Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSA MEDIS
GASTROENTRITIS AKUT

OLEH :
Maura Fachriza Asral
011201069

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. GEDONG SONGO KEL. CANDIREJO
KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG
2022

Universitas Ngudi Waluyo


TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MATERI GASTROENTERITIS AKUT


1. Pengertian
Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan
frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada
feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau
200ml/24jam).
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan
dari gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh
beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa
organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme
tersebut (food borne disease) (Mendri, 2017).
Menurut Librianty (2015) menjelaskan bahwa Gastroenteritis
merupakan diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa 7 atau 14 hari.
Dapat disimpulkan bahwa Gastroenteritis akut merupakan
peradangan yang terjadi pada usus dan pada lambung yang ditandai diare,
muntah, dan demam yang berlangsung singkat dalam beberapa jam
sampai dengan 7 atau 14 hari.
2. Tanda Gejala GEA
Tanda dan gejala dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi.
dari salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa,
mual (93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen
(76%) umumnya merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh
kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang
sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor
kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10% pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan,
batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%(Bresee, 2012)
3. Etiologi
Menurut Suriadi & Yuliani dalam Sakti (2015), menjelaskan
bahwa penyebab gastroenteritis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi oleh beberapa faktor
1) Bakteri : Escherichia coli, salmonella, shingella, Yersinia
2) Parasit : Glardia clambra, arytosporidium
3) Jamur : Candida enteritis
4) Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus
5) Protozoa

Universitas Ngudi Waluyo


b. Penyakit infeksi : Otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi
saluran kemih
c. Bukan faktor infeksi
1) Alergi makanan : Susu, protein, keracunan makanan
2) Gangguan metabolik : Penyakit celiac
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan antibiotic

5) Penyakit usus : Celitus ulcerative, erohn disease, enterocosifiti


6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
4. Patofisiologi
Menurut Taqin & Kumala (2011) kondisi inflamasi pada
saluran gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
inelasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorbs
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit, mekanisme dasar yang menebabkan diare, yaitu :
a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan
makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit oleh dindng usus
kedalam rongga usus, isi rongga usus ini yang berlebihan dan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Hal ini akan menyebabkan cairan yang keluar dari anus
berkonsistensi cair dan apabila terjadi terus-menerus bisa
mengakibatkan kekurangan volume cairan.
b. Respon mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon
peningkatan aktifitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus
kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
paningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan mobilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.
Dari ketiga mekanisme diatas dapat menyebabkan :

Universitas Ngudi Waluyo


1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa)
menyebabkan asidosis metabolik, hipokalemia
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (pemasukan berkurang
sedangkan pengeluaran meningkat)
3) Hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah
Gastroenteritis juga dapat terjadi akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Diare menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi serta
penurunan konsistensi tinja menjadi cair, hal ini dapat menyebabkan
tubuh kekurangan volume cairan karena output yang berlebihan serta
menurunnya intake cairan. Karena tubuh kekurangan volume cairan
hal ini dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
BAB cair dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya ruam atau kerusakan integritas jaringan disekitar anus
dikarenakan kondisi kulit yang selalu lembab dan membuat
pertumbuhan bakteri meningkat. Karena dalam kondisi sakit dan harus
dirawat di rumah sakit, hal ini juga akan menyebabkan kecemasan
bagi anak karena harus berada di lingkungan yang asing dan berteu
orang-orang asing begitu juga dengan orang tuanya yang mengalami
kecemasan terkait kondisi kesehatan anaknya.
Mikroorganisme memproduksi toksin, enterotoksin yang
diproduksi agen bakteri E. Coli dan Vibrio cholera akan memberikan
efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air dalam lumen
gastroenteritis (Mutaqqin, 2011). Pada pasien dengan gastroenteritis
akut juga akan mengalami mual dan muntah,

hal ini akan menurunkan nafsu makan anak dan akan berakibat pada
nutrisi atau asupan anak selama sakit dan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Manifestasi klinis
Menurut Suriadi & Yuliani dalam Sakti (2015), manifestasi
klinis dari gastrointestinal adalah :
a. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, elastisitas
kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa
kering
b. Kram abdominal

Universitas Ngudi Waluyo


c. Demam
d. Mual muntah
e. Anorexia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan TTV, nadi dan pernapasan cepat
i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
6. Komplikasi
Menurut Marmi & Raharjo (2012) komplikasi kehilangan
akibat diare, sebagai berikut :
a. Dehidrasi
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang
g. Malnutrisi energi protein
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Daldino dalam Nurmalasari (2010) langkah-langkah diagnosis
gastroenteritis adalah sebagai berikut :
a. Anamnesis, meliputi umur jenis kelamin, frekuensi diare, lamanya diare,
informasi tentang feses, disertai atau tidak disertai lender dan darah
b. Pemeriksaan fisik
c. Laboratorium meliputi, kultur feses, maupun darah dan serologi
d. Endoskopi
8. Penatalaksanaan
Pelaksanaan untuk gastroenteritis pada anak adalah sebagai berikut :
a. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
penyebabnya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan
cairan dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti, jumlah cairan yang diberikan harus sama
dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui tinja atau muntah,
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah
yang masih berlangsung, jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi,
berat badan anak, dan golongan umur anak.
b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi.
c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya bagi kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare

Universitas Ngudi Waluyo


dengan demam kecuali pada sentry, suspek kolera dengan dehidrasi berat
dan diare persisten. (Pahlevi dalam Sakti, 2015)
d. Terapi zinc digunakan untuk mengobati diare persisten, indikasi
pemberian terapi ini adalah berat badan untuk umur saat diperiksa kurang
dari 70%, diare telah berlangsung lebih dari 5 hari, bayi berumur kurang
dari 1 tahun dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan jika terdapat
tanda-tanda definisi zinc yaitu satu atau lebih gejala. (Soebagyo dalam
Nurmasari, 2010)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERISTIS AKUT
1. Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan,
pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan
data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun
emosional. (Debora, 2013)
Menurut Ardiyansyah, (2012) yang harus dikaji pada klien yang
mengalami penyakit gastroenterintis akut adalah:
a. Pengkajian (Anamnesis)
1) Biodata Pada biodata, bisa diperoleh data tentang identitas pasien
meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien,
jenis kelamin pasien, pekerjaan pasien, pendidikan pasien, status
kawin pasien, agama dan asuransi kesehatan. Selain itu juga
dilakukan pengkajian tentang orang terdekat pasien.
2) Keluhan utama Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat
menanyakan kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami
oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada
pasien disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai keluhan
yang disarasakan meliputi lama timbulnya
3) Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien dengan diare, dengan
menjelaskan frekuensi BAB berapa kali, konsintensi feses, warna
feses,
4) Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit terdahulu, baik yang
berhubungan dengan system pencernaan maupun penyakit sistemik
lainnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga Penyakit-penyakit keluarga perlu
diketahui terutama yang menular dan merupakan penyakit turunan.
Selain pengkajian riwayat harus bisa diseimbangkan sesuai dengan
kebutuhan seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian
perilaku yang membantu perawat dalam mengumpulkan suatu data
(Wijaya & Putri, 2013).
b. Pengkajian pola-pola fungsi Gordon adalah:
1) Pola Persepsi Kesehatan Persepti terhadap adanya arti kesehatan,

Universitas Ngudi Waluyo


penatalaksanaan kesehatan serta pengatahuan tentang praktek
kesehatan.
2) Pola nutrisi Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh,
balance cairan serta elektrolit. Pengkajian meliputi: nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual, muntah, kebutuhan
jumlah zat gizi.
3) Pola eliminasi Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta
kandung kemih dan kulit. Pengkajian yang dilakukan meliputi:
kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah 26 defekasi, masalah
miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi. Karakteristik
urine dan feses, pola input cairan, masalah bau badan.
4) Pola latihan-aktivitas Menggambarkan tentang pola latihan,
aktivitas, fumgsi pernapasan. Pentingnya latihan atau gerak dalam
keadaan sehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan
berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan klien dalam
menata dirinya sendiri apabila tingkat kemampuannya: 0: mandiri,
1: dengan alat bantu,2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan
ROM, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman
napas, bunyi napas, riwayat penyakit paru.
5) Pola kognitif perseptual Menjelaskan tentang persepsi sendori dan
kognitif. Pola ini meliputi pengkajian fungsi penglihatan,
pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap
tubuh. Dan pola kognitif memuat kemampuan daya ingat klien
terhadap peristiwa peristiwa yang telah lama atau baru terjadi.
6) Pola istirahat dan tidur Menggambarkan pola tidur serta istirahat
pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pola ini meliputi: jam
tidursiang dan malam pasien, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi uruk, penggunaan obat serta mengaluh letih.
7) Pola konsep diri-persepsi diri Menggambarkan sikap tentan diri
sendiri serta persepsi terhadap kemampuan diri sendiri dan
kemampuan konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri.
8) Pola peran dan hubungan 27 Menggambarkan serta mengatahui
hubungan pasien serta peran pasien terhadap anggota keluarga
serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
9) Pola reproduksi atau seksual Menggambarkan tentang kepuasan
yang dirasakan atau masalah yang dirasakan dengan seksualitas.
Selain itu dilakukan juga pengkajian yang meliputi: dampak sakit

Universitas Ngudi Waluyo


terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan payudara sendiri,
riwayat penyakit hubungan seks, serta pemeriksaan genetalia.
10) Pola koping dan Toleransi Stres Menggambarkan tentang pola cara
menangani stress, yang meliputi dengan cara: interaksi dengan
orang terdekat menangis, dam lain sebagainya.
11) Pola keyakinan dan nilai Menggambarkan tentang pola nilai dan
keyakinan yang dianut. Menerangkan sikap serta keyakinan yang
dianaut oleh klien dalam melaksanakan agama atau kepercayaan
yang dianut.
c. Pemeriksaan Fisik menurut Ardiyansyah, (2012) adalah :
1) Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak
berdaya.
2) Respirasi: tidak mengalami gangguan.
3) Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat,
sianosis, dan kulit/ membrane mukosa berkeringat (status shock,
nyeri akut).
4) Persarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi/bingung, dan nyeri epigastrium.
d. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan SDKI 2017 Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan


pada pasien dengan Pneumonia, yaitu :

1) Diare berhubungan dengan mal absobsi ( D.0020)


2) Hipovolemia
3) Hipertemia
4) Risiko defisit nutrisi
5)

SDKI SLKI SIKI


Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.14569)
berhubungan dengan kekurangan Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
volume cairan (D.0009) keperawatan 1x8 jam diharapkan 1. Periksa sirkulasi
perfusi jaringan membaik dengan perifer
kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Warna kulit pucat Terapeutik :
menurun 1. Lakukan hidrasi
2. Pengisian kapiler Edukasi
membaik 1. Anjurkan berolahraga
3. Turgor kulit membaik rutin

Universitas Ngudi Waluyo


2. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (I.03101)

Setelah dilakukan perawatan Observasi


selama 1x8 jam Diharapkan tidak 1. Identifikasi penyebab
terjadi ketidakseimbangan cairan, diare (mis. Inflamasi
dengan kriteria hasil gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal)
1. Kontrol pengeluaran feses
2. Identifikasi riwayat
meningkat
pemberian makanan
2. Urgensi menurun
3. Identifikasi gejala
3. Nyeri abdomen menurun
invaginasi
4. Kram abdomen menurun
4. Monitor warna,
5. Konsistensi feses
volume, frekwensi, dan
membaik
konsistensi tinja.
6. Frekuensi defekasi
5. Monitor tanda dan
membaik
gejala hipovolemia
7. Peristaltik usus membaik
6. Monitor iritasi dan
ulserasi kulit didaerah
perineal
7. Monitor jumlah
pengeluaran diare
8. Monitor keamanan
penyiapan makanan
Terapeutik
9. Berikan asupan cairan
oral
10. Pasang jalur intravena
11. Berikan cairan
intravena
12. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
13. Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu
Edukasi
14. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering

Universitas Ngudi Waluyo


secara bertahap
15. Anjurkan menghindari
makanan,  pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung lactose
16. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
17. Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
19. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic/
spasmolitik
20. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses.

Hipovolemia Status Cairan Pemanatauan Cairan (I.03121


Definisi penurunan cairan Setelah dilakukan perawatan Observasi
intravaskuler, interstisial, dan/atau selama 3x24 jam Diharapkan 1. Monitor frekuensi dan
intraseluler tidak terjadi ketidakseimbangan kekuatan nadi
cairan, dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi
1. Frekuensi Nadi dalam batas nafas
normal ( 70-120 x/menit ), 3. Monitor tekanan darah
2. Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor berat badan
normal ( 36,5 – 37,50C ) 5. Monitor waktu
3. Elastisitas turgor kulit pengisian kapiler
membaik 6. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
7. Monitor jumlah, waktu
dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin
dan protein total
9. Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas
serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
10. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia (mi
s. Frekuensi nadi

Universitas Ngudi Waluyo


meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematocrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
11. Identifikasi tanda-
tanda hypervolemia
mis. Dyspnea, edema
perifer, edema
anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojogular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
12. Identifikasi factor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil

Universitas Ngudi Waluyo


pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Hipertermia (D0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia


Definisi : Setelah dilakukan perawatan (I.15506)
Suhu tubuh meningkat di atas selama 3 x 24 Diharapkan suhu Observasi
rentang normal tubuh. tubuh kembali normal, dengan 1. Identifikasi penyebab

Tanda dan Gejala : kriteria hasil : hipertermia (mis

1. Suhu tubuh diatas nilai 1. Mengigil menurun dehidrasi, terpapar

normal 2. Kulit merah menurun lingkungan panas dll)

2. Kulit merah 3. Suhu tubuh menurun 2. Monitor suhu tubuh

3. Kejang 4. Takikardi menurun 3. Monitor kadar elektrolit

4. Takikardi 5. Takpnea menurun 4. Menitor haluaran urine


5. Monitor kompikasi
5. Takipnea
akibat hipertermia
6. Kulit terasa hangat
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan
yang dingin
7. Longgarkan atau
mengganti pakaian yang
menyerap keringat
8. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari
jika mengalami
hyperhidrosis (kringat
berlebih)
11. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipertermia atau
kompres pada dahi,
leher, atau axila)
12. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
13. Anjurkan tirah baring

Universitas Ngudi Waluyo


Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intavena, jika perlu
Resiko defisit Nutrisi (D.0032) SLKI : Status Nutrisi (L.03030) SIKI : Manajemen Nutrisi
Kategori : fisiologis Setelah dilakukan tindakan (I.03119)
Subkategori : nutrisi dan cairan keperawatan selama 1x 24 jam Definisi : mengidentifikasi dan
diharapkan defisit nutrisi dapat mengelola asupan nutrisi yang
Definisi : teratasi dengan kriteria hasil : seimbang
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 1. Nafsu makan membaik
memnuhi kebutuhan metabolism 2. Mukosa bibir lembab Tindakan
3. Bising usus normal Observasi :
Penyebab : 4. Porsi makan membaik 1. Identifikasi status
Ketidakmampuan menelan nutrisi
makanan, ketidakmampuan 2. Monitor asupan nutrisi
mencerna makanan, 3. Monitor berat badan
ketidakmampuan mengabsorbsi 4. Monitor hasil
makanan, peningkatan kebutuhan pemeriksaan
metabolism laboratorium
Terapeutik :
Gejala dan tanda mayor : 1. Sajikan makanan yang
Berat badan menurun minimal menarik dan suhu yang
10% dibawah rentang ideal sesuai
2. Berikan makanan
Gejala dan tanda minor : tinggi serat untuk
Bising usus hiperaktif, membrane mencegah konstipasi
mukosa pucat, diare 3. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
Kondisi klinis terkait : infeksi
protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Ngudi Waluyo


Librianty. Nurfanida. 2015. Panduan Mandiri Melacak Penyakit. Jakarta : Lintas
Kata

I Gusti Ayu Intan Adriana. 2021. “Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien
Gastroenteritis Akut (Gea) Di Igd Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2021.”
(1996): 6.

Marmi & Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016c). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Universitas Ngudi Waluyo

Anda mungkin juga menyukai