Anda di halaman 1dari 24

STASE ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN VOMITUS, FEBRIS DI RUANG


IBNU SINA RS PKU MUHAMADIAYAH KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Rista Dwi Ayu
203203083

PROGRAM STUDI PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
BAB 1
LATAR BELAKANG

Gastroenteritis akut didefinisikan sebagai diare. Gastroenteritis akut adalah


buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja lebih lembek
atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari
2 minggu (Rani AA. dkk 2015). Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di
antaranya di sebabkan oleh factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan,
maupun factor psikologis. Sebagian besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi.
Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain,
pengeluaran toksin yang dapat menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa
factor di atas akan menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau
tanda dan gejala diare pada orang dewasa biasanya di tandai dengan Konsistensi feces
cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak lama) ,
demam (mungkin ada, mungkin tidak), kram abdomen, membrane mukosa kering,
berat badan menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan gejalanya juga lain lagi
seperti kulit sekitar anus biasanya akan mengalami iritasi atau lecet akibat seringnya
defekasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI

Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara


berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air
besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani,
2010).

Gastroenteritis merupakan suatu penyakit akut dan menular


menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5
kali atau lebih.Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3
kali perhari dapat atau tanpa lender dan darah (Murwani. 2011).

Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit


(jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan
muntahdan diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama
natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat
juga terjadi cairan atau dehidrasi ( Setiati, 2015).

B. Etiologi
Faktor penyebab dari Gastroentritis adalah:
1. Faktor Infeksi
a) Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroentritis pada anak meliputi infeksi
internal sebagai berikut:
 Infeksi bakteri: Vibrio, ecoly, salmonela shigella, capylabactor,
versinia aoromonas dan sebagainya.
 Inveksi virus: Entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
 Infeksi parasit: Cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,
protozoa, jamur)
b) Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar alat pencernaan, seperti
OMA, Tonsilitis, bronkopneumonia dan lainnya.
c) infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA,
tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
2. Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galatosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi makanan
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
5. Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar)
C. Fatofisiologi
Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik. GE yang terjadi
merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit.
Menurut Muttaqin (2011), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya GEA meliputi hal – hal berikut yaitu:
1. Gangguan Osmotik. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap oleh mukosa usus akan menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul GEA
2. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam
usus dan selanjutnya timbul GEA karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul GEA. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa timbul
GEA juga. Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
berlebihan), Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
D. Komplikasi
1. Diare
2. Renyatan Hiporomelik
3. Kejang
4. Bakteri kimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit


kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi sedang

Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,


suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti
tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot kaku sampai sianosis.
E. Manifestasi
1. Konsistensi fases cair dan frekuensi defikasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Fontanel cekung (bayi)
6. Berat badan menurun
7. Malaise
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pununjang GEA menurut Suriadi (2010) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah Adapun
G. Penatalaksanaan

Menurut Supartini (2014), penatalaksanaan medis pada pasien diare


meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.

a. Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan


yang di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na
HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut

b. Cairan Parenteral Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di


perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu
tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

1) Dehidrasi Ringan 1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari,


kemudian 125 ml / kg BB /oral.

2) Dehidrasi sedang 1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral


kemudian 125 ml / kg BB /hari.

3) Dehidrasi berat 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes /


kg BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml
/ kg BB oralit per oral.

c. Obat- obatan

Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui


tinja dengan ataau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung
beras, dsb).

1) Obat anti sekresi. Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis


minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.

2) Obat spasmolitik. Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin


ekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare sehingga tidak diberikan lagi.

3) Antibiotic Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada


penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila
terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.
H. Pengkajian askep
Pengkajian meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, pangkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak
hospitalisasi).
a. Biodata,
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang,
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Pemeriksaan Fisik
I. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b/d absorbsi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
J. Intervensi
Diharapkan Intervensi dari masing-masing diagnosa yang muncul dapat
teratasi.
K. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah direncanakan.
L. Evaluasi
Evaluasi diharapkan sesuai dengan kriteria hasil dengan SOAP
FORMAT PENGKAJIAN DATA (DI BANGSAL IBNU SINA)
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Rista , Erlin , Muazzudin


Tempat Praktek : RS PKU MUHAMADIYAH KOTA
Tanggal Praktek : 19 April

I. PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : 30 Mei 2021. Oleh :


Jam : 13.30 Sumber data : Orang tua dan RM

A. IDENTITAS
1. Pasien (Diisi lengkap)
Nama : An.f
Umur : 3 thn 8 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/Kebangsaan : Indonesia
Tgl. Masuk RS : 25 mei 2021
Tgl. Pengkajian : 26 Mei 2021
Diagnosa Medis : GEA dengan dehidrasi ringan,sedang
No. CM : 00xxx
Alamat : Jogoudan RT 36

2. Penanggung Jawab (Diisi lengkap)


Nama : Ny.
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jogoudan RT 36
Hub. dgn Pasien : ibu kandung

Keadaan Umum : sakit sedang


Kesadaran : composmetis
Alergi : tidak
Berat Badan :10,4 .kg Tinggi Badan : -
Tanda-Tanda Vital : Suhu: 38,8 Nadi 115.x/mnt
Respirasi 19.x/menit TD :120/80 mmHg

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan utama
(ibu pasien mengatakan anaknya demam hilang timbul sudah 3 hari
muntah 2 hari yang lalu, diare 3 x hari ini
 Lama Keluhan (sejak kemarin)

 Faktor pencetus
Tidak terkaji

 Sifat serangan (kronis atau akut)


Tiba tiba

 Pengobatan yang telah diperoleh


Injeksi ondansen 4mg, paracetamo 125 ml

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


 Penyakit yang pernah dialami :
a) Kanak kanak : ibu pasien mengatakan sebelumnya anak
memiliki pnyakit yang serupa
b) Kecelakaan . tidak pernah
c) Pernah dirawat: pernah di RS Pratama
d) Operasi : tidak pernah
 Alergi makanan: tidak ada
 Alergi obat : tidak ada
 Obat obatan : tidak ada

2. Riwayat Immunisasi: ibu pasien mengatakan imunisasi anak lengkap saat


usia 1-4 bulan

3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan (menggunakan instrumen


Denver)
 Pemeriksaan antropometri (BB: 3kg, TB:51, LK)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak mempunai penyakit ang
sama kecuali adek pasien
GENOGRAM

An. f (3thn)

: Laki - Laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keterangan tinggal serumah


: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

: Klien / Pasien
C. PENGKAJIAN PERSISTEM
1. PERNAPASAN
Spontan : ya
R.R :22.x/menit
Sesak : tidak
Oksigen : tidak menggunakan oksigen
Metode : tidak menggunakan oksigen
2. KARDIOVASKULER
Bunyi jantung : normal
TD : 120/80
Pengisian kembali kapiler ≤ 2detik
Denyut arteri femoralis:
- Kanan : tidak terkaji
- Kiri : tidak terkaji
Perdarahan: tidak
Ekstremitas : hangat
Pemasangan infus : terpasang infus RL 20 tpm ditangan sebelh kiri
Perifer Intravena : ya
Jenis cairan : ringer laktat
Jumlah tetesan : 20 tpm
Hasil Laboratorium
HB. : 11,8
Hematokrit : 35
Trombosit : 244
Leokosit : 5,9
NA+ : 129
K+ :4.0

3. GASTROINTESTINAL
BB saat ini 14kg
Diit : tidak terkaji
Jumlah minum : tidak tentu
Cara makan : di bantu
Frekuensi makan : kurang
Mukosa mulut : normal

Lidah : normal
Abdomen : tidak ada lesi dan simetris kiri kanan
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi :- .
Perkusi : timpani
Palpasi : ada nyeri tekan
Turgor : menurun
4. NEUROSENSORI
Tingkat kesadaran : composmetis
Respon terhadap nyeri : tidak
Tangisan : tidak ada
Kepala : normal tidak membengkak
Pupil : isokor
Reaksi terhadap cahaya : ada
Gerakan : normal
Kejang : saat dilakukan pengkajian tidak

5. INTEGUMEN
Warna kulit : pucat
Suhu : panas
Turgor : menurun
Kebersihan : bersih
Integritas : kering, tidak ada lesi
Kepala : bersih ,tidak terdapat benjolan
Mata : Sekret tidak ada
Hidung : simetris

6. REPRODUKSI
Jenis kelamin : laki-laki

D. PENGKAJIAN ASPEK FISIK-BIOLOGIS


 Pola Nutrisi
Frekwensi makan : 2 x shari
Berat badan/tinggi badan :10,4 kg
BB dalam 1 bln terakhir : menetap
Jenis makanan : nasi sayur, bubur
Makanan yang disukai : tempe
Makanan pantangan : tidak ada
Alergi makanan : tidak ada
Nafsu makan : kurang
Kurang, alasan : karena setiap kali di beri makanan muntah
Masalah pencernaan : mual,muntah,diare
Riwayat Operasi/trauma gastrointestinal : tidak ada
Diit RS :
Pasien memakan hanya setengah porsi
Kebutuhan pemenuhan ADL makan : di bantu orang tua

 Pola Eliminasi
a. Eliminasi Bowel
Frekuensi: 3xsehari
Penggunaan pencahar : tidak ada
Waktu : tidak tentu
Gangguan eliminasi bowel: tidak ada
Kebutuhan Pemenuhan ADL Bowel : Dengan orang tua
b. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 3-4 kali sehari
Warna : kuning keruh
Ggn. Eliminasi Bladder: tidak ada
Riwayat dahulu : tidak ada
Penggunaan kateter : tidak
Kebutuhan Pemenuhan ADL Bladder : di bantu orang tua

 Pola Aktifitas dan latihan


Pekerjaan : belum bekerja
Olah raga rutin :tidak ada
Alat bantu : tidak ada
Kemampuan melakukan ROM : aktif
Kemampuan Ambulasi : dibantu orang tua

 Pola Tidur dan istirahat


sebelum sakit : 7-9 jam
Kesulitan tidur di RS : Ya
Alasan : Suhu tubuh sering naik, lingkungan
Pola Kebersihan Diri
 Sebelum sakit: 2 kali sehari mandi dan di bantu orng tuanya
 Selama sakit: 1 kali sehari mandi dan di bantu oleh kedua orng
tuanya

1. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
 Aspek mental
Ibu pasien mengatakan anak sering rewel dan menangis,muntah diare

 Aspek Intelektual
Anak masih di bawah umur

 Aspek Sosial
Hubungan pasien dengan kedua orng tua baik

 Aspek Spiritual
Pasien beragama islam

2. Aspek Lingkungan Fisik


Pasien tinggal bersama keluarganya dirumahnya

Dukungan Keluarga terhadap Klien


Ibu, ayah psien mendampingi pasien saat di RS
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. DS : ibu pasien mengatakan anaknya Hipertermi (00007) Proses Penyakit
demam ibu pasien mengatakan kulit (mis. Infeksi)
anaknya teraba hangat
DO :
a. suhu 38,8oC
b. nadi 115 x / menit
c. RR 22x/mnit
d. TD 120/80 mmhg
e. Kulit teraba hangat
f. Muka tanpak pucat

2. DS : ibu mengtakan saat ini pasien Diare Faktor fisiologis


diare diare hari ini sudah 3 x (proses infeksi)
konsitensi cair/ encer
DO :
nyeri perut
Terdapat membran mukosa
bibir klien kering, turgor kulit
menurun, wajah tampak pucat ,hasil
pemeriksaan TTV Frekuesi nadi
115x/menit

3. DS : ibu mengtakan saat ini pasien Kekurangan volume Kehilangan cairan


muntah cairan aktif (muntah)
DO : pasien tampak lemas, mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN SEKARANG


1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah
3. Diare berhubungan dengan Faktor fisiologis (proses infeksi)

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX NOC NIC TTD
Hipertermi b/d Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740) Rista
proses penyakit keperawatan pada pasien 1. Monitor warna kulit dan suhu
dengan hipertermia 2. Monitor asupan dan keluaran, Erlin
diharapkan akan teratasi sadari perubahan kehilangan
dengan criteria hasil: cairan yang dirasakan Zudin
Termoregulasi (0800) 3. Pantau suhu badan dan tanda-
1. Melaporkan tanda vital
kenyamanan suhu dari 4. Dorong konsumsi cairan
skala 2 berat ke skala 4 5. Pastikan tanda lain dari
ringan infeksi yang terpantau
2. Hipertermia dari suhu 6. Kolaborasi dalam pemberian
39,10 (skala 2) ke obat penurun panas atau
370(skala 4) cairan iv
3. Peningkatan suhu kulit Pengaturan suhu ((3900)
skala 2 keskala 4 O : monitor dan laporkan adanya
tanda gejala dari hipertermia dan
hipertermia.
N : sesuaikan suhu lingkungan untuk
kebutuhan pasien
E :diskusikan pentingnya termogulasi
dan kemungkinan efek negative dari
demam yang berlebihan, sesuai
keutuhan
C :berikan pengobatan anti piretik,
sesuai kebutuhan.

Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare Rista


Keperawatan diharapkan - Identifikasi faktor yang
masalah pasien dapat mungkin menyebabkan diare
teratasi dengan kriteria (bakteri , obat,makanan) Erlin
hasil: - Evaluasi efek samping obat
Bowel Elemination - Ajari pasien/keluarga
 Frekuensi Bab menggunakan obat diare Zudin
menjadi normal dengan tepat
 Konsistensi feses - Anjurkan pasien/keluarga
normalGerakan untuk mencatat warna,
usus tidak volume, bau, konsistensi
meningkat (terjadi feses.
tiap 10-30 dtk) - Dorong pasien makan sedikit
 Tidak nyeri tapi sering (tambah secara

 Tidak kram bertahap)

 Tidak ada - Anjurkan pasien/keluarga

lendir,darah untuk menghindari makanan

 Gambaran yang berbumbu dan

peristaltic tdk menghasilkan gas

 Tampak Bau feses Manajemen Nutrisi


- Hindari makanan yang
normal, tidak
amis, bau busuk membuatalergi
- Hindari makanan yang tidak
bisa ditoleransi oleh klien
Berikan makanan secara
selektif
- berikan buah segar

kekurangan Hidrasi (0602) Monitor Cairan (4130) Rista


volume cairan 1 Turgor kulit dari 1 Tentukan riwayat jenis dan
b/d kehlangan cukup terganggu banyaknya intake cairan dan
cairan aktif (3) menjadi tidak kebiasaan eliminasi. Erlin
terganggu (5) 2 Tentukan faktor resiko yang
2 Membran mukosa menyebabkan ketidak
dari cukup seimbangan cairan Zudin
terganggu (3) 3 Monitor Vital Sign
menjadi tidak
terganggu (5) Manajemen Cairan (4120)
3 Nadi dari cukup 1 Timbang BB dan monitor
terganggu (3) kecenderungannya
menjadi tidak 2 Monitor status hidrasi
terganggu (5) (membran mukosa, denyut
Balance Cairan nadi)
- Tekanan darah 3 Berikan cairan intravena
normal
- Intake-output
seimbang dalam 24
jam
- Hmt dalam batas
normal
- BB stabil
- Rasa haus tidak
berlebihan
- Menbran mukosa
lembab

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
26-05-21 - Memantau suhu S: Rista
11.30 dan tanda-tanda - Ibu pasien mengatakan badan
vitalnya. anaknya masih teraba hangat
- Memonitor warna O: Erlin
o
kulit dan suhu - Suhu : 37,8 C
- Mendorong - Mukosa bibir kering
konsumsi intake Zudin
cairan yang lebih A:
banyak - Masalah hipertermia teratasi
- Kolaborasi sebagian
pemberian terapi
antipiretik 500mg P:
- Memberikan Lanjutkan intervensi
kompres - Pantau suhu dan tanda-tanda
vitalnya.
- Monitor warna kulit dan suhu
- Kolaborasi pemberian
antipiretik paracetamol
- Kompres hangat

- Memantau suhu S: ibu pasien mengatakan badan


27-05-21 dan tanda-tanda anaknya panas
14.45 vitalnya. 0: anak terlihat lemas, suhu 37,7
- Kolaborasi A: masalah pasien belum teratasi
pemberian terapi P: lanjutkan intervensi
antipiretik Pemberian injeksi paracetamol

- Memantau suhu S: Ibu pasien mengatakan anak sudah


28-05-21 dan tanda-tanda tidak demam
12.00 vitalnya. O: badan masih teraba hangat
- Kolaborasi Suhu, 37,2
pemberian terapi A: masalh pasien teratasi
antipiretik jika P: pertahankan, pantau terus suhu
pasien demam tubuh pasien

26.05.21 - Mengidentifikasi S: ibu pasien mengatakan diare Rista


10.00 penyebab diare muncul secara mendadak hari ini
- Memonitor keadaan sudah BAB 3x dengan konsistensi Erlin
umum pasien cair
- Mendorong pasien O: pasien tampak merintih, lemas Zudin
agar mau makan A: Masalah pasien belum teratasi
atau minum sedikit P: Intervensi dilanjutkan
tapi sering
- Memonitor keadaan S: ibu paasien mengatakan An.f hari
27.05.21 umum pasien ini sudah BAB 2x konsistensin sudah
07.30 mulai ada perubahan yaitu sedikit
- Memberikan terapi
lunak
injeksi kepda
O: Pasien tampak terbaring lemah
pasien
A: Masalah diare pasien belum
teratasi
- Mengukur ttv
P: Intervensi dilanjutkan dengan
pasien
pemberian obat diare.

- Memonitor keadaan
S: ibu pasien mengatkan hari ini
umum pasien
28.05.21 pasien sudah tidak BAB
09.00 O: Pasien sudah mulai bisa bermain
- Mengukur ttv
A: Masalah diare pasien teratasi
pasien
P: Pertahankan intervensi
- Mengganti cairan
infus pasien dengan
cairan infus vitamin
26-05-21 jam - Memberikan obat S: ibu pasien mengatakan anak Rista
16.00 ondansentron masih muntah
- Memonitor Vital O: akral hangat, terpasang infuse RL, Erlin
Sign kesadaran CM, nadi saat ini 89x/mnit
- Monitor status A: kekurangan volume cairan belum Zudin
hidrasi (membran teratasi
mukosa, denyut P: lanjutkan intervensi terapi cairan
nadi)
- Memberikan cairan
intravena

27.05.21 - Memonitor cairan S: ibu pasien mengatakan anak sudah


19.00 keluar (muntah) sudah tidak muntah lagi
O: Anak sedang tidur
- Berikan
A: masalah pasien teratasi
ondansentron jika
P: pertahankan
anak masih muntah
Daftar Pustaka

NANDA International.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2017 – 2020.


Jakarta: EGC
Nurjannah dan Tumanggor Roxsana. 2016. Nursing Interventions Classification
(NIC) dan (N0C). Edisi Bahasa Indonesia. Edisi keenam. Yogyakarta.
Mocomedia
Padila., Asuhan Keperawatan Maternita II 2015. Nuha Medika
Ngastiyah, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam . Edisi 1. EGC, Jakarta
Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.
EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai