Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN OBAT INJEKSI INSULIN

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Ns. Sugiyono, M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 4 :

Melati Fadiyah Pramana

Nenden Setia Asrifah

Putri Yuniasih

Rahmawati Devi

Riswanda Salma Kusuma

Wafiq Nurmalia

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 4B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmatnya sehingga dapat
menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul "LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN OBAT INJEKSI
INSULIN ” tahun pelajaraan 2021/2022 disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak,oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ns. Sugiyono, M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah ll
2. Orang tua serta seluruh keluarga yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman kelas 5B yang penulis cintai
4. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan baik yang disengaja ataupun tidak, bahkan masih jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan “ LAPORAN
PENDAHULUAN PEMBERIAN OBAT INJEKSI INSULIN " Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Tangerang Selatan, 17 September 2021

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan satu penyakit degeneratif, penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup (PERKENI, 2011). Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO),
Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah India, Cina, dan
Amerika (Maulana, 2012). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012), jumlah penderita diabetes melitus
di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang.
Menurut PERKENI (2006) untuk menunjang peningkatan kualitas hidup penyandang DM diperlukan 4
pilar yang sangat penting dalam pengelolaan DM meliputi edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
intervensi farmakologis. Secara umum, pengelolaan diabetes dimulai dengan perencanaan makan dan
latihan jasmani yang dipertahankan sampai 4-8 minggu. Apabila setelah itu kadar glukosa darah masih
belum terkendali baik perlu ditambahkan obat hipoglikemikoral (OHO) atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi.
Salah satu cara mengendalikan kadar gula darah 2 jam setelah makan pada penderita diabetes melitus
adalah dengan memberikan injeksi insulin yang benar: benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar
lokasi, (Thahir, 2008). Kesalahan dalam penyuntikan insulin oleh petugas medis ataupun oleh penderita
itu sendiri seringkali dijumpai, studi mencatat kesalahan tersebut sebanyak 12-34% (Hendrata, 2010).
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu :
a. Mahasiswa mengetahui pengertian injeksi insulin
b. Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan injeksi insulin
c. Mahasiswa mengetahui lokasi injeksi insulin
d. Mahasiswa mengetahui jenis insulin
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi dilakukan injeksi insulin

f. Mahasiswa megetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam injeksi insulin

g. Mahasiswa mengetahui prosedur injeksi insulin.

3. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Injeksi Subcutan (Insulin)

Penyuntikan insulin adalah terapi pemberian insulin kepada klien atau pasien yang mengalami
kekurangan hormon insulin di dalam tubuhnya. Tetapi insulin umunya diberikan dengan suntikan
dibawah kulit (subcutan). Insulin merupakan terapi terakhir untuk penderita DM (Diabetes Melitus).
Terapi ini baru dilakukan bila pankreas tidak bisa lagi memproduksi insulin. Pemberian insulin terdapat
dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat
(insulin reguler).
Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorpsi obat (Hidayat, 2008). Injeksi subcutan adalah injeksi yang dilakukan dengan menempatkan obat
ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah
yang mengaliri otot, absorpsi dijaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM.
Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal (Potter & Perry, 2005). Pemberian
obat melalui subkutan umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.

2. Lokasi dilakukan Injeksi Insulin


Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas,
abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat dengan
mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara mandiri (Potter &
Perry, 2005). Pada daerah tersebut dengan mudah kita mengambil/memegang lipatan kulit dan
memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak dan jaringan pengikatnya yang ada di bawah kulit.
Tergantung juga pada panjangnya jarum, kita masukkan ke dalam dengan sudut 90 derajat (pada jarum
yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45 derajat (pada jarum yang lebih panjang). Tempat yang
lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal (Potter &
Perry, 2005).

Bagian perut (abdomen) menyerap insulin paling cepat dimana lokasi tersebut paling sering digunakan
kebanyakan orang (SDA, 2008). Walaupun penting pada setiap pemberian injeksi di area berbeda dalam
satu lokasi (misalnya perut), itu tidak baik merubah tempat tanpa didiskusikan terlebih dahulu dengan
dokter atau pembimbing Diabetes Mellitus.
3. Indikasi injeksi insulin

Indikasi pemberian insulin menurut (Perkeni, 2007)


a. Apabila kadar gula darah tak terkendali melalui pengobatan OHO, dengan KGD puasa > 250 mg/dl,
KGD acak menetap > 300 mg/dl, dan HBA1C > 10%.
b. Ada riwayat operasi pengangkatan pankreas.
c. Apabila terjadi ketoasidosis dan keton keluar bersama urine (ketonuria)

d. Pasien DM dengan gejala nyata masih mencolok yaitu: poliurie (banyak kencing), polidipsi (banyak
minum), poliphagi (banyak makan), dan berat badan turun drastis.
e. Penyandang DM lebih dari 10 tahun dengan KGD fluktuatif.
f. Apabila diperlukan terapi kombinasi OHO – Insulin.
Indikasi pemberian insulin menurut Misnadiarly (2006) yaitu
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak
ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.

c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.

e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori,
untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen
untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau
ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

i. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral

4. Jenis insulin

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam (Misnadiarly, 2006) yaitu

a. Insulin kerja singkat

Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin
CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente.
Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya
dapat bertahan samapai 8 jam. Contoh Novomix

b. Insulin kerja menengah

Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini awal
kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai
dengan 24 jam.
c. Insulin kerja panjang

Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan
sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin
( PZI ), Ultratard

d. Insulin infasik (campuran)

Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40

Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu:


a. Gula darah < 60 mg % = 0 unit
b. Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
c. Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
d. Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
e. Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit

f. Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam injeksi insulin


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membrikan injeksi subkutan (Potter dan Perry, 2005) yaitu :

a. Tempat yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau
saraf besar di bawahnya.
b. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi
(penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan).
c. Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam sampai tujuh minggu.

d. Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml).
Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat
dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri
di bawah kulit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam injeksi insulin:

a. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.


b. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).
c. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
d. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15 menit sebelum makan.
Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30
menit.
e. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium (kadar gula darah).
f. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.

Khusus Untuk Insulin Pen :


a. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam

suhu 2 – 8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).


b. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin. Insulin Pen
dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama
4 minggu.

c. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari langsung, dan tidak
boleh dibekukan.
d. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi. (Muttaqin, 2008)

6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari pemberian injeksi insulin menurut Misnadiarly (2006) yaitu

a. Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin.

b. Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini
diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di
negara yang memakai insulintidak begitu murni.
c. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin.
Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi
disuntikkan di tempat tersebut.
d. Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan
sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi
dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.

e. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik
yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan.
Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan
pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.
7. Prosedur pemberian injeksi subkutan

Peralatan :

a. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).


b. Vial insulin.

c. Kapas + alkohol / alcohol swab.


d. Handscoen bersih.
e. Daftar / formulir obat klien.
Tahap Pra Interaksi
a. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian

terapi injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan
pendokumentasian).

b. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan masa efek puncak insulin,
serta efek samping yang mungkin timbul.
c. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.

d. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human insulin.
e. Mengkaji riwayat medik dan riwayat alergi.

f. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan jumlah
jaringan.

g. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi insulin.

h. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah dimakan klien.

Tahap Orientasi

a. Memberi salam pada pasien


b. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian injeksi insulin.
c. Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi
a. Mencuci tangan bertujuan untuk mengurangi penularan mikroorganisme

b. Memakai handscoen bersih.


Rasional : injeksi dapat menyebabkan sedikit rembesan darah pada tempat injeksi. Sarung tangan
mengurangi risiko terpajan.
c. Penyuntikan insulin

Pemakaian spuit insulin :

a. Megambil vial insulin sebanyak dosis yang diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat
klien/instruksi medik).

b. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, atau
edema.
Rasional : tempat injeksi harus bebas dari anomali yang dapat memengaruhi absorpsi obat.
c. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.c. Kapas +
alkohol / alcohol swab.

Rasional : mencegah terjadinya lipohipertrofi atau penebalan jaringan.


d. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.

Rasional : membebaskan area yang akan di injeksi dari mikroorganisme


e. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien yang
gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
Rasional : Jarum mempenetrasi kulit yang tegang dengan lebih mudah daripada kulit kendur. Mencubit
kulit mengangkat jaringan subkutan dan mengurangi kepekaan tempat injeksi.
f. Menyuntikkan insulin secara subcutan pada sudut 45-90 derajat dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan.
g. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilakukan penekanan pada area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan laju absorpsi insulin.
h. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan
Rasional : CDC dan OSHA memandatkan jarum tidak ditutup kembali untuk mencegah petugas tertusuk
jarum dan penularan penyakit.
Pemakaian Insulin Pen
a. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : agar sesuai dengan dosis yang telah diorderkan
b. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.

Rasional : mencegah penularan penyakit dan infeksi.


c. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator dosis.
d. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai dosis yang
telah ditentukan sehingga indikator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan
kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat saat
memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, atau
edema.
Rasional : tempat injeksi harus bebas dari anomali yang dapat memengaruhi absorpsi obat.Rasional :
mencegah terjadinya lipohipertrofi atau penebalan jaringan.
d. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.
Rasional : membebaskan area yang akan di injeksi dari mikroorganisme
e. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien yang
gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
Rasional : Jarum mempenetrasi kulit yang tegang dengan lebih mudah daripada kulit kendur. Mencubit
kulit mengangkat jaringan subkutan dan mengurangi kepekaan tempat injeksi.
f. Menyuntikkan insulin secara subcutan pada sudut 45-90 derajat dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan.
g. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan penekanan pada area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan laju absorpsi insulin.
h. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan

Rasional : CDC dan OSHA memandatkan jarum tidak ditutup kembali untuk mencegah petugas tertusuk
jarum dan penularan penyakit.

Tahap Terminasi

a. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan

b. Membereskan alat
c. Cuci tangan

Tahap Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit setelah injeksi insulin
dilakukan.
b. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
c. Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan atau hematoma.

Tahap Dokumentasi

a. Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.

b. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.


c. Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin (Muttaqin, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
Mencapai 21,3 Juta Orang. Jakarta.
Maulana, M. 2012, Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis,
Kata Hati, Jogjakarta.
Misnadiarly, 2006, Diabetes Melitus Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali gejala, Menanggulangi, dan
Mencegah komplikasi, Pustaka Obor Populer, Jakarta
Muttaqin, Arif., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Endokrin. Salemba
Medika, Jakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2007, Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia, PB PERKENI, Jakarta
Potter, P.A dan Perry, A.G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik.
edisi 4v olume 2. EGC, Jakarta.
Thahir, M.R., 2008, Pompa Insulin, Alat Mutakhir untuk Penderita Diabetes Mellitus, Demedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai