Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data badan kesehatan dunia (who), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia. di indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor
dua setelah ispa (infeksi saluran pernapasan akut). Sementara unicef (badan
perserikatan bangsa-bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30
detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di indonesia, setiap tahun
100.000 balita meninggal karena diare. Diare adalah sebuah penyakit dimana
penderita mengalami peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar
yang sering.
Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60 - 90% air, pada diare airnya bisa
mencapai lebih dari 90%. Diare merupakan bertambahnya atau banyaknya tinja yang
dikeluarkan akan tetapi hal itu sangat relatif tehadap kebiasaan yang ada pada
penderita dan berlangsung tidak lebih dari seminggu. Bila diare berlangsung aktif 1
sampai 2 minggu maka dikatakan sebagai diare yang berkepanjangan. Saat ini
penyakit diare sangat umum dan semua orang mudah terjangkit penyakit diare
dimana dengan keadaan sekarang ini hujan turun terus menerus, banjir atau musibah
lainnya yang menyebabkan mudahnya seseorang terkena diare terutama balita dan
anak - anak.
Dengan keadaan seperti ini yang sangat memprihatinkan sehingga kita harus
lebih waspada dan menjaga lingkungan di sekitar kita agar selalu bersih. Dengan
banjir dimana - mana maka kita harus lebih berhati - hati pada penyakit diare.
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai
upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan
melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut
belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih
menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin.

1
Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang
memeriksakan diri ke Puskemas didata hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun
berdasarkan survei yang dilakukan Depkes (Departemen Kesehatan) melalui survei
kesehatan rumah tangga, ternyata penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk
(Sinar Harapan, 2003).

Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang
air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan
sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang
berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga
populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai
penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua daerah,
baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di
kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit
klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik (Sunoto,
1987). Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan salah satu penyebab
penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka kematian akibat diare
(Surya Candra et al, 1990).

Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakat


mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan
pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya
(Wolinsky, 1988). Artinya, masyarakat lapisan bawah seringkali mendefinisikan
dirinya sakit tergantung pada persepsi dirinya akan penyakit tersebut. Mungkin,
mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan penyakit yang serius bila penyakit
tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.

Pemukiman kumuh merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya


diare. Padahal di perkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena
semakin mahal dan terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Kerapatan,
bangunannya sangat tinggi (walaupun bangunannya permanen), tidak teratur, kondisi

2
ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik merupakan ciri
pemukiman kumuh.

Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat


untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan
akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab
berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi
penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang
sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid,
ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) (Astuti
MSA, 2002). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya
hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap
serangan virus diare.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Adapun tujuan umum penulis menulis makalah ini adalah supaya mahasiswa /
i Akademi Keperawatan Sintang dapat mengerti dan mengetahui tentang diare
(gastroenteritis), selain itu juga mahasiswa/i mampu mengaplikasikan tindakan
keperawatan apabila di lapangan (rumah sakit atau unit kesehtan lainnya) dijumpai
pasien yang mengalami diare.
2. Tujuan khusus:
1. Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah
supaya mahasiswa/i Akademi keperawatan sintang dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diare.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui gejala-gejala dari penyakit
diare.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membahas penyakit secara
tinjauan teoritis serta dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, tujuan dan evaluasi keperawatan.

3
D. Metode dan Teknik Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan metode deskriptif
melalui penbelajaran literatur yang berhubungan dengan penyakit diare.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistematika penulisan
yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan berisi tentang, Latar belakang, Tujuan
penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan, BAB II Tinjauan
Teoritis berisi tentang, Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Konsep Dasar, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi klinik, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis, Pemeriksaan
Penunjang, Pencegahan Diare, BAB III Asuhan Keperawatan berisi tentang,
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana Keperawatan, Implementasi, Evaluasi
Keperwatan, BAB IV Penutup berisi tentang, Kesimpulan, dan Saran

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


1. Pengertian
Saluran pencernaan adalah saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari Mulut (oris) sampai Anus. (Syaiffudin, 1997).

2. Struktur Saluran Pencernaan


Terdiri Dari: Oris(mulut), Faring, Esofagus(kerongkongan), Ventrikulus
(lambung), Intestinum Minor terbagi menjadi: Duedenum,Yeyunum, Ileum,
Intestinum mayor (usus besar), Seikum , Kolon asendens, Kolon transversum, Kolon
sigmoid, Rektum, Anus

3. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan berfungsi menerima makanan dari mulut atau oris dan
kemudian diproses diusus halus yang berfungsi untuk menyerap sari makanan
kemudian ditransfer ke seluruh tubuh dan sisa metabolisme tersebut dikeluarkan
melalui proses eliminasi. Proses pencernaan dapat dibagi menjadi beberapa proses
diantaranya; Pergerakan makanan, Sekresi getah cerna, Pencernaan, dan Absorbsi
Sisa metabolisme diekresikan dalam bentuk tinja/feses , Co2 dikeluarkan oleh paru-
paru, Urine dikeluarkan oleh ginjal.

4. Lapisan Saluran Pencernaan


a. Tunika Mukosa
Mensekresikan mukus, melepaskan hormon kedalam darah, mensekresiakn
asam, enzim,air, dan ion kedalam lumen.
Fungsi :Melindungi saluran cerna dari gesekan makanan yang keras.

5
b. Tunika Submukosa
Jaringan ikat yang dilalui pembuluh darah dan pembuluh Limfe yang besar
c. Tunika Muskularis
Kontraksinya menimbulkan gaya mendorong dan memindahkan isi saluran
pencernaan
d. Tunika serosa
Lapisan Luar, lapisannya sangat tipis disebut juga peritonium(adventisia)

6
Gambar anatomi saluran pencernaan.
Sumber: Rushman, 1997.Google.com

7
B. Konsep Dasar
Diare (Gastroentritis ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996).
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wong’s,1995).
Diare adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995 ).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
disertai lendir dan darah (Umar Zein Khalid Huda Sagala Josia Ginting, 2004).
Diare didefinisikan sebagai peningkatan cairan yang abnormal pada feses dan
berat (volume) feses harian (Brunner dan Suddarth,2001).

C. Klasifikasi Diare
1) Diare osmotik : diare yang disebabkan bila bahan makanan tertentu tidak dapat
diserap dan tertinggal di usus dan menyebabkan peningkatan kandungan air dalam
tinja. Makanan tertentu yaitu buah dan kacang-kacangan, heksitol, sorbitol juga
manitol (pengganti gula dalam makanan dietetik, permen dan permen karet).
a. Kekurangan laktase juga bisa menyebabkan diare osmotik. Laktase
merupakan enzim yang ditemukan dalam usus halus, yang mengubah gula
susu menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat diserap dalam darah.

8
b. Jika seseorang kekurangan laktase minum susu atau makanan produk
olahan susu.maka laktosa tidak akan diubah tapi terkumpul di usus dan
menyebabkan diare.
c. Diare akan berhenti jika penderita berhenti memakan atau meminum
bahan tersebut.
2) Diare sekretorik : diare yang disebabkan jika usus kecil dan usus besar
mengeluarkan garam (terutama natrium klorida) dan air dalam tinja. Dan dapat
pula disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada kolera yang bisa lebih dari 1
liter/hari dan diare infeksius lainnya. Bahan lainnya yang juga dapat
menyebabkan pengeluaran air dan garam adalah minyak kastor dan asam empedu
lalu tumor tertentu misal karsinoid, gastrinoma dan vipoma.
3) Sindroma malabsorbsi: penderita tidak dapat mencerna makanan secara normal.
Malabsorbsi juga dapat disebabkan oleh beberapa keadaan seperti :
a. Sariawan non – tropical
b. Penyakit hati
c. Kekeringan enzim tertentu di usus halus
d. Insufiensi pankreas
e. Pengangkatan sebagian usus
4). Diare eksudatif : disebabkan karena lapisan usus besar mengalami
peradangan atau membentuk tukak, lalu melepaskan protein yang akan
meningkatkan kandungan serat dan cairan pada tinja. Dan dapat pula disebabkan
oleh penyakit seperti :
a. Kanker
b. Limfoma
c. teberkulosis
d. Jika mengenai lapisan rectum, penderita akan merasakan desakan untuk
buang air besar karena rectum mengalami peradangan lebih sensitif terhadap
peragangan oleh tinja.
5). Perubahan pasase usus : untuk mendapatkan konsistensi yang normal tinja harus
berada dalam usus besar dalam waktu tertentu karena tinja yang terlalu cepat

9
meninggalkan usus besar akan berbentuk cair dan bila terlama akan keras dan
kering.
6). Pertumbuhan bakteri berlebih : pertumbuhan bakteri alami usus dalam jumlah
yang sangat banyak atau tidak ditemukan dalam usus. Bakteri alami usus
memegang peranan penting dalam proses pencernaan karena itu bila gangguan
pada bakteri usus dapat menyebabkan diare.

C. Etiologi
1. Faktor infeksi,
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare) Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla,shigella,
campylo bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya Infeksi virus :
enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain Infeksi parasit :
cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia, tricomonas
hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti:
OMA (Otitis Media Alat), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma,
ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2
tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
- Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Molabsorbsi lemak
c. Molabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:

10
- KKP (Kurang Kalori Protein)
- Kesehatan pribadi dan lingkungan
- Sosioekonomi

E. Patofisiologi
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat
pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui
fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar
penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi
darah.

F. Manifestasi Klinis
1. Muntah.
2. Demam.
3. Nyeri Abdomen.
4. Membran mukosa mulut dan bibir kering.
5. Fontanel Cekung.
6. Kehilangan berat badan.
7. Tidak ada nafsu makan.
8. Lemah.

11
F. Komplikasi
1 Dehidrasi ( ringan, berat, sedang, hipotonik, isotonik/ hipertonik
2 Renjatan hipovolemik
3 Bakterimia
4 Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
5 Hipoglikemia
6 Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
7 Kejang, pada dehidrasi hipertonik

H. Penatalaksanaan Medis
1 Pemberian cairan.
A. Cairan per oral
pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroralberupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air
tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.

B. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.

2 Terapi Deatetik : terapi deatetik adalah pemberian makanan dan minuman khusus
kepada penderita dengan tujuan meringankan, menyembuhkan, serta menjaga
kesehatan penderita, adapun hal yang perlu diperhatikan : memberikan asi, dan
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,mineral
dan makanan yang bersih.

12
3 Pemberian obat-obatan.
Keterangan :Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum. Derajat dehidrasi disini maksudnya yaitu, berat
atau ringannya dehidrasi, bagaimana keadaan umum klien pada saat mengalami
dehidrasi, seperti pucat, membran mukosa mulut dan bibir kering, muntah-
muntah, lemah, kehilangan berat badan, atau bahkan sampai tidak sadarkan diri.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi teiah diidentifikasi)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk
mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

I. Pencegahan Diare
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: sebelum
makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak
dan sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat,
kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);

13
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan
jamban dengan tangki septik.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji apakah klien pernah menglami penyakit yang sama sebelumnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji kapan klien terkena Diare, dan faktor yang menyebabkannya.
3. Riwayat Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
4. Keadaan Lingkungan
Kaji keadaan lingkungan yang memungkinkan menyebabkan terjadinya Diare.

B. Diagnosa keperawatan
1.
2. Resiko terhadap kekurangan Volume cairan berhubungan
dengan pasase feces yang sering dan kurangnya asupan cairan.
3. Gangguan eliminasi bowel: Diare berhubungan dengan
pola makan yang salah, Perubahan proses pencernaan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.

C. Rencana keperawatan
1. Dx 1
 Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan.
 Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/jam juga dari gangguan
integritas.
 Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian cairan IV, Oral, dan
makanan yang lunak.
2. Dx 2

15
 Kaji konsistensi , warna, bau feces,
 Pergerakan usus.
 Cek berat badan setiap hari.
 Auskultasi bunyi usus.
 Awasi pemasukan dan pengeluaran dengan
 Perhatian khusus pada makan/ cairan.
 Hindari makanan yang berbentuk gas.
 Kolaborasi , konsul dengan ahli gizi untuk
 Memberikan diet seimbang dengan tinggi
 Serat.
3. Dx 3
 Anjurkan untuk hindari stres dan Istirahat cukup.
 Kolaborasi dengan dokter , berikan Obat sesuai indikasi.

D. Implementasi
Tujuan utamanya adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 x 24 jam
klien tidak lagi mengalami diare.
Adapun intervensi yang akan dilakukan adalah :
Dx. 1
 memonitor dan mengecek elektrolit, intake dan
output cairan
 mendorong masuknya cairan 25000-3000 ml/hari
 mengecek kulit bagian parietal dan jaga dari
gangguan Integritas.
 mencatat perubahan kulit.
 kolaborasi dengan dokter dalam penberian cairan
IV, oral, dan makanan lunak
Dx. 2
 mengkaji konsistensi, warna, bau feces, pergerakan
usus.

16
 mengecek berat badan setiap hari.
 mengauskultasi bunyi usus.
 mengawasi pemasuakan dan pengeluaran dengan
perhatian khususpada makanan dan cairan.
 menghindari makanan yang berbentuk gas.
 kolaborasi dengan ahli gizi, memberikan diet
seimbang dengan tinggi serat.

Dx 3
 menganjurkan hindari stress dan istirahat yang
cukup.
 kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
sesuai indikasi.
.
E. Evaluasi
1. Dx 1
Volume ciaran klien terpenuhi.
2. Dx 2
Tidak terjadinya gangguan eliminasi bowel
3. Dx 3
Klien dapat beraktivitas denngan normal

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga sering
kali akibat dari racun bacteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan
mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus
umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang
sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat
mengancam jiwa bila tanpa perawatan.

18
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis dapat menyampaikan saran kepada semua
pihak baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan
sintang agar selalu waspada terhadap penyakit ini dan melakukan penanganan lebih
lanjut apabila ditemukan klien yang menderita diare, selain itu juga dapat melakukan
pencegahan dini dengan pola hidup yang baik dan asupan kebutuhan nutrisi yang
cukup bagi tubuh sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi maupun
mahasiswa/i Akademi Keperawatan Sintang.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Ed 8. Jakarta :
EGC
Sylvia & Wilson. 2005. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol 1
Ed 6. Jakarta: EGC

19
Yayasan Spiritia. (2008). Medical Library. (Mencegah dehidrasi saat diare). http: //
www.aidsinfonet.org. Dikunjungi tanggal, 21 oktober 2008
Buediarso, Aswhita, Halimun dan Suharyonc,. (1999). Gastroenterologi-Anak
Praktis, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
Ngasiiyah (1997), Perawatan Ariak Sakit, EGC, Jakarta,
Price dan Wilson (1995), Patoftsiologl Konsep Klinis, Proses Penyakit, Buku I, Edisi 4,
EGC, Jakarta.
Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK.
Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Soetjiningsih (1988), TumbuH Kembang Anak, EGC, Jakarta,
Soeparman dan Waspadji (1990), llmu Penyakit Datam, Jilid I, Edisi ke 3, Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta.
Sariadi dan Yuliani, Rita (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Perpustakaan
Nasional Rl, Jakarta.
www.hc-sc.gc.ca-fnihb-ons-nursing-resources/pedriatic_guidelines
www.icondata.com/health/pedbase
www.nlm.nih.gov/medlineplus
http://www.emedicine.com/emerg/topic376.htm

20

Anda mungkin juga menyukai