Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN INSULIN PEN


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Ns. Sugiyono, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Melati Fadiyah Pramana (201940032)


2. Nenden Setia Asrifah (201940035)
3. Putri Yuniasih (201940045)
4. Rahmawati Devi (201940047)
5. Riswanda Salma Kusuma (201940053)
6. Wafiq Nurmalia (201940062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 5B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE

TAHUN PELAJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
"LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN INSULIN PEN ” tahun pelajaraan
2021 disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan dan bimbingan


dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Ns. Sugiyono, M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II.
2. Orang tua serta seluruh keluarga yang mendukung penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman kelas 5B yang penulis cintai.
4. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik yang disengaja ataupun tidak, bahkan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan “ LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN
INSULIN PEN" Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Tangerang Selatan, 4 November 2021

Penulis
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Injeksi Subcutan (Insulin)


Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah pada Diabetes Melitus. Insulin pen adalah insulin yang dikemas dalam
bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3cc insulin. Yang tujuannya untuk
mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes melitus.

Penyuntikan insulin adalah terapi pemberian insulin kepada klien atau


pasien yang mengalami kekurangan hormon insulin di dalam tubuhnya.
Terapi insulin umunya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subcutan).
Insulin merupakan terapi terakhir untuk penderita DM (Diabetes Melitus).
Terapi ini baru dilakukan bila pankreas tidak bisa lagi memproduksi insulin.
Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan
jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler).

B. Tempat Menyuntik Insulin


Suntikan dilakukan secara subcutan (SC) dibawah kulit atau bisa
disemua tempat di permukaan tubuh. Tempat penyuntikkan yang baik adalah
di kulit yang dibawahnya terdapat lapisan lemak serta jauh dari pembuluh
darah, saraf, otot dan tulang. Tempat penyuntikan bisa dilakukan di lengan,
perut/abdomen ataupun paha. Namun ada beberapa tempat tertentu yang
direkomendasikan untuk injeksi insulin. Kecepatan absorbsi dan puncak kerja
insulin berbeda-beda tergantung pada tempatnya.
Tempat penyuntikan yang memungkinkan absorbsi paling cepat
adalah abdomen, lengan atas, bagian anterior dan lateral paha atas dan
selanjutnya bokong (ADA, 2004 dalam Potter & Perry, 2010). Insulin tidak
boleh diinjeksikan ke dalam area yang akan digerakkan semisal pada area
paha sebelum jalan jauh dan apabila kompres hangat akan diberikan. Jika
penyuntikan dilakukan dengan bantuan orang lain maka lebih baik lakukan di
lengan.
Tetapi jika menyuntik sendiri maka lakukan penyuntikkan di perut
ataupun paha. Jarak suntikan satu dengan berikutnya jangan terlalu dekat, atur
sekitar 2 cm serta lakukan rotasi agar tidak terus menyuntik di tempat yang
sama. Mengubah daerah injeksi pada suatu bagian tubuh secara bergantian
akan membuat penyerapan obat lebih konsisten. Daerah injeksi sebelumnya
tidak boleh digunakan kembali setidaknya dalam 1 bulan setelahnya. Untuk
suntikan di perut , maka jauhilah pusar sekitar 5 cm serta hindari penyuntikan
pada kulit yang terdapat luka ataupun infeksi (Tandra, 2018).

C. Indikasi Injeksi Insulin


1) Diabetes Melitus Tipe 1
2) Diabetes mellitus tipe 2 pada pasien yang kurang efektif pada
penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes) atau kombinasi dengan OAD
(Oral Anti Diabetes)
3) Diabetes Melitus pada kehamilan
4) Alergi terhadap penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes)
5) Apabila kadar gula darah tak terkendali melalui pengobatan OHO,
dengan KGD puasa > 250 mg/dl, KGD acak menetap > 300 mg/dl, dan
HBA1C > 10%.
6) Ada riwayat operasi pengangkatan pankreas.
7) Apabila terjadi ketoasidosis dan keton keluar bersama urine (ketonuria)
8) Pasien DM dengan gejala nyata masih mencolok yaitu: poliurie (banyak
kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), dan
berat badan turun drastis.
9) Penyandang DM lebih dari 10 tahun dengan KGD fluktuatif.
10) Apabila diperlukan terapi kombinasi OHO – Insulin.
D. Jenis Insulin
Menurut Tandra (2018) jenis insulin dikelompokkan menjadi 6 berdasarkan
waktu kerja insulin antara lain :
1) Insulin Kerja Singkat (Short-Acting Insulin)
Jenis insulin ini kerjanya cepat dan berakhirnya juga cepat. Insulin
regular (reguler insulin) akan mulai bekerja setelah disuntikan 30 menit
sampai 1 jam, dan puncaknya pada 3-4 jam setelah disuntikan. Insulin
reguler adalah insulin kristal yang tidak dimodifikasi digolongkan
sebagai insulin kerja singkat yang bentuknya bening dan satu satunya
preparat insulin yang diberikan melalui rute IV. Karena tipe lainnya
berupa suspensi yang berbahaya jika diberikan melalui rute IV. Insulin
ini juga digunakan untuk mengobati DKA, untuk memulai terapi pada
penderita DM tipe 1 yang baru didiagnosis, dan dicampur dengan insulin
kerja sedang untuk memberikan kontrol glukosa yang lebih baik. Efek
insulin ini akan berakhir setelah 6-10 jam. Contoh insulin kerja singkat
adalah Actrapid dan Humulin R.
2) Insulin Kerja Cepat (Quick-Acting Insulin)
Jenis insulin ini kerjanya sangat cepat (quick acting) dan lebih cepat
daripada insulin reguler karena penyerapannya lebih cepat. Insulin jenis
ini akan bekerja dalam 15 menit setelah disuntikan sehingga akan
menunjukkan efek penurunan kadar gula darah. Efek insulin ini akan
mencapai puncaknya dengan lebih cepat yaitu 1 jam setelah disuntikan.
Efek insulin ini akan berangsur hilang dalam waktu 3-5 jam. Jika insulin
ini disuntikan jauh sebelum makan atau 20-30 menit sebelum makan
maka akan menimbulkan efek samping seperti hipoglikemia. Insulin ini
sebaiknya disuntikkan tepat pada saat makan. Contoh insulin jenis ini
antara lain Glulisine (Apidra), Aspart (Novorapid) dan Lispro
(Humalog).
3) Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
Jenis insulin ini kerjanya lebih lambat dan lebih panjang. Insulin NPH
atau Lente bekerja setelah 2 jam disuntikkan. Efek puncak dari insulin ini
setelah 8-12 jam berakhir setelah 24 jam.
4) Mixed Insulin
Insulin campuran (mixed atau premixed insulin) merupakan campuran
antara dua macam insulin yang bekerja singkat (short-acting) dan insulin
yang bekerja sedang (intermediate-acting) . Insulin jenis ini ada yang
70/30, 50/50 dan yang lainnya. Efek puncak dari insulin ini tercapai
dalam dua fase yaitu 3 jam dan 8-12 jam setelah disuntik dan berakhir
setelah 24 jam. Cara kerja insulin ini mirip dengan intermediated-acting
insulin tetapi pada insulin campuran mulai kerjanya (onset) lebih cepat.
Contoh insulin campuran yang sintetis/analogues adalah Humalog Mix
75/25 dan Humalog Mix 50/50.
5) Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
Jenis insulin ini membutuhkan beberapa jam sebelum bekerja. Efek
puncak insulin ini lebih lama daripada jenis insulin sebelumnya. Contoh
insulin jenis ini yaitu Ultralente yang mulai menunjukkan efek obat
setelah 7 jam disuntikkan. Efek puncak dari insulin ini timbul lebih dari
22 jam dan pengaruhnyaakan berlangsung lebih dari 24 jam.
6) Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long-Acting Insulin)
Contoh insulin jenis ini yaitu Glargine (Lantus) atau Detemir (Levemir).
Insulin detemir adalah insulin bening dan tidak boleh dicampur dengan
insulin lain dan tidak dapat digunakan dalam pompa insulin. Insulin
glargine (Lantus) adalah analog insulin DNA manusia kerja panjang 24
jam yang diberikan secara subkutan satu atau dua kali sehari pada waktu
sebelum tidur untuk mengobati penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2.
Insulin ini tidak direkomendasikan untuk digunakan pada kehamilan dan
penggunaannya tidak boleh dicampur dengan insulin lain karena pH nya
tidak cocok. Jenis insulin ini mulai bekerja dalam 1-2 jam. Efek puncak
jenis insulin ini hampir tidak ada atau merata selama 24 jam dan efeknya
akan berakhir sampai lebih dari 24 jam (ultra-long atau very-long acting).
Keuntungan insulin jenis ini antara lain obat ini dipakai hanya sekali
dalam 24 jam karena hampir tidak ada efek puncak dari insulin ini,
kemungkinan hipoglikemia pada malam hari bisa dikurangi, kontrol gula
menjadi lebih baik, baik untuk penderita DM yang jam makannya tidak
teratur dan dapat mengontrol berat badan.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu:
a) Gula darah < 60 mg % = 0 unit
b) Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
c) Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
d) Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
e) Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
f) Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
E. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
1) Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 –
8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
2) Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam
lemari pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat
dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4
minggu/1 bulan.
3) Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar
matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4) Tutup insulin pen harus senantiasa terpasang bila sedang tidak digunakan
agar terlindung dari cahaya
5) Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna
jernih lagi.
6) Kontraindikasi : klien yang mengalami hipoglikemia dan
hipersensitivitas terhadap human insulin.
F. Efek Samping
1) Hipoglikemik (Penurunan kadar gula dalam darah)
Terapi insulin pen intensif untuk mencapai sasaran kendali gula darah
yang normal atau mendekati normal cenderung meningkatkan risiko
hipoglikemik. Adapun tanda-tanda terjadinya hipoglikemik yaitu badan
terasa lemas, pusing dan kepala terasa ringan, pandangan berkunang-
kunang, kadang kadang pandangan menjadi gelap (pitam), mengantuk
bukan pada jam tidur, keluar keringat dingin, berkeringat berlebihan,
merasa lapar, gemetar, serta penderita tampak gugup dan bingung.
Apabila terjadi efek samping tersebut dan mengganggu aktivitas maka
segera konsultasikan dengan dokter
2) Reaksi lokal terhadap suntikan insulin
Reaksi lokal terhadap suntikan insulin mengakibatkan terjadinya memar
atau luka pada lokasi penyuntikan. Hal itu dapat muncul pada pasien
yang menjalani beberapa kali penyuntikan dalam sehari dan tidak
melakukan perpindahan lokasi tempat penyuntikan. Apabila terjadi efek
samping tersebut dan mengganggu aktivitas maka segera konsultasikan
dengan dokter.
3) Edema insulin
Edema (bengkak) dapat muncul karena adanya penimbunan cairan di
dalam jaringan pada anggota tubuh. Edema (bengkak) dapat menghilang
secara spontan dalam beberapa hari. Apabila edema (bengkak)
mengganggu aktivitas, maka segera konsultasikan ke dokter.
G. Cara Pemberian Insulin Pen
Menurut Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta (2015) langkah-
langkah menyuntik insulin dengan insulin pen yang aman dan tepat yaitu :
1) Persiapkan insulin pen. Insulin pen dikemas dalam berbagai bentuk
antara lain dalam bentuk 100 U/ml dan 500 U/ml. U-100 adalah
konsentrasi standar insulin yang digunakan, sedangkan U-500 biasanya
hanya digunakan pada kasus resistensi insulin yang langka atau pada
penderita DM yang membutuhkan dosis sangat besar.
2) Lepaskan penutup insulin pen.
3) Buka kertas pembungkus dan tutup jarum.
a. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.
b. Putar jarum insulin ke insulin pen.
c. Lepaskan penutup jarum luar.
d. Buang penutup jarum ke tempat sampah.
4) Penggunaan pertama insulin pen, maka pastikan pen sudah siap
digunakan.
a. Pertama hilangkan udara di dalam pen melalui jarum, untuk
mengatur ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosis insulin.
Putar tombol pemilih dosis pada 1 atau 2 unit.
b. Tahan pen dengan jarum mengarah ke atas . Tekan tombol dosis
sambil mengamati keluarnya insulin. Ulangi sampai insulin terlihat
di ujung jarum. Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin
terlihat di dalam pen.
5) Aktifkan tombol dosis insulin (bisa di putar dan diatur sesuai
keinginan/dosis).
6) Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntik.
7) Pastikan posisi nyaman saat menyuntik insulin pen, hindari menyuntik
disekitar pusar, suntikan bisa dilakukan di bagian perut, lengan atas dan
paha. Hindari menyuntik di lokasi yang sama terus menerus dan
rotasikan posisi.
8) Suntikan insulin
a. Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari pada tombol dosis.
b. Cubit bagian kulit yang akan di suntik.
c. Segera suntikan jarum pada sudut 90 dan 45 untuk orang yang
sangat kurus agar injeksi tidak masuk ke otot.
d. Lepaskn cubitan.
e. Gunakan ibu jari untuk menekan kebawah tombol dosis dampai
berhenti/kembali pada angka nol. Biarkan jarum di tempat 10 detik
untuk mencegah insulin keluar dari tempat injeksi.
9) Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya
a. Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari
pen.
b. Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman.
c. Buang ke tempat sampah.
Menurut ADA (2004) dalam Tandra (2018) rasa nyeri atau sakit akibat
injeksi/suntikkan insulin ini dapat dikurangi dengan cara :
1) Simpan insulin pada suhu kamar.
2) Pastikan tidak ada gelembung udara di dalam spuit.
3) Sebelum melakukan injeksi, tunggu alkohol di kulit kering dengan
sempurna.
4) Lemaskan atau kendorkan/jangan kaku otot di area injeksi.
5) Tusuk kulit dengan jarum secara cepat dan jangan ragu.
6) Jangan mengganti arah jarum selama penusukan atau penarikkan.
7) Jangan menggunakan kembali jarum yang sudah tumpul.
H. Konseling Pengobatan
1. Tidak mengendarai, bekerja dengan mesin atau melakukan aktivitas berat
setelah menggunakan insulin pen. Apabila terjadi hipoglikemik setelah
melakukan aktivitas tersebut, maka istirahat perlu waktu untuk
pengembalian ke keadaan normal sekitar 15 menit atau lebih baik
dipastikan dengan mengukur kadar gula darah.
2. Penderita diabetes mellitus yang menggunakan pengobatan insulin pen
lebih baik mempersiapkan gula-gula seperti permen atau makanan
minuman manis, agar dapat menjadi tindakan awal ketika terjadi
penurunan gula secara mendadak akibat penggunaan insulin.
3. Sebaiknya penggunaan jarum insulin pen hanya sekali pakai / dapat
digunakan 2-3 kali atau ganti jarum apabila jarum mulai tumpul yang
ditandai sakit ketika disuntikkan.
4. Pola makan yang sehat dan seimbang, misal : menghindari konsumsi
makanan yang mengandung pemanis buatan dan pasien dianjurkan
makan dalam porsi kecil dan pada waktu tetap dan teratur.
5. Konsumsi makanan yang berserat misal : buah segar dan sayur-sayuran.
6. Olahraga teratur 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit
sesuai dengan kemampuan, misal : olahraga ringan seperti jalan kaki
selama 30 menit.
7. Menghindari kebiasaan buruk kurang gerak.
8. Patuh terhadap pengobatan.

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Insulin Pen


Peralatan :
1. Insulin pen (Actrapid Novolet).
2. Kapas + alkohol / alcohol swab.
3. Handscoen bersih.
4. Daftar / formulir obat klien.
Tahap Pra Interaksi
1. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi
insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara
pemberian, dan pendokumentasian).
2. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan
masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
3. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
4. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human
insulin.
5. Mengkaji riwayat medik dan riwayat alergi.
6. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau
penurunan jumlah jaringan.
7. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
8. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah
dimakan klien.
Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada pasien
2. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian
injeksi insulin.
3. Menutup sampiran (kalau perlu).
Tahap Interaksi
1. Mencuci tangan bertujuan untuk mengurangi penularan mikroorganisme
2. Memakai handscoen bersih.
Rasional : injeksi dapat menyebabkan sedikit rembesan darah pada tempat
injeksi. Sarung tangan mengurangi risiko terpajan.
3. Penyuntikan insulin
a. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional : agar sesuai dengan dosis yang telah diorderkan
b. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
Rasional : mencegah penularan penyakit dan infeksi.
c. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan
indikator dosis.
d. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen
(bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indikator dosis
sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik”
yang dirasakan perawat saat memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit
insulin telah tersedia).
e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
Rasional : tempat injeksi harus bebas dari anomali yang dapat
memengaruhi absorpsi obat.
f. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
Rasional : mencegah terjadinya lipohipertrofi atau penebalan jaringan.
g. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
Rasional : membebaskan area yang akan di injeksi dari mikroorganisme
h. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
Rasional : Jarum mempenetrasi kulit yang tegang dengan lebih mudah
daripada kulit kendur. Mencubit kulit mengangkat jaringan subkutan dan
mengurangi kepekaan tempat injeksi.
i. Menyuntikkan insulin secara subcutan pada sudut 45-90 derajat dengan
tangan yang dominan secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan
bagian atas insulin pen sampai terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan tinggi
insulin pen sudah kembali seperti semula (tanda obat telah diberikan
sesuai dosis).
j. Tahan jarum insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien sebelum
dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
k. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan laju absorpsi insulin.
Tahap Terminasi
1. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
2. Membereskan alat
3. Cuci tangan
Tahap Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit
setelah injeksi insulin dilakukan.
2. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
3. Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.
Tahap Dokumentasi
1. Mencatat respon klien setelah pemberian injeksi insulin.
2. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.
3. Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin.
DAFTAR PUSTAKA

Diabetes basics, American Diabetes Association, website.www.diabetes.org.


(Diakses 05 November 2021).

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba


Medika, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Tahun 2030
Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang.
Jakarta.

Maulana, M. 2012, Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani


Penyakit Kencing Manis, Kata Hati, Jogjakarta.

Misnadiarly, 2006, Diabetes Melitus Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali gejala,


Menanggulangi, dan Mencegah komplikasi, Pustaka Obor Populer,
Jakarta

Muttaqin, Arif., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Salemba Medika, Jakarta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2007, Konsensus pengelolaan dan


pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia, PB PERKENI, Jakarta

Potter, P.A dan Perry, A.G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. edisi 4v olume 2. EGC, Jakarta.

Thahir, M.R., 2008, Pompa Insulin, Alat Mutakhir untuk Penderita Diabetes
Mellitus, Demedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai