Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis adaah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai defekasi yang meningkat
(padila,2013).
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare
(89%), dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang pa;ing sering dilaporkan oleh
kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membrane
mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada
<10% pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan yang mencakup radang tenggorokan,
batuk, dan rinorea dilaporkan sekitar 10% (Bresce ct al, 2012)

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit gastroenteritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan defenisi gastroenteritis
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan etiologi gastroenteritis
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologi gastroenteritis
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinis gastroenteritis
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
gastroenteritis
f. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan klasifikasi gastroenteritis
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan medis
gastroenteritis
h. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan keperawatan
gastroenteritis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus halus
(lewis,2000).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit (cecyly, Betz, 2002).

B. Etiologi
Menurut mansjoer (2000) etiologi gastroenteritis adalah :
1) Factor infeksi
a. Infeksi internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E, coli,
Salmonella, Shingella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astrovirus, dll), infeksi parasite
(E.hystolytica, G.lamblia, T.hominis) dan jamur (C.albicans)
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis, seperti : otitis akut, tonsillitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Factor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, malkosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
3) Factor Makanan
Gastroentetritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Factor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena factor psikologi (rasa takut dan cemas)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut Cecyly dan Betz
(2009) adalah :
1. Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara
menetap atau berulang, penderita akan mengalami penurunan berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah
3. Tinja yang berbuih
4. Konsistensi tinja tampak berlendir
5. Tinja dengan konsentrasi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sakit perut
7. Rasa kembung
8. Mual, kadang-kadang sampai muntah
9. Kadang-kadang demam

D. Patofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi karena masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli dan
Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran
sekresi air kedalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bias memproduksi
sitotoksin (seperti Shigella dysenteriac, Vibrio parahaemolitikus, clostridium difficile,
enterohemorrhagic E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang terinflamasi.
Invasi enterosit dilakukan beberapa mikroba seperti shigella, organisme
campylobacter, dan enterovasif E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi, serta
inflamasi (Jones, 2003).
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa (metabolic asidosis). Hal ini terjadi
karena hilangnya Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolism lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadi penimbunan asam laktat
karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolism yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler (Levine,
2009).
Respon patologis peting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi,
yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake.
Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan
elektrolit (prescillia, 2009).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratoriumprnting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat
sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan perlu dikerjakan
menurut Suraatmaja (2007) adalah :
1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makrokopis dan mikroskopis, biakkan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi ekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadang Natrium, Kalsium, dan Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik

F. Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare diklasifikasikan menjadi
diare akut dan kronis.
1) Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari diare akut diklasifikasi kembalu secara klinis menjadi:
a. Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
menjadi cair dengan volume besar tanpa lender dan darah. Keluhan
abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi cepat
terjadi apabila tidak mendapatkan cairan yang sesuai sebagai pengganti.
Tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaan feses rutin.
b. Diare Inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin
di kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas sampai dengan nyeri
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan gejala dehidrasi. Secara
makroskopis terdapat lender dan darah pada pemeriksaan feses rutin dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorphonuklear (PMN)
2) Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis diklasifikasikan
kembali secara klinis menjadi:
a. Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air
dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin kolera,
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non osmotic
dan hormone intestinal (gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP))
b. Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
sehingga osmolaritas meningkat dan air tertarik dari dalam plasma ke
lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laetase atau akibat garam magnesium.
c. Diare eks datif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non-infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflammatory bowel discase ataupun akibat radiasi. Kelompok lain akibat
gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan dan
minuman diusus menjadi cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus
iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini.

G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Menurut Supartini (2004) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi :
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis harus memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCL dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b. Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya ini tergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) diberikan
tergantung berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg
BB/oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral, kemudian 125 ml/kg
BB/hari
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit
(inperset 1 ml: 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/kg BB
oralit/oral
2. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa/karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
klorrpomozim, dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari.
b. Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaveria estrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga
tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya korela, diberikan
tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari. Antibiotic juga diberikan bila
terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitiss /
bronkopeneumonia.

2) Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Nungroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain:
1. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
3. Hentikan makanan padat
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah:
1) Identitas/biodata
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola fugsi kesehatan :
a. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi sensoris dan kognitif
g. Pola hubungan dengan orang lain
h. Pola reproduksi/seksual
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
j. Pola mekanisme koping
k. Pola nilai kepercayaan/keyakinan
4) Pemeriksaan fisik
a. Data umum
b. Pemeriksaan head to toe

B. Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut
NANDA adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(diare, muntah)
2. Hipertensi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan
4. Kurangnya pengetahuan tentang gastroenteritis berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan menurut NANDA NIC NOC adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
(diare, muntah)
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan
teratasi dan keseimbangan elektrolit, asam basa dapat tercapai dengan kriteria hasil:
keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, asupan
makanan dan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pantau warna, jumlah, dan
frekuensi kehilangan volume cairan (rasional untuk mempermudah penghitungan
balance cairan), pantau status hidrasi missal kelembaban membrane mukosa,
keadekuatan nadi (rasional untuk menentukan tingkat dehidrasi), tingkatkan asupan
cairan peroral (rasional untuk mengurangi dehidrasi), manajemen nutrisi missal diet
makanan padat, pantau asupan makan klien (rasional untuk menyediakan asupan
makanan dalam diet seimbang), kolaborasi pemberian cairan parental RL (rasional
untuk menggantikan cairan dalam tubuh yang hilang saat diare)
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi dapat
teratasi dengan kriteria hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh
dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan
warna kulit tidak ada.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat kenaikan suhu
tubuh (rasional untuk suhu 380-400C menunjukan proses infeksi sehingga membantu
untuk menentukan intervensi yang tepat), pantau warna kulit (rasional untuk
mempermudah mengenai hipertermi), pantau suhu badan minimal setiap dua jam atau
sesuai kebutuhan (rasional untuk indicator perkembangan kondisi pasien), pantau
nadi dan pernafasan (rasional jika hipertermi maka nadi dan pernafasan meningkat),
berikan kompres air hangat pada kening, ketiak dan lipatan paha (rasional untuk
menurunkan hipertermi melalui proses evaporasi), kolaborasi dalam pemberian obat
antipiretik (rasional untuk menurunkan suhu tubuh dengan menstimulasi pusat
pengaturan suhu dihipotalamus)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah, hilangnya nafsu
makan.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat, mempertahankan
berat badan atau pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah
setelah makan.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji status nutrisi pasien serta
intake dan outputnya (rasional untuk mengetahui status nutrisi pasien), timbang BB
setiap hari (rasional untuk mengetahui apakah ada penurunan BB atau tidak karena ini
indicator perubahan status nutrisi), observasi dan catat respon terhadap pemberian
makan (rasional untuk mengkaji toleransi pemberian makanan), anjurkan untuk
memberikan makanan sedikit tapi sering (rasional untuk mengurangi menekan kerja
gastrik sehingga mengurangi mual dan mencegah resiko muntah), kolaborasi dalam
pemberian obat anti emetic (rasional untuk mencegah muntah dengan menstimulasi
pusat pengetahuan muntah chemoreceptor trigger zone dan central vomiting centre)
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan perawatannya berhubungan
dengan kurang informasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga mengerti tentang
kondisi penyakit dan perawatan dirumah dengan kriteria hasil: keluarga pasien
mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis, cara-cara
membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan (rasional untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
tentang penyakit tersebut), berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi, berikan
penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan (rasional untuk
membantu memahami informasi yang berhubungan dengan kondisi, berikan
penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan (rasional untuk
membantu memahami informasi yang berhubungan dengan penyaktnya, mengurangi
kecemasan pada setiap melakukan tindakan), berikan penjelasan tentang perawatan
dirumah seperti pembuatan larutan gula garam (rasional untuk mengetahui
penanganan awal diare dirumah)
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kuliut tidak mengalami
kerusakan dengan kriteria hasil: hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam
rentang yang diharapkan, terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit terjaga
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.

Penyebabnya terjadi karena tiga factor berikut (Mansjoer Arief, 2000) :


1. Factor infeksi
a. Infeksi internal: infeksi saluran pencernaan yang merupakan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis
b. Infeksi parental: merupakan infeksi di luar system pencernaan di luar system
pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis
2. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Gastroenteritis dapat
terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracum dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
3. Factor psikologis

B. Saran
Dalam melakukan perawatan Gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare serta derajat dehidrasi pada klien,
perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi
yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkomunikasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab diare, pencegahan, dan penanganan.

DAFTAR PUSTAKA
Bresce, J. S., et al., 2012. The Etology of Serverc Acute Gastroenteritis Among Adults
Visiting Emergency Department in the United States. The Journal of Infectious Discase. 205
: 1374-1381.

Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapins

Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management of


clinical problem. Missouri : Mosby Company

https://www.academia.edu/19928205/Makalah_Gastroenteritis. 20.00 wib, 21 sep 2019.

Anda mungkin juga menyukai