Anda di halaman 1dari 16

GASTROENTERITIS AKUT

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi

Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus halus

(Lewis, 2000). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan

usus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat

kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala

keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz, 2002). Gastroenteritis atau diare adalah

penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari

biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2017).

Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung

dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan

sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.

B. Etiologi

Menurut Mansjoer (2010) etiologi gastroenteritis adalah :

1) Faktor infeksi
a. Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama gastroenteritis. meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi

virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit

(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)

1
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang

dapat menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut, tonsilitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.


2) Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada

bayi dan anak.

3) Faktor Makanan

Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,

beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

4) Faktor Psikologis

Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan

cemas ).

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut Cecyly dan

Betz (2009) adalah :

1. Diare
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak berlendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sekit perut.
7. Rasa kembung.
8. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
9. Kadang-kadang demam.

D. Patofisiologi

2
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke

dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme

tersebut berkembang baik, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin

tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen

bakteri (seperti E.coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung

dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.

Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti Shigella

dysenteriae,Vibrio parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic

E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses

bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit

dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan

enterovasif E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,serta inflamasi (Jones,

2003).

Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit

memberikan manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa (metabolik

asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-Bikarbonat bersama feses.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.

Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat kerana tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion

Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler (Levine, 2009)

Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah

dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output

3
melebihi intake. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga

disertai gangguan elektrolit (Prescilla, 2009).

4
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis

yang tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan

yang perlu dikerjakan menurut Atmaja (2007) adalah :


1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman

untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai

antibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada

intoleransi glukosaa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K

dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi

karena malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses

inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum

dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.


3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama

pada diare kronik

F. Klasifikasi

Klasifikasi gastroenteritis menurut Depkes RI (2009), diare diklasifikasikan

menjadi diare akut dan kronis.

1) Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang

dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi:


a. Diare non-inflamasi

5
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare

menjadi cair dengan volume besar tanpa lendir dan darah. Keluhan

abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi

cepat terjadi apabila tidak mendapatkan cairan yang seseuai sebagai

pengganti. Tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaaan feses rutin.


b. Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran

sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas

sampai dengan nyeri kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan

gejala dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada

pemeriksaan feses rutin dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit

polimorphonuklear (PMN).
2) Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis diklasifikasikkan

kembali secara klinis menjadi:


a. Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan

oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan

sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke

dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin

kolera, pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif

non osmotic dan hormone intestinal (gastrin vasoaktif intestinal

polypeptide (VIP))2)
b. Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus

sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari dalam

plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.


c. Diare eks datif

6
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus

halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi

akibat infeksi bakteri atau bersifat non-infeksi seperti gluten sensitive

enteropathy, inflammatory bowel disease ataupun akibat radiasi.

Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu

transit makanan dan minuman diusus menjadi lebih cepat. Pada kondisi

tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus dapat

muncul diare ini.

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Supartini (2004) penatalaksanaan medis pada pasien

gastroenteritis meliputi:

a. Pemberian cairan

Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan

derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

1). Pemberian cairan

Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan

peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan

glukosa untuk diare akut.

2). Cairan Parenteral

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai

dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya

cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan

7
tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan

kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

a) Dehidrasi Ringan: 1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari,

kemudian 125 ml / kg BB /oral.

b) Dehidrasi sedang: 1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral

kemudian 125 ml / kg BB /hari.

c) Dehidrasi berat: 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg

BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg

BB oralit per oral.

b. Obat- obatan

Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang

melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras,

dsb).

1). Obat Anti sekresi

Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.

Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.

2). Obat spasmolitik

umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,

opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,

obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada

manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.

3). Antibiotic

8
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang

jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg

BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti

OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.

2. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain :
a. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi

turun, anuria, keadaan kulit/turgor.


c. Hentikan makanan padat
d. Monitor tanda –tanda vital
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah :

1. Identitas /Biodata
a. Identitas Pasien
b. Identitas Penanggung Jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak

air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor

kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB

lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.


b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola fungsi kesehatan :
a. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pasien tidak mengetahui

penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.


b. Pola Nutrisi dan metabolic: diawali dengan mual, muntah, anopreksia,

menyebabkan penurunan berat badan pasien.

9
c. Pola Eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4

kali sehari,BAK sedikit atau jarang.


d. Pola aktifitas dan latihan: akan terganggu karena kondisi tubuh yang

lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh

orang lain.
e. Pola istirahat tidur: akan terganggu karena adanya distensi abdomen

yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.


f. Pola persepsi sensoris dan kognitif: pasien masih dapat menerima

informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.


g. Pola hubungan dengan orang lain
h. Pola reproduksi / seksual
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
j. Pola mekanisme koping: pasien mengalami kecemasan yang

berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki

koping yang adekuat.


k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
4. Pemeriksaan fisik ( head to toe)
a. Data umum
b. Pemeriksaan head to toe

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis

menurut NANDA adalah :

1. Defisit volume cairan berhubung dengan kehilangan cairan aktif

2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubung dengan ekskresi/BAB sering

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan

penurunan intake makanan

4. Cemas berhubung dengan perubahan status kesehatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

10
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Defisit volume cairan NOC: NIC :
b/d kehilangan cairan  Fluid balance Fluid management
aktif  Hydration  Timbang
 Nutritional Status : popok/pembalut jika
Food and Fluid Intake diperlukan
Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan
 Mempertahankan urine intake dan output yang
output sesuai dengan akurat
usia dan BB, BJ urine  Monitor status hidrasi
normal, HT normal ( kelembaban membran
 Tekanan darah, nadi, mukosa, nadi adekuat,
suhu tubuh dalam batas tekanan darah
normal ortostatik ), jika
 Tidak ada tanda tanda diperlukan
dehidrasi, Elastisitas  Monitor vital sign
turgor kulit baik,  Monitor masukan
membran mukosa makanan / cairan dan
lembab, tidak ada rasa hitung intake kalori
haus yang berlebihan harian
 Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
 Monitor status nutrisi
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Hypovolemia
Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan
ourput cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital

11
 Monitor responpasien
terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan Iv
monitor adanya tanda
dan gejala
kelebihanvolume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure
integritas kulit b/d Skin and Mucous Management
ekskresi/BAB sering Membranes  Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan pakaian
 Integritas kulit yang yang longgar
baik bisa dipertahankan  Hindari kerutan padaa
(sensasi, elastisitas, tempat tidur
temperatur, hidrasi,  Jaga kebersihan kulit
pigmentasi) agar tetap bersih dan
 Tidak ada luka/lesi pada kering
kulit  Mobilisasi pasien (ubah
 Perfusi jaringan baik posisi pasien) setiap dua
 Menunjukkan jam sekali
pemahaman dalam  Monitor kulit akan
proses perbaikan kulit adanya kemerahan
dan mencegah  Oleskan lotion atau
terjadinya sedera minyak/baby oil pada
berulang derah yang tertekan
 Mampu melindungi  Monitor aktivitas dan
kulit dan mobilisasi pasien
mempertahankan  Monitor status nutrisi
kelembaban kulit dan pasien
perawatan alami  Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : food makanan
penurunan intake and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli
 Nutritional Status : gizi untuk menentukan
nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi
 Weight control yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk

12
dengan tujuan meningkatkan protein
 Beratbadan ideal sesuai dan vitamin C
dengan tinggi badan  Berikan substansi gula
 Mampu  Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
 Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
malnutrisi  Berikan makanan yang
 Menunjukkan terpilih (sudah
peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan
pengecapan dari ahli gizi)
menelan  Ajarkan pasien
 Tidak terjadi penurunan bagaimana membuat
berat badan yang berarti catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan
muntah

13
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :
status kesehatan  Anxiety control Anxiety Reduction
 Coping (penurunan kecemasan)
 Impulse control  Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
 Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala pasien
cemas  Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik  Pahami prespektif pasien
untuk mengontol cemas terhdap situasi stres
 Vital sign dalam batas  Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan
 Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah, bahasa tubuh  Berikan informasi
dan tingkat aktivitas faktual mengenai
menunjukkan diagnosis, tindakan
berkurangnya prognosis
kecemasan  Dorong keluarga untuk
menemani anak
 Lakukan back / neck rub
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal

14
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

15
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta : Diva
Press

Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults
Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of
Infectious Disease. 205 : 1374-1381.

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5.
Jakarta : EGC

Gordon, M.(1994).nursing diagnosis: procces and application (3rd ed).st.louis: Mosby

Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management of


clinical problem. Missouri : Mosby Company

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta:Media Aesculapins

Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika.

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.

Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis keperawatan.Edisi
ke-9. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai