Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.R DENGAN GASTROENETERITIS AKUT (DIARE AKUT)


DI RUANG LUKMAN NULHAKIM KAMAR 603 A RSUD AL IHSAN
KOTA BANDUNG

Oleh :
LAILASARI SABILA
NIM. 402022132

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian GEA (gastroenteritis Akut)


Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm. Gastroenteritis akut
adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan konsisteni lembek
atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih ) dalam satu hari (DEPKES, 2016).
B. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu infeksi yang
disebabkab bakteri, virus, atau parasite, adanya gangguan penyerapan makanan dan
malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkadung dalam
makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab
lain (Suraatmaja, (2007) dalam (Hartati & Nurazila, 2018)
C. Klasifikasi
1. Diare akut (gastroenteritis akut)
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan
kurang dari tujuh hari) dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering
tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Diare akut (berlangsung kurang
dari tiga minggu), penyebabnya infeksi dan bukti penyebabnya harus dicari
(perjalanan ke luar negeri, memakan makanan mentah, diare serentak dalam
anggota keluarga dan kontak dekat). Diare akut lebih sering terjadi pada bayi
daripada anak yang lebih besar. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak
di negara berkembang adalah rotavirus, Escherhia coli enterototoksigenik, Shigella,
Campylobacter jejuni dan Crytosporidium. Penyakit diare akut dapat ditularkan
dengan cara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peluang
untuk mengalami diare akut antara laki-laki dan perempuan hampir sama. Diare
cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga
mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.
2. Disentri
Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus karena
bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu Shigella, penyebab lain adalah
Campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang ditemui adalah E. Coli
enteroinvasife atau Salmonell. Pada orang deawasa muda, disentri yang serius
disebabkan oleh Entamoeba hislytica, tetapi jarang menjadi penyebab disentri pada
anak-anak.
3. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung
lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Diare
jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan volume feses
dalam jumlah yang banyak sehingga berisiko mengalami dehidrasi. Diare persisten
tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E. Coli enteoaggregatife,
Shigella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare
persisten tidak boleh dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau
diare yang hilang timbul, atau berlansung lama dengan penyebab noninfeksi seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu
( misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Selain itu diare
juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare ( Titik Lestari,2016).
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan absorbsi air
yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari
gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus,
serta absorbsi air menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbnagan asam basa dan gangguan sirkulasi yaitu
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis).hal ini terjadi
karena kehilangan Na bikarbonat bersama feses.
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi.
Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan renjatan syok hipovolemik.
Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat
disparitas (ketidakseimbangan) antara volume darah dan ruang vaskular. Faktor
yang menyebabkan terjadinya disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume
darah berkurang akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
BAB. Feses makin cair mungkin mengandung darah atau lendir, dan warna feses
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya
defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama
makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah terjadi. Apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun,
ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan
selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu
tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila
terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan
berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%)
(Noerrasid, 2016).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Anwar (2020) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.) Pemeriksaan Tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
c) Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
b.) Pemeriksaan Darah
a) pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asam dan basa
b) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
c.) Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation)
Untuk mengetahui jasad atau parasite secara kuantitatif dan kualitatif terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi oral
Gastroenteritis cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti kekurangan cairan
yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). (Departemen Kesehatan
RI,2011).
2. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh, zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide synthase), dimana eksresi enzim
ini meningkat selama gastroenteritis dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian gastroenteritis (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian zinc selama gastroenteritis terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan gastroenteritis, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian gastroenteritis pada 3
bulan berikutnya, berdasarkan bukti ini semua anak gastroenteritis harus diberi zinc
segera saat anak mengalami gastroenteritis, dosis pemberian zinc pada balita :
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti, cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak gastroenteritis (Kemenkes RI,2011).
3. Pemberian dietetic dan meneruskan ASI
Makanan harus di teruskan bahkan ditingkatkan selama gastroenteritis untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi, agar pemberian diet pada anak dengan
gastroenteritis akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang
mempengaruhi gizi anak, maka di perlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni
pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama,
makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang, makanan diberikan
bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil
dengan frekuensi sering (Ngastiyah,2014)
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, beri
makanan yang mengandung protein yang akan membantu dalam menyerap air
dalam tubuh anak, makanan yang mengandung protein seperti apel, kentang,
pisang, dan wortel. Ibu dapat mengolahnya menjadi sayur dengan tambahan bahan-
bahan yang lain yang disukai anak untuk membantu meningkatkan nafsu makan
(Ngastiyah,2014).
4. Medikmentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya
untuk kebanyakan kasus, termasuk gastroenteritis berat dengan panas
(Ngastiyah,2014), kecuali pada :
a. Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis.
b. Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
c. Gastroenteritis persisten.
d. Obat-obatan anti gastroenteritis meliputi antimotilitas (missal loperamid,
difenoksilat, opium), adsorben (missal norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah
termasuk prometazin dan klorpromazin, tidak satu pun obat-obatan ini terbukti
mempunyai efek yang nyata untuk gastroenteritis akut dan beberapa mempunyai
efek yang membahayakan, obat-obatan ini tidak boleh diberikan pada anak < 5
tahun.
5. Nasehat kepada orang tua/pengasuh
Menurut (kemenkes RI,2011) ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat dirumah.
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Gastroenteritis
labih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam,
tinja berdarah.
H. Komplikasi
Menurut (Ida 2018) Bila tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi
seperti dehidrasi, kejang, malnutrisi, dan hipoglikemi.
Menurut (Titik Lestari,2016) komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun
kronis, yaitu:
1. Dehidrasi (ringan,sedang,berat,hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elekto kardiagram)
4. Hipoglikemia
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan villi mukosa, usus halus
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energy, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
LAPORAN KASUS AN. A DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI
RUANG LUKMANUL HAKIM KAMAR 603 A

A. PENGKAJIAN
1. DATA UMUM
Nomor RM : 840804 Sumber Informasi

Nama :An. A Nama : Tn. R

Tanggal lahir : 25 jan 2022 Umur :-

Usia :8 bulan Pekerjaan :-

Jenis kelamin :P Alamat : Cimaung

Tanggal pengkajian : 15 Hubungan dengan anak : Bapak


oktober 2022

Bila ada, bisa tempel stiker identitas pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluarga mengeluhkan anaknya mencret > 30 x
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan anaknya sudah BAB mencret > 30 x, BAB cair, saat
dikaji pasien tampak lemas, kulit pucat, akral dingin, mukosa kering, nadi teraba
lemah
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sebelumnya anaknya belum pernah dirawat, sebelum masuk rumah sakit An. A
sempat diberi makan namun kemudian mencret, An. A suka memasukan benda /
makanan jatuh kemulutnya, jarang dicuci tangan, dan sering duduk dilantai.

1. Prenatal
Konsumsi obat selama  Tidak
kehamilan  Ya, ............................
Adakah ibu jatuh selama hamil  Tidak
 Ya, ............................
2. Natal
Cara melahirkan Spontan  SC
 Dengan alat bantu
Penolong persalinan Dokter  Bidan
 Bukan tenaga kesehatan
3. Postnatal
Kelainan kongenital  Tidak  Ya, .............................

d. Riwayat Keluarga
Pengeluaran BAB pertama  <24jam  >24 jam
4. Penyakit terdahulu  Tidak
Ya
Jika Ya, bagaimana gejala dan
penanganannya?
Pernah dioperasi  Tidak
 Ya
Jika Ya, sebutkan waktu dan Pasien tidak pernah di lakukan operasi
berapa hari

dirawat?
5. Pernah dirawat di RS  Tidak
Ya
Jika Ya, sebutkan
penyakitnya dan respon

emosional saat dirawat?


6. Riwayat penggunaan obat  Tidak
Ya
Jika Ya, sebutkan nama dan
respon anak

terhadap pemakaian obat?


7. Riwayat alergi  Tidak
 Ya
Jika Ya, apakah jenis alerginya
dan bagaimana

penanganannya?
8. Riwayat kecelakaan  Tidak
 Ya
Jika Ya, jelaskan Pasien tidak ada riwayat kecelakaan
9. Riwayat immunisasi  Hepatitis  BCG  Polio  DPT
Campak

1. Riwayat penyakit keturunan  Tidak


 Ya, ......................
2. Riwayat penyakit menular  Tidak
 Ya, ........................
e. Pengkajian Fisiologis
1.
OKSIGENASI

Ventilasi Frekuens  Teratur □Tidak teratur


i:
□ Trakeostomi penggunaan Oksigen …1…..x/mnt
Sekret :
Respirasi sesak □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada
Nafas
 Vesikuler Ronchi □ Wheezing □ Krakles

□ Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD …. pH : …. PaO2: …. mmHg
PCO2: ….
HCO3 …. BE : …. Sat O2: ….
Transport Gas Nadi : 156 x/mnt √ regular
□ ireguler TD :
Nadi teraba lemah
Akral : hangat √ dingin
□ anemis √ pucat
□ cianosis □ clubbing finger
□ pusing
Bunyi Jantung √ BJ I/II Normal  murmur
□ Gallop
Hasil Laboratorium Tgl ….
2.
NUTRISI
PERILAKU
BB saat ini BB (8.2)kg PB/TB ()cm LLA :…….
Status Nutrisi □ Lebih √ Baik  kurang
□ Buruk
Diet √ ASI  susu formula □ bubur
□ nasi tim
Puasa □ Ya √ tidak Frekuensi makan :
Posi makan:
Cara Makan √ oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan □ kurang √ cukup
□ baik
Lidah √ bersih □ Kotor stomatitis : □ ya
□ tidak
Mulut Caries : □ ya √ tidak
lain-lain:
Abdomen □ supel
√ kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar √ tidak teraba □ hepatomegali
□ lien □ splenomegali
Bising Usus 14 x/mnt
3. PROTEKSI
Gangguan Warna √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
Kulit
□ Menjadi merah
□ Sianosis □ …………..
Suhu □ suhu : 36.6  Hangat □ Teraba panas
√ Teraba dingin
Turgor Baik √ Jelek
Gangguan pada kulit √ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema

□ Lainnya, ……………
Luka √ Tidak ada □ Ada

Stoma √ Tidak ada □ Ada


Drainase √ Tidak Ada
□ Ada
Jika terjadi gangguan pada

kulit / luka / stoma, berikan

tanda silang (X)

Pengkajian Nyeri

4.
SENSASI

Penglihatan √ Adekuat □ Menurun [R


L]

□ Buta [R L] □ Katarak [R
L]
Pupil √ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R

□ Reaktif □ Non Reaktif


[R L]
Kondisi gigi √ Baik □ Terjadi gangguan
□ Jelek
Gusi √ Pink □ Pucat □ Inflamasi

□ Perdarahan □ Kering □ Lembab

Hidung □ Berdarah □ Drainage √ Tidak ditemukan masalah


Pendengaran √ Adekuat □ Menurun [R L]
□ Tuli [R L]

□ Dengan alat bantu pendengaran [R


L]
Telinga √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R
L]

□ Dengan alat bantu pendengaran [R


L]
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Minum ASI
Ubun-ubun √ rata□ Cekung
Mata □ cekung √ tidak
Air mata: □ ada □ tidak
Mukosa mulut  lembab
√ kering
Turgor elastic
√ tidak elastic
Edema □ ada tidak □ ektremitas □ anasarka □ asites lingkar perut:
Muntah □ ada √tidak
frekuensi: ……x/hr
Diare √ ada  tidak
frekuensi: > 30 x/hr
Perdarahan □ ada √ tidak
□ ptekie □ purpura □ ekimosis
Cairan infuse √ ada tidak
Jenis :RL 400 cc/ 4 jam
Balance cairan ….. cc /kg/hari dieresis:….
Hasil Lab TGL …
6.
ELIMINASI

Eliminasi urin √ spontan □ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi


Warna urin √ kuning jernih □ kuning pekat □ merah
buang air besar Frekuensi : > 30 x/hr □ normal √ diare
□ konstipasi
Warna feses √ kuning □ hijau
□ merah
Karakteristik feses lembek √ cair □ padat □ berlendir
Anus √ ada lubang
□ tidak berlubang
Hasil laboratorium

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Postur tubuh √ normal


tidak normal ket:
Gerakan √ aktif □ tidak aktif
Paralise □ ada
√ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya

□ kaki kanan/kiri/ keduanya


Tonus otot √ normal □ atrofi
□ hipertrofi
Mobilisasi □ bedrest total
√ ditempat tidur
Gangguan neuromuscular
Kesulitan tidur □ ada √ tidak ada
Tidur dengan bantuan □ ya √ tidak
obat
NEUROLOGI

Kesadaran E; 4 M: 6 V: 5 √ CM □ apatis □ somnolen □ koma


Status mental □ terorientasi
□ disorientasi □ gelisah □ halusinasi
Pupil √ isokor □ anisokor
ENDOKRIN
PERILAKU
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadias

3. FUNGSI PERAN

Pengasuh √ Ayah √ Ibu  Nenek


 Orang lain
Dukungan sibling Ada
√ Tidak ada
Dukungan Ada
keluarga lain √ Tidak ada

4. INTERDEPENDENSI (KETERGANTUNGAN)

1. Imunitas Sebelum sakit Selama sakit


Respon peradangan Tidak ada respon Tidak ada respon
peradangan peradangan
(merah/panas)
Sensitifitas (nyeri/suhu) Suhu 37.2 Suhu 36.6
2. Neurologi
Pernah alami kejang √ Tidak  Ya
Jika Ya, waktu &
terjadinya

kejang?
3. Eliminasi Sebelum sakit Selama sakit
(BAB/BAK)
Frekuensi (waktu) 4 x / hari Lebih dari 30 x sehari
Konsistensi Lembek Cair
Pemakaian obat - Dehidralyte
4. Aktivitas / istirahat Sebelum sakit Selama sakit
5. Lama tidur 9 jam 8 jam
5. Cairan & elektrolit Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi minum 800 cc / hari 600 cc/hari
Cara pemenuhan Oral Oral
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,7 11- 17 g/dL
Leukosit 23410 4000-10000 uL
Eritrosit 9.34 4,3-6,2 juta/uL
Hematokrit 41 37-48 %
Trombosit 34000 150000-450000 uL

6. PENATALAKSANAAN MEDIS/KEPERAWATAN

Penatalaksanaan Medis:
RL 400 cc harus habis dalam 4 jam selanjutnya 200 cc/jam
Cefotaxime 3 x 450 gr IV
Zinc Drop 1 x 2 ml

7. THERAPI
No Nama Obat Dosis Rute Fungsi
1. Cefotaxime 3 x 450 gr IV Antibiotik
untuk
mengobati
berbagai
macam
penyakit infeksi
2. Zinc Drop 1 x 2 ml Oral Suplemen zinc
untuk
mengganti
cairan dan
dehidrasi pada
anak digunakan
bersama
dengan cairan
rehidrasi

B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Makanan yang tidak Hipovolemia
.
Keluarga pasien bersih
mengatakan anaknya
BAB > 30 x/hari, Membawa bakteri
konsistensi cair
DS: Toksin tidak dapat
Pasien tampak lemas diabsorpsi
Nadi teraba lemah
Kulit pucat Hiperperistaltik
Membran mukosa
kering Kemampuan absorpsi
menurun

Diare (GEA)

BAB sering dengan


konsistensi cair

Cairan yang keluar


banyak

Dehidrasi

Hipovolemia
2 DS: Makanan yang tidak Defisit pengetahuan
. - Keluarga pasien bersih
mengatakan bingung
saat anaknya mencret Membawa bakteri
sehingga tidak
langsung dibawa ke Toksin tidak dapat
RS diabsorpsi
- keluarga pasien
mengatakan anaknya Hiperperistaltik
jarang dicuci tangan,
suka mengambil Kemampuan absorpsi
makanan yang menurun
terjatuh dan
memasukannya ke Diare (GEA)
mulut
BAB sering dengan
konsistensi cair

Cairan yang keluar


banyak

Dehidrasi

Kurangnya Informasi

Defisit Pengetahuan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan berlebih
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan
1 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia 1. Untuk mengetahui apakah
kehilangan cairan tindakan 2 x 24 jam Observasi gejala hipovolemia nya
berlebih hipovolemia dapat - Periksa tanda dan gejala semakin memburuk atau
teratasi dengan hipovolemia (TTV, turgor membaik
kriteria hasil: kulit, frekuensi nadi, membran 2. Menghitung kebutuhan
- Frekuensi BAB mukosa, frekuensi BAB, cairan agar didapatkan hasil
menurun (1 – 3 lemah berkurang) untuk pasien
x/hari) dengan Terapeutik 3. Asupan cairan oral dapat
konsistensi lembek - Hitung kebutuhan cairan menambah kebutuhan cairan
tidak cair - Berikan asupan cairan oral yang hilang
- Lemas pasien Edukasi 4. Memberikan cairan elektrolit
berkurang - Anjurkan memperbanyak karena pasien kehilangan
- Nadi pasien tidak cairan oral banyak sekali cairan dari
terlalu lemah Kolaborasi BAB mencretnya yang > 30
- Kulit pucat berkurang - Kolaborasi pemberian cairan x
- Membran mukosa RL 5. Depkes RI (2017) bahwa oralit
menjadi lembab mengandung 3.5 gram NaCL,
Manajemen Diare 2.5 gram/L natrium
Observasi bikarbonat, 1.5 gram KCL dan
- Identifikasi penyebab diare 20 gram glukosa yang
- Identifikasi riwayat diperlukan untuk

- Monitor jumlah pengeluaran mempertahankan

diare keseimbangan elektrolit dalam

Terapeutik tubuh.Campuran glukosa dan


garam di dalam oralit dapat
- Pasang jalur intravena
diserap dengan baik oleh
- Berikan cairan RL 400 cc / 4
penderita diare sehingga lebih
jam, selanjutnya 200 cc/jam
disarankan untuk
- Berikan oralit
mengkonsumsi oralit sebagai
Edukasi
penanganan pertama pada
- Anjurkan makan porsi kecil
pasien yang mengalami diare
secara bertahap
sebelum tanda-tanda
- Anjurkan melanjutkan
dehindrasi muncul. Selain
pemberian ASI
mudah ditemukan di apotik-
Kolaborasi apotik terdekat, oralit juga
- Kolaborasi pemberian dapat dibuat menggunakan
Cefotaxime 3 x 450 gr bahan-bahan yang tersedia
- Kolaborasi pemberian Zinc dirumah seperti garam, gula
drop 1 x 2 ml dan air matang atau biasa
disebut larutan gula garam
yang dapat dibuat sendiri di
rumah dengan mudah.
6. Memberikan makanan sedikit
demi sedikit agar pasien
tidak kehilangan energi dan
semakin melemas
7. Hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ASI
merupakan makanan terbaik
bagi bayi dan pemberian ASI
eksklusif akan menjaga bayi
dari penyakit diare. Hal ini
disebabkan karena nilai gizi
pada ASI yang tinggi, adanya
antibodi pada ASI, sel-sel
leukosit, enzim, hormon, dan
lain-lain yang melindungi bayi
terhadap berbagai infeksi (3).
ASI eksklusif memiliki peranan
besar dalam menjaga bayi dari
penyakit diare. Oleh sebab itu,
bayi hingga umur 6 bulan
dianjurkan diberi ASI eksklusif
tanpa pengganti ASI atau
makanan pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai
berusia 4 – 6 bulan, akan
memberikan kekebalan kepada
bayi dari berbagai macam
penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat
kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus,
jamur dan parasit. Oleh karena
itu, dengan adanya zat anti
infeksi dari ASI, maka bayi ASI
eksklusif dapat terlindung dari
penyakit diare (Martin, 2016)
8. Cefotaxime diberikan
sebagai antibiotik untuk
membunuh bakteri penyebab
infeksi
9. Menurut Rizky Huryamin, et.
al (2013), dari hasil penelitian
dapat diketahui bahwa ada
pengaruh pemberian terapi
Zink yaitu dapat mempercepat
repitelisasi jaringan yang
mengalami kerusakan,
meningkatkan imunitas dan
mempercepat penyembuhan
diare, sehingga pemberian
preparat Zink akan
mempercepat lama rawat inap
di rumah sakit. Zinc diberikan
sebagai sumplemen
tambahan untuk menangani
dehidrasi yang diderita
pasien
2 Defisit Setelah diberik tindakan 1 Edukasi Kesehatan 1. Dengan memberikan
Pengetahuan x 24 jam, keluarga pasien Observasi edukasi tentang kesehatan
mengerti tentang - Identifikasi kesiapan keluarga diharapkan keluarga pasien
informasi yang diberikan menerima informasi bisa lebih menjaga
dengan kriteria hasil: Terapeutik kesehatan pasien baik dari
- Keluarga pasien - Sediakan materi pendidikan makanan, lingkungan.
mengerti dengan mengenai menjaga kesehatan Dikarenakan pasien yang
edukasi yang anak masih bayi sehingga lebih
diberikan perawat - Jadwalkan pendidikan rentan terhadap penyakit
- Keluarga pasien kesehatan 2. Perilaku hidup bersih akan
menerapkan edukasi - Berikan kesempatan bertanya meminimalisir kejadian
yang sudah diberikan
Edukasi terjadinya penyakit
oleh perawat - Anjurkan perilaku hidup
bersih

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
15 – 10 –22 1 Manajemen Hipovolemia S: pasien BAB masih sering kurang lebih
8x, cair, penyebab GEA disebabkan karena
08.00 - Memeriksa TTV, turgor kulit, frekuensi
pasien suka memungut makanan yang jatuh
nadi, membran mukosa, frekuensi BAB, ke lantai
O: nadi masih lemah, mukosa masih agak
lemah berkurang
kering, pasien masih tampak lemah,
R: turgor kulit masih kurang, masih lemah, A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
membran mukosa masih kering, nadi 156

08.30 suhu 36.6 RR 37


- Berikan asupan cairan oral
R: pasien minum ASI
Edukasi
09.00
- Anjurkan memperbanyak cairan oral
R: keluarga pasien mengatakan akan
memberikan pasien cairan oral lebih
sering
Manajemen Diare
- Mengidentifikasi penyebab diare
R: pasien sering memasukkan makanan yang
berjatuhan dilantai
- Memonitor jumlah pengeluaran diare
R: saat dikaji BAB pasien masih lumayan
seing kurang lebih 8x
- MEmasang jalur intravena
10.00 R: IV terpanag
- memberikan cairan RL 200 cc/jam
R: turgor kulit membaik, nadi tidak terlalu
11.00 lemah saat diraba,
- menganjurkan makan porsi kecil secara
bertahap
11.30
R: pasien makan baru sedikit
- menganjurkan melanjutkan pemberian
12.00 ASI
R: pasien minum ASI banyak
- Kolaborasi pemberian Cefotaxime 3 x
450 gr
R: tidak ada demam pada pasien
- Kolaborasi pemberian Zinc drop 1 x 2 ml
R: BAB masih agak cair, kurang lebih 8x
17 -10-22 1,2Manajemen Hipovolemia S:pasien baru BAB 2x, keluarga pasien
mengatakan bahwa mereka mengerti
08.00 - Memeriksa TTV, turgor kulit, frekuensi
informasi yng diberikan tentang menjaga
nadi, membran mukosa, frekuensi BAB, kebersihan
O: turgor kulit membaik, membran mukosa
lemah berkurang
tidak terallu kering, nadi teraba tidka terlalu
R: turgor kulit membaik,CRT < 3 dtk masih lemah
A: masalah belum teratas
agak lemah, membran mukosa tidak
P; lanjutkan intervensi
terlalu kering, nadi 135 suhu 36.3 RR 35
- memberikan asupan cairan oral
09.00
R: pasien minum ASI
Manajemen Diare
10.00 - Memonitor jumlah pengeluaran diare
R: saat dikaji BAB pasien baru BAB 2x,
dengan konsistensi masih agak cair
10.30 - memberikan cairan RL 200 cc/jam
R: turgor kulit membaik, nadi tidak terlalu
lemah saat diraba,
- menganjurkan makan porsi kecil secara
bertahap
R: pasien makan sedikit-sedikit
12.00
- Kolaborasi pemberian Cefotaxime 3 x
450 gr
R: tidak ada demam pada pasien
- Kolaborasi pemberian Zinc drop 1 x 2 ml
R: BAB masih agak cair, baru 2x
13.00
- mengidentifikasi kesiapan keluarga
menerima informasi
R: keluarga pasien mengatakan ingin
mengetahui edukasi tentang kebersihan
makanan ataupun lingkungan
- menganjurkan perilaku hidup bersih
R: keluarga pasien mengatakan mengerti
edukasi yang diberikan seperti makanan
yang harus selalu bersih, saat bayi akan
diturunkan ke lantai baiknya dibersihkan
dulu kemudian diberi alas, saat bayi di
lepas sebaiknya tetap diawasi

18-10-22 1 Manajemen Hipovolemia S: pasien BAB baru 2x dengan konsisstensi


lembek,
08.00 - Memeriksa TTV, turgor kulit, frekuensi
O: mukosa lembab, pasien tidak tampak
nadi, membran mukosa, frekuensi BAB, lemah, nadi berdenyut kuat, tidak ada
demam pada pasien
lemah berkurang
A: masalah teratasi
R: turgor kulit membaik,CRT < 3 dtk pasien P: hentikan intervensi
sudh atidak lemah, nadi teraba berdenyut
kuat, membran mukosa tidak terlalu
kering, nadi 133 suhu 36.5 RR 33
09.00 - memberikan asupan cairan oral
R: pasien minum ASI
Manajemen Diare
10.00 - Memonitor jumlah pengeluaran diare
R: saat dikaji BAB pasien baru BAB 2x,
dengan konsistensi lembek tidak cair
10.30
- memberikan cairan RL 200 cc/jam
R: turgor kulit membaik, nadi tidak terlalu
11.00 lemah saat diraba,
- menganjurkan makan porsi kecil secara
bertahap
12.000 R: pasien makan sedikit-sedikit
- Kolaborasi pemberian Cefotaxime 3 x
450 gr
R: tidak ada demam pada pasien
- Kolaborasi pemberian Zinc drop 1 x 2 ml
R: BAB lembek, baru 2x
DAFTAR PUSTAKA

Hartati, S., & Nurazila, N. (2018). Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 3(2), 400-407.
Kartikaningrum, V. (2017). Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien pediatri penderita diare
di instalasi rawat inap RSUD Kota Madiun periode November-Desember 2015. Widya Warta:
Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 41(01), 23-36.
Adha, A. N., Asmadi, A., & Anwar, T. (2020). Hubungan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
(SGL) dengan Kejadian Diare pada Anak Balita Di Desa Seluas Kecamatan Seluas Kabupaten
Bengkayangtahun 2014. Jurnal Sanitarian Khatulistiwa, 7(1), 39-46.
Utami, R. B., & Anshori, I. (2019). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG DIARE DENGAN TERJADINYA DIARE DI POSYANDU BALITA KASUN II
DESA BANYUKAMBANG (Wilayah Kerja Puskesmas Wonoasri Madiun). JURNAL
SABHANGA, 1(2), 121-130.
SAGITARISANDI, Y. P. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
GASTROENTERITIS AKUT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPOVOLEMIA DI
RUMAH SAKIT WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya).
Rasyid, D. (2021). STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PEMBERIAN TERAPI CAIRAN PADA PASIEN DIARE. JURNAL LONTARA
KESEHATAN, 2(1), 34-56.
Wijayanti, A. I. P., & Astuti, W. T. (2019). Pemberian Pendidikan Kesehatan Terapi Zink Untuk
Mengurangi Frekuensi Diare. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 5(1), 7-13.
Siregar, M. H., Sumantri, A., & Febrianti, F. (2020). RISIKO KEJADIAN DIARE AKIBAT
TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF. Jurnal Gizi Kerja dan Produktivitas, 1(1), 7-15.

Anda mungkin juga menyukai