DIABETIKUM
7. Pemeriksaan penunjang
1) Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2) Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3) Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula,
dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua
jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4) Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah
jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
5) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
6) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
7) Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula
langerhans ( islet cellantibody)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ulkus diabetikum mencakup beberapa aspek yaitu
kendali metabolik, kendali vaskular, kendali luka, kendali tekanan, kendali
infeksi, dan edukasi mengenai perawatan kaki mandiri. Langkah awal
penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah mengklasifikasikan luka tersebut.
Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi Wagner, yang dapat
membantu menentukan intensitas dan durasi terapi.
Lesi Grade 0 : Pasien di kategori ini memerlukan konseling atau edukasi
mengenai perawatan kaki yang baik, terutama pada pasien dengan
neuropati.
Lesi Grade 1 dan 2 : Luka di kategori ini memerlukan tatalaksana
debridemen yang ekstensif, perawatan luka yang baik, mengurangi
tekan/beban di ulkus, dan kontrol infeksi.
Lesi Grade 3 : Terapi untuk lesi grade 3 mencakup debridemen, kontrol
infeksi, perawatan luka, dan mengurangi tekanan/beban ulkus. Pasien di
kategori ini berrrisiko untuk amputasi dan memerlukan tatalaksana holistik
dan koordinasi antara pekerja kesehatan.
Lesi Grade 4 dan 5 : Luka grade 4 dan 5 mengalami lesi yang rumit,
seringkali memerlukan perawatan inap di rumah sakit, konsultasi operasi
dan terkadang amputasi.
9. Komplikasi dan Prognosis
Osteomyelitis
Pada penderita ulkus diabetik, 50 % akan mengalami infeksi akibat
adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan
bakteri yang subur.
Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika :
1) Kuman aerobik : Staphylokokus atau Streptokokus
2) Kuman anaerob : Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan
Clostridium septikum.
Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki Diabetik memberikan komplikasi
osteomielitis. Osteomielitis yang tidak terdeteksi akan mempersulit
penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu setiap terjadi ulkus perlu dipikirkan
kemungkinan adanya osteomielitis.
Diagnosis osteomielitis tidak mudah ditegakkan. Secara klinis bila ulkus
sudah berlangsung >2 minggu, ulkus luas dan dalam serta lokasi ulkus
pada tulang yang menonjol harus dicurigai adanya osteomielitis.
Spesifisitas dan sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang hanya 66% dan
60%, terlebih bila pemeriksaan dilakukan sebelum 10–21 hari gambaran
kelainan tulang belum jelas. Seandainya terjadi gangguan tulang hal ini
masih sering sulit dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati
neuropati.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Tahap Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi program terapi
- Mencuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menempatkan alat ke dekat pasien
b. Tahap orientasi