Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG

DIARE PADA ANAK DI RS BUAH HATI CIPUTAT

LAPORAN PENYULUHAN KESEHTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Anak

NAMA KELOMPOK:

PRAKTIK KLINIK PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS ICHSAN SATYA
TANGERANG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal : 100-200 ml/jam tinja)
(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1998).
Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi. Hasil
survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, diare merupakan penyebab nomor
tiga kematian pada bayi, setelah gangguan perinatal dan penyakit sistem pernapasan
sedangkan pada balita, diare merupakan penyebab kematian nomor dua setelah
penyakit sistem pernapasan (Tin Afifah dkk,2003).
Terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan satu sama
lain, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, keadaan sosial ekonomi, dan
faktor perilaku masyarakat. Penatalaksanaan yang efektif dan rasional dapat
memperkecil angka kematian penderita diare dengan harapan tumbuh kembang yang
optimal.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan orang tua dapat memahami
dan mengaplikasikan kepada anak perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari terutama bagaimana cara mencuci tangan yang benar.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini orang tua dapat :
a. Menyebutkan pengertian diare
b. Menyebutkan faktor penyebab diare
c. Menyebutkan tanda dan gejala diare
d. Menyebutkan bagaimana pencegahan diare
e. Mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar
C. MANFAAT
Penyuluhan Kesehatan di Rumah Sakit Buah Hati Ciputat pada Ruang apabila
dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan akan sangat bermanfaat dalam
rangka merubah perilaku dari yang kurang baik kepada yang lebih baik. Satu hal lagi
orang tua adalah sebagai agent of change (agen perubahan) yang diharapkan dapat
memberikan motivasi terhadap anak serta anggota keluarga yang lainnya, cepat atau
lambat maka program kesehatan ini akan dapat dipahami oleh masyarakat luas.
Sebagaimana tujuan Penyuluha Kesehatan adalah “Knowledge, Attitude, Practice”
agar Tahu, Mau dan Mampu melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini jajaran/praktisi kesehatn dituntut untuk tidak bosan-bosannya melakukan
Penyuluhan Kesehatan kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua. (USAID, 2009).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lender. (Suraatmaja, 2007).
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)
atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut
dan kronis (Wong, 2009).
Diare merupakan masalah yang sangat sering terjadi pada anak-anak. Diare
adalah pola buang air besar yang sering dan tidak padat, yang berbeda dari pola
normal anak. Terkadang diare juga bisa mengandung darah atau lendir. (Eleana, &
Deborah 2013& Neil, 2011).

B. KLASIFIKASI
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi
empat kelompok yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari).
2. Disentri: yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi virus(Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella, Shigella,
Vibrio dll), parasit (protozoa: E. hystolitica, G. lamblia; cacing: Askaris, Trikurus;
Jamur: Kandida) melalui fekal oral : makanan, minuman,yang tercemar tinja atau
kontak langsung dengan tinja penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan.
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : AIDS.
5. Faktor lingkungan dan perilaku.
6. Psikologi : rasa takut dan cemas (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
D. FATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi
usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk
baik enterotoksin kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan
salmonella melakukan penetrasi mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan
ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare dapat menyusul keracunan makanan non
bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang mengarah pada
dehidrasi, akibat kehilangancairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan
elektrolit.Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis akibat
kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan yang cepat.
(Sacharin, R.M, 1996).
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan
mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran mikrovili.Organisme yang
menginvasi sel epitel dan lamina propria menimbulkan suatu reaksi radang local yang
hebat.Enterotoksin menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang
adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus halus.Sitotoksin memicu peradangan
dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang. Perlengketan mukosa
menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina propria. Bakteri
yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu mukosa usus. Bakteri
menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein
pada tepi bersilia dan menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit.
Cedera vili menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi
vili subtotal dan respon radang subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000).

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer : Tinja mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbulluka lecet karena
sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsiusus
selama diare.
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.Mula-mula anak cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang kemudian timbul diare.
3. Mual dan muntah:Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan
dapat disebabkan karenalambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
4. Kram abdominal, demam, menurun atau tidak ada pengeluaran urine : Diare akut
karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung
lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut.
5. Anoreksia,lemah,pucat, Perubahan tanda-tanda vital: nadi dan pernapasan cepat:
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba,
tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena
kekurangan cairan. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih
dalam (pernapasan Kussmaul).

G. KOMLIKASI
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus Paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang

H. PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan kepada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut :
1. Leukosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur
organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus
diperiksa.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi
enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat
(>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare
tanpa malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merah orange
per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat
terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses
selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari
lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi
pancreas.
5. Osmolalitas Feses: Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic
atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm
dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50
mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer
(asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi
bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika
feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti
tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan
diare sekretori.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses: Untuk menunjukkan adanya Giardia E
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang
dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan
suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.Skrining awal
CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas
absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium
luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa.
Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin
mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika
malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),
calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda
urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia: Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya MgSO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,
Mgcitrat Na2SO4 dan Na2PO4.

J. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat
kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta.Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.

K. PECEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran untuk
meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
 Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
 Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan bijibijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
 Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
 Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
 Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
 Ambil air dari sumber air yang bersih.
 Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
 Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
 Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
 Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
c. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
d. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare.Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
 Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
 Bersihkan jamban secara teratur.
 Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
e. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya.Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan
oleh keluarga:
 Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
 Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
 Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
 Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia.Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa
dsb.Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah
penularan penyakit tersebut.Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah Air limbah baik limbah pabrik atau limbah
rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi
menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang
endemis filaria.

BAB III

A. SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN


Pokok Bahasan : Diare

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,

pengobatan penyebab Diare.

2. 7 langkah cara mencuci tangan yang benar.

Waktu : 40 Menit

Sasaran : keluarga pasien di Ruang Keperawatan anak RS Buah Hati

Ciputat

Hari / Tanggal : Jumat, 08 September 2023

Tempat : Ruang Keperawatan Anak RS Buah Hati Ciputat

Pelaksana :

1. Abiyyu Faqih

2. Meidhina

3. Rahmawati

4. Ria Fauziah

5. Siti Indah Sari

Tujuan Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan keluarga pasien dapat menjelaskan
kembali tentang penyakit diare, dan dapat mengubah perilaku orang tua yang lebih bersih dan
sehat, serta dapat men 7 langkah cara mencuci tangan yang benar.

Tujuan Khusus :
a. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan
pengobatan dari penyakit Diare?
b. Menyebutkan dan mendemonstrasikan 7 langkah cara mencuci tangan
dengan benar?
Metode : Ceramah, demonstrasi, tanya jawab.

Media : Leaflet.

Materi :
A. Definisi Diare adalah buang air besar lebih dari 3x dalam sehari dan cair.
B. Faktor Penyebab
 Virus dan bakteri

 Makanan yang kurang bersih dan pedas

 Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB

 Tidak menggunakan air yang bersih

 Tidak menggunakan jamban yang sehat

 Keadaan yang stress dan cemas

 Membuang sampah disembarang tempat


C. Tanda dan Gejala
1) Sering BAB dan bentuknya cair
2) Sakit perut
3) Demam
4) Mual dan muntah
5) Nafsu makan menurun
6) Kulit dan bibir kering, mata cekung dan terlihat lemas dan pucat
7) Nadi dan pernapasan cepat
D. Pencegahan
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB
2) Biasakan BAB dijamban yang bersih
3) Hindari makanan yang pedas dan makanan yang kurang bersih
4) Minum air yang sudah direbus
5) Buanglah sampah pada tempatnya
E. 7 Langkah Mencuci Tangan yang Benar
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian sap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari sampai bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,
kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang
mengalir lalu dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
F. Pengobatan Diare di Rumah
Pengobatan sederhana diare di rumah bisa diberikan larutan gula garam (oralit). Manfaatnya
yaitu :
1. Untuk penanganan pertama terjadi diare di rumah.
2. Agar buang air besar (BAB) tidak cair lagi.

Kegiatan Belajar :
TAHAP KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN KLIEN WAKTU
KEGIATAN
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan 5 Menit

3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan


4. Memperhatikan
Penyajian 1. Penyampaian Materi 1. Mendengarkan 15 Menit
Materi a. Pengertian diare 2. Bertanya
b. Penyebab diare
c. Tanda dan gejala diare
d. Pencegahan diare
e. Cara mencuci tangan
yang benar
f. Pengobatan diare
dirumah
2. Memberi kesempatan untuk
audien untuk bertanya dan
mencoba melakukan
demonstrasi
Penutup 1. Menyimpulkan Materi 1. Mendengarkan 10 Menit
2. Memberikan pertanyaan 2. Menjawab
evaluasi Pertanyaan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam

Pertanyaan Evaluasi :

1. Apa yang dimaksud dengan diare?


2. Apa saja faktor penyebab dari diare?
3. Apa saja tanda dan gejala dari diare?
4. Bagaimana pencegahan diare?
5. Bagaimana 7 langkah mencuci tangan yang benar?

DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika.


2. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
3. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
4. The Ohio State University Medical Center. 2006. Diarrhea. Diakses pada
www.healthinfotranslations.com.
5. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005- 2006. Jakarta: Prima
Medika.
6. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku
Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai