukur
c. Jelas dan singkat
d. Realistis untuk kemampuan klien
e. Mempunyai batas waktu

Diagnosa 1: Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasian atau gangguan usus.
Tujuan : Pola defekasi klien dapat kembali normal seperti sebelum dirawat di rumah sakit
Intervensi :

1) Pertahankan status puasa sampai frekuensi dan volume defekasi menurun.

Rasional : Untuk mencegah iritasi lebih lanjut.

2) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.

3) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.

Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila

infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi

tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko

inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.

4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare

Rasional : Menghindarkan iritan yang dapat meningkatkan istirahat usus.

5) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap

Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan

rangsang makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan

mencegah kram dan diare berulang.

Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.


Tujuan : Status volume cairan kembali normal, dengan kriteria membran mukosa

lembab turgor kulit normal, penambahan berat badan, haluaran urine

sesuai usia.

Intervensi :

1) Monitor intake dan output.

Rasional : Catatan mengenai intake dan output dapat mendeteksi dini adanya

ketidakseimbangan cairan.

2) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan

cairan.

3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi seperti : turgor kulit, warna kulit, keadaan ubun-ubun,

membran mukosa, haus.

Rasional : Adanya turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung, membran mukosa

kering, mengindikasikan adanya dehidrasi..

4)
4) Beri cairan parenteral dengan pemberian cairan elektrolit sesuai pesanan.

Rasional : Pemberian cairan parenteral sangat dibutuhkan jika klien telah mengalami

dehidrasi atau resiko terjadinya dehidrasi.

5) Berikan cairan peroral kepada klien

Rasional : Pemberian cairan peroral dapat mengembalikan cairan dan elektrolit yang

hilang melalui muntah dan defekasi

Diagnosa 3 : Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan iritasi pada

daerah anal dan bokong.

Tujuan : Kulit perineal mengalami pemulihan dengan kriteria warna kulit perineal

sama dengan area sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta kemerahan.

Intervensi :

1). Jaga daerah pemasangan popok agar tetap bersih dan kering.

Rasional : Agar daerah perineal tidak lembab yang memudahkan terjadinya lecet.

2). Observasi kemerahan dan pucat

Rasional : Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan

pengobatan lebih intensif.

3). Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada lipatan kulit.

Rasional : Kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.


4). Ganti popok / alat tenun setiap kali basah

Rasional : Menghindari pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme.

5). Berikan salep pelindung setiap mengganti popok/pakaian

Rasional : Salep pelidung kulit mengurangi kontak kulit perineal dengan asam dan

cairan feces

Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi melalui intake yang adekuat dengan kriteria adanya

penambahan berat badan.

Intervensi :

1) Timbang berat badan dengan timbangan yang sama

Rasional : Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat hasil

timbangan ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak

mempercayai orang lain.

2) Awasi pemasukan diet jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan

tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga

paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan sulit pada

sore hari.

3) Berikan perawatan mulut sebelum makan.


Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
4) Anjurkan makan dalam posisi tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan nafsu
makan.
5) Konsul pada ahli diet dukungan tim nutrisi untuk pemberian diet sesuai kebutuhan klien.

Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan di

rumah.

Tujuan : Klien/orang tua menunjukkan pemahamannya tentang perawatan di rumah

dan evaluasi serta menyatakan mengerti instruksi diet yang harus

dijalankan.

Intervensi :
Ajarkan pada orang tua tentang kegunaan obat- obat seperti antimuntah atau anti diare.
Rasional : Memberikan instruksi untuk meningkatkan pemahaman terhadap
aturan pengobatan. Pemahaman tentang efek samping harus disampaikan sehingga orang
tua dapat mencari bantuan jika diperlukan.
1). Jelaskan kepada orang tua untuk selalu memonitor adanya muntah atau diare pada anak

dan denyut nadi yang tidak teratur serta langsung melaporkan kepada dokter.

Rasional : Danya tanda-tanda muntah dan diare merupakan gejala ketidak

seimbangan cairan.

2). Ajarkan kepada orang tua bagaimana penanganan diare di rumah.

Rasional : Dengan mengetahui cara penanganan diare di rumah memudahkan orang

tua memberi tindakan sebelum membawa klien ke rumah sakit.

3). Diskusikan pentingnya masukan cairan yang adekuat serta kebutuhan pasien.

Rasional : Mempercepat penyembuhan dan normalisasi fungsi usus


Diagnosa 6 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

Tujuan : Menurunkan rasa takut dan cemas orang tua terhadap keadaan anaknya.

Intervensi :

1) Berikan informasi tentang proses penyakitnya dan antisipasi tindakan.

Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.

2) Kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh.

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan

membuat pilihan berdasarkan informasi.

3) Dorong menyatakan perasaan berikan umpan balik.

Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat dalam

mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.

4) Akui bahwa ansietas dan mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan

perhatian mendengar pasien.

Rasional : Validasi bahwa perasaan normal dan dapat membantu menurunkan stres.

5) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

Rasional : Keterlibatan klien/keluarga dalam perencanaan perawatan memberikan

rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.

6) Bantu untuk mengidentifikasi atau memerlukan perilaku koping yang digunakan pada

masa lalu.
Rasional : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/stres

saat ini.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan. Untuk

itu pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga

perawat, untuk memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan

dan direncanakan.

Dalam proses pelaksanaan perawatan mencakup 3 hal, yaitu :

a.Melaksanakan rencana keperawatan

Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman

dalam intervensi perawatan.

b.Mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien

Dalam mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa,

cermat dan teliti agar menemukan reaksi klien sebagai akibat dari tindakan keperawatan yang

diberikan. Dengan melihat akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien

yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan / reaksi klien

Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dari hasil yang diharapkan. Langkah ini

merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat

yang kedua adalah intervensi perawatan dapat diterima oleh klien.


3) Evaluasi

Merupakan proses yang kontinue dan penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan
yang diberikan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menetukan keefektifan rencana
perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :
a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum ?
b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum?
c. Apakah perlu pengkajian kembali?
Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan pola defekasi normal.


b. Mempertahankan keseimbangan cairan
1). Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

2). Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot

3). Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

4). Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran

5). Mengalami berat jenis urin normal

a. Mengalami penurunan tingkat ansietas

b. Mempertahankan integritas kulit

1). Mempertahankan integritas kulit

2). Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit

c. Tidak mengalami komplikasi

1) Elektrolit tetap dalam rentang normal

2) Tanda – tanda vital stabil

3) Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran


BAB III
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan

pelayanan keperawatan khususnya pada penderita diare.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan penerapan proses asuhan

keperawatan pada klien An. “ F ” dengan gangguan sistem pencernaan ” Diare”, maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak

dengan konsistensi feces encer, yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor infeksi, faktor

malabsorpsi, faktor makanan dan faktor psikologis.

2. Masalah keperawatan yang ditemukan pada pelaksanaan kasus meliputi Gangguan

keseimbangan cairan elektrolit, hypertermi, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan

integritas kulit dan kecemasan orang tua.

3. Perencanaan keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan secara sistematis yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4. Penanganan diare yaitu dengan pemberian cairan dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan

keadaan umum serta pemberian pengobatan anti piretik berupa obat cotrimoxazole ½ sendok dan

obat Sanmol syrup 2 x 1 cth.


5. Evaluasi yang dilaksanakan dalam proses keperawatan yaitu evaluasi hasil yang mengacu pada

kriteria hasil yang berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Saran

1. Diharapkan agar dalam pelaksanaan pengkajian keperawatan harus dilakukan secara

komperhensif dan sistematis sehingga memudahkan dalam menganalisa kemungkinan masalah -

masalah yang ada dan mungkin timbul.

2. Mengingat bahwa merupakan masalah keperawatan diare dapat ditularkan melalui vektor maka

pencegahan yang penting yaitu tetap menjaga kebersihan perorangan (mencuci tangan sebelum

makan dan memakai alas kaki jika bepergian), membiasakan anak BAB di jamban, menjaga

kebersihan lingkungan, makanan harus selalu tertutup, mengajarkan kepada anak untuk tidak

membeli makanan yang dijajakan terbuka dan air minum harus selalu dimasak sampai mendidih

selama 15 menit.

3. Untuk perencanaan pencegahan terjadinya komplikasi yang berat berupa dehidrasi dan renjatan

hipovolemik, maka keluarga klien perlu diberikan HE agar keluarga dapat turut berpartisipasi

dalam perawatan klien.


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar, Modul Konsep Dasar Keperawatan Anak Sehat. Sandi Karsa 05 Makassar
Donnal Wong, 2004, pedoman klinis keperawatan pediatrik, Edisi 4, EGC. Jakarta.
Cecily, L. Betz et al, (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi V, Jakarta.
Depkes RI, (1999), Indonesia Sehat 2010; Visi baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Kesehatan, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Donna L. Wong, phD, RN,PNP, CPN, CPN, FAAN (2004), Keperawatan Pediatrik penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Keliat, Anna Budi, (1994), Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Kolopaking, MS, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI; Jakarta.
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Sacharin, Rosa M, (1993), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Volume 2, EGC,
Jakarta.
Speer, Kathleen Morgan, (1999), Pediatric Care Planning, 3 rd, Springhouse Coorporation, Springhouse,
Pennsylvania.
Suriadi, Yuliani Rita, (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, CV. Sagung Setu, Jakarta.
Talbot, A. Laura, et al (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai