Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Dengan GEA

Di susun oleh :
TRIANI D. HADAM
14420212129

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………….) (…………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. Konsep Penyakit Terkait Keperawatan Anak
1. Definisi GEA
Gastroenteritis atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare adalah
pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan frekwensi
lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Ardiansyah, 2015).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastroenteristis akut yang
ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Kriswantoro, Munawaroh, & Ririn, 2020).
2. Etiologi
Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa Faktor antara lain (Ramanda,
Felisitas, & Widi, 2019) :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
gastroenteritis adalah :
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis,
Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :
1) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan GEA. Gejalanya berupa GEA berat , tinja berbau
asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GEA seperti ini, maka bisa
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
2) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut
dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah
lemak menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan
3) penyerapan sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase
karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GEA. GEA pada kasus ini
fecesnya berlemak.
4) Malabsorbsi Protein. GEA yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein
d. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan
kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
3. Manifestasi Klinis
a. Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus,
kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motalitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi
cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GEA yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit
(Ardiansyah, 2015). Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GEA meliputi
hal – hal berikut yaitu:
a. Gangguan Osmotik.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh mukosa usus
akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul GEA.
b. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus dan
selanjutnya timbul GEA karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul GEA. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa timbul
GEA juga. Dari ketiga mekanisme diatas GEA dapat menyebabkan :
a) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran berlebihan)
c) Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Kriswantoro, Munawaroh, &
Ririn, 2020).
5. Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7
atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai dengan
peradangan (Fransisca, 2016).
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Gastroenteritis adalah :
a) Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram).
b) Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi
c) Hiponatermi
d) Syok Hipovolemik
e) Asidosis Dehidrasi (Ramanda, Felisitas, & Widi, 2019).
7. Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan pununjang gastroenteritis adalah :
a) Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
b) Pemeriksaan intubasi duodenum.
c) Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d) Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
e) Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
retensi terhadap berbagai antibiotik.
f) Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
terutama Na, K, Ca, P Serum pada GEA yang disertai kejang
g) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal gi
h) Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada GEA kronik
8. Penatalaksanaan
Menurut Anwar (2020) pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan
pengetahuan, keahlian, serta pertimbangan professional di setiap tindakan untuk
membuat keputusan.
Tujuan penatalaksanaan diare terutama :
a) Mencegah dehidrasi
b) Mengobati dehidrasi
c) Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah
diare.
d) Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

Cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun yaitu

1. Rehidrasi menggunakan oralit


a. Pemberian Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium Klorida
(NaCl), Kalium Klorida (KCI), Sitrat dan Glukosa. Oralit osmolaritas rendah
telah di rekomendasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations International
Children’s Emergency Fund).

b. Manfaat Oralit.
Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati dehidrasi
sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare. Sejak tahun
2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada
pederita diare akan :
1) Mengurangi volume tinja hingga 25%
2) Mengurangi mual muntah hingga 30%
3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai
33%.
c. Cara membuat Oralit
1) Cuci tangan dengan air dan sabun
2) Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200 cc)
3) Masukan satu bungkus Oralit 200cc
4) Aduk sampai larut
5) Berikan larutan oralit kepada penderita diare
d. Cara memberikan cairan oralit
1) Berikan dengan sendok atau gelas
2) Berikan dikit demi sedikit sampai habis
3) Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan
sabar sesendok setiap 2-3 menit
4) Walau diare berkelanjut, Oralit tetap diteruskan Bila larutan oralit pertama
habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.
B. Konsep Askep Legal Etik Keperwatan
1. Pengertian Etika Keperawatan
Etika keperawatan adalah kerangka berpikir bagi perawat dalam membuat
keputusan, bertanggungjawab pada masyarakat, anggota tim kesehatan lain dan pada
profesinya, sedangkan etika profesi keperawatan merupakan alat ukur perilaku moral
dalam keperawatan. Organisasi profesi dapat meletakan kerangka berpikir perawat
untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab kepada masyarakat, anggota tim
kes lain dan kepada profesi

2. Tujuan Etik Keperawatan


Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan adalah mampu:
a. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
b. Membentuk strategi / cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan.
c. Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.
3. Prinsip etik
a. Autonom (Otonomi)
Gagasan otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa orang mampu menalar
dan membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kemampuan untuk membuat penilaian dan pilihan mereka sendiri, yang harus
dihormati oleh orang lain. Pengertian otonomi dapat dilihat sebagai komitmen non-
koersif untuk berperilaku rasional atau sebagai semacam penghormatan terhadap
seseorang. Otonomi dan kebebasan individu memerlukan diskriminasi diri, yang
didefinisikan sebagai otonomi. Ketika seorang perawat menghormati kebebasan
klien untuk membuat keputusan mengenai perawatannya, praktik profesional
menunjukkan otonomi.
b. Beneficience (Berbuat Baik)
Istilah "menguntungkan" mengacu pada hanya berbuat baik. Kebaikan berarti
menghindari perbuatan salah atau kejahatan, menghilangkan perbuatan salah atau
kejahatan, dan meningkatkan kebajikan dalam diri sendiri dan orang lain. Kadang-
kadang ada bentrokan antara ide ini dan otonomi dalam pengaturan perawatan
kesehatan.
c. Justice (Keadilan)
Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan bagi mereka yang memelihara
standar moral, hukum, dan kemanusiaan, diperlukan prinsip keadilan. Nilai ini
ditunjukkan dalam praktik profesional ketika perawat berusaha memberikan
perawatan kesehatan yang berkualitas dengan mengikuti hukum, standar praktik,
dan keyakinan.

d. Normal Eficience (Tidak Merugikan)


Prinsip ini mensyaratkan tidak menyebabkan kerugian pada pelanggan, baik
secara fisik maupun psikologis.
e. Veracity (Kejujuran)
Istilah "penuh kebenaran" mengacu pada gagasan ini. Profesional perawatan
kesehatan harus menghargai untuk mengomunikasikan kebenaran kepada setiap
klien dan menjamin bahwa pelanggan mengerti. Prinsip ini berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk jujur.
f. Fidellity (Menepati Janji)
Individu harus mematuhi ide ini dengan menghormati janji dan kewajiban
mereka kepada orang lain. Perawat menindaklanjuti janji mereka dan
merahasiakan informasi pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi klien harus dijaga kerahasiaannya, sesuai dengan konsep
kerahasiaan. Segala sesuatu dalam dokumen catatan kesehatan klien harus dibaca
secara eksklusif sehubungan dengan perawatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kriteria yang tepat dimana kegiatan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang ambigu atau tidak biasa.
i. Informed Consent
"Informed Consent" terdiri dari dua kata: "informed," yang berarti "telah
menerima penjelasan atau informasi," dan "consent," yang berarti "menyetujui atau
memberikan izin." Akibatnya, "informed consent" menunjukkan keputusan yang
dibuat setelah memperoleh pengetahuan. Akibatnya, "informed consent" dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya
setelah diberitahu tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya dan
bahaya yang terkait (Putri & Kurniasih, 2016).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Pengkajian meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama, suku, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk Rs,tanggal
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan sekarang PQRS
P : apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan, diare
dapat disebabkan infeksi,faktor makanan dan faktor malabsorbsi.
Q : frekuensi Bab lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir,konsistensi
cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga mengganggu aktifitas sehari-
hari.
R : Perut terasa sakit, anus terasa perih.
S : skala/keparahan, kondisi lemah dapatmenurunkan aktifitas sehari-hari
T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu , lamanya diare akut 3-5 hari. Diare
berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran
kemih, otitis media akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
f. Lingkungan Rumah dan Komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang mudah
terkena kuman penyebab diare
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Bak/Bab di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang baik, sehingga
mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
i. Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap diare,
sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan dapat
menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan dehidrasi.
j. Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah atau
lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap kehilangan
cairan lewat urin

k. Pola Iatirahat dan tidur


Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang lemah,
sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
b) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
c) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua
ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang
dari 2 detik), berarti GEA tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali
dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GEA dengan
dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali
lebih dari 2 detik), ini termasuk GEA dengan dehidrasi berat.
3) Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia di
bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung
kedalam.
4) Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
5) Mulut dan lidah
a. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
b. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
c. Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
d. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda
lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit 3) Perkusi :
biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
3) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi
perut
e. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi
yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang
mengalami GEA, yaitu: Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis
maupun mikroskopi dengan kultur . Test malabsorbsi yang meliputi
karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hipovolemia
c. Defisit nutrisi
d. Hipertermi
e. Risiko gangguan integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


keperawatan
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
intervensi keperawatan Observasi  Untuk mengetahui lokasi
selama 3x 24 jam dengan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
 skala nyeri klien 0-2. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Expresi wajah klien intensitas nyeri  Untuk mengetahui skala
tenang.  Identifikasi skala nyeri  nilai 1-10 nyeri - Untuk
 Postur tubuh rileks.  Identifikasi respon melihat bagaimana respon
 Dapat tidur/istirahat nyeri non verbal – nyeri klien
dengan cukup. Identifikasi  Untuk mengetahui hal yang
 Klien menyatakan  faktor yang dapat meringankan atau
nyeri hilang memperberat dan memperberat nyeri
meringankan nyeri Terapeutik
Terapeutik  Tindakan ini
 Berikan teknik memungkinkan klien
nonfarmakologi untuk mendapatkan rasa kontrol
mengurangi nyeri terhadap nyeri
 Kontrol linkungan  Untuk mengontrol
yang memperberat lingkungan yang dapat
nyeri memperberat nyeri
 Fasilitasi istirahat
 dan tidur Edukasi
Edukasi  Untuk menambah
 Jelaskan penyebab, pengetahuan klien tentang
periode dan pemicu penyakitnya
nyeri  Untuk mengajarkan klien
 Anjurkan mengenai
menggunkaan  pemberian analgesik
analgetik secara tepat Kolaborasi - Untuk
Kolaborasi mengurangi rasa nyeri yang
 Kolaborasi pemberian dialami klien
analgetik, jika perlu
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia Observasi
intervensi keperawatan Observasi  Untuk mengetahui
selama 3x 24 jam dengan  Periksa tanda dan penyebab hipovelemia
kriteria hasil: gejala hipovolemia (  Untuk mengetahui
 Turgor kulit membaik mis frekuensi nadi kecukupan cairan
 Bb meningkat meningkat, nadi teraba Teraupetik
 Membran mukosa baik lemah, tekanan darah  Hitung kebutuhan cairan
 Intake cairan membaik menurun, tekanan nadi  Berikan asupan cairan oral
 Output urin meningkat menyempit, turgor Edukasi
kulit menurun,  Anjurkan memperbanyak
membran mukosa asupan cairan oral
kering, volume urin Kolaborasi
menurun, haus, lemah)  untuk memenuhi kebutuhan
 Mengidentifikasi dan cairan
mengelola penurunan
volume cairan
intravaskuler
 Monitor intake dan
output
Terapeutik
 Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan asupan airan
oral
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak cairan
oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan IV
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nurisi : Observasi
intervensi keperawatan Observasi  untuk mengetahui asupan
selama 3x 24 jam dengan  Identifikais status nutrisi nutrisi pada klien
kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan  menentukan jumlah kalori dan

 Adanya peningkatan nutrisi dan jenis nutrient jenis nutrisi yang dibutuhkan

berat badan anak Teraupetik untuk memenuhi persyaratan


 Berikan makanan tinggi gizi
sesuai dengan tujuan
kalori dan tinggi protein Terapeutik
 Berat badan ideal
 Berikan suplemen  untuk membantu dalam
sesuai dengan tinggi
makanan, jika perlu proses penyembuhan
badan
 Mampu  Hentikan pemberian  untuk menanmbah nafsu
mengidentifikasi makan melalui selang makan klien

kebutuhan nutrisi anak nasogatrik jika asupan  karena klien sudah bias
oral dapat ditoleransi
 Tidak ada tanda – makan melalui mulut
Edukasi Edukasi
tanda malnutrisi
 Ajarkan diet yang
 Menunjukkan  untuk menjaga asupan
diprogramkan
makanan yang dibutuhkan
peningkatan fungsi
Kolaborasi tubuh
pengecapan dari  Kolaborasi dengan ahli
Kolaborasi
menelan gizi untuk menentukan
 untuk membantu dalam
 Tidak terjadi jumlah kalori dan jumlah
proses penyembuhan klien
penurunan berat badan nutrisi yang dibutuhkan,
yang berarti jika perlu

Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermi Observasi


intervensi keperawatan Observasi  Untuk mengetahui
selama 3x 24 jam dengan.  Identifikasi penyebab perkembangan kesehatan
Kriteria Hasil : hipertermia pasien dan memudahkan
 Suhu tubuh dalam  Monitor suhu tubuh pemebrian therapy
rentang normal  Monitor kadar  Untuk pemberian intervensi
 Nadi dan RR dalam elektrolit  Untuk mengetahui adanya
rentang normal  Monitor haluan urin perubahan kadar elektrolit
 Tidak ada perubahan  Memonitor kompilkasi  Mengetahui adanya
warna kulit dan tidak akibat hipertermi masukan dan haluaran
ada pusing Terapeutik urine
 Sediakan lingkungan  penanganan komplikasi
yang digin Terapeutik
 Longgarkan atau  rasional Mencegah
lepaskan pakaian peningkatan suhu
 Berikan cairan oral  Menceh peningkatan suhu
 Lakukan kompres  Mencegah terjadinya
hangat dehidrasi
Edukasi Edukasi
 Anjurkan tirah baring  Mengembalikan energi
Kolaborasi Kolaborasi
 Pemberian analgetik  Untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasi pemberian  Mencegah terjadinya
cairan dan elektrolit dehidrasi
intravena, jika perlu
Risiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Observasi
integritas kulit intervensi keperawatan Kulit  Untuk mengetahui
selama 3x 24 jam dengan Observasi gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil :  Identifikasi penyebab Terapeutik
 Kerusakan integritas gangguan integritas  Untuk mencegah terjadinya
kulit membaik 2 kulit ( mis perubahan decubitus akibat tirah
 Perdarahan berkurang sirkulasi, perubahan baring
 Kemerahan berkurang status nutrisi,  Agar pasien rileks
 Hematoma berkurang penurunan Edukasi
kelembaban, suhu  Minum air putih untuk
lingkungan ekstrem, menjaga kestabilan kulit
penurunan mobilitas.  Menambah stamina dan
Terapeutik menambah asupan nutriri
 Ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
Edukasi
 Anjurkan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi

4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi ini dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada rencana strategi untuk membantu perawat mencapai tujuan yang di harapkan
(Irman Ode, 2020).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya
sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi tindakan. (Irman
Ode, 2020).

D. Mind Mapping dan Pathway


1. Mind Mapping

KLASIFIKASI

1. Diare Akut
DEFINISI Diare yang awalnya mendadak
Gastroenteritis atau di masyarakat umum dan berlangsung singkat, dalam
lebih dikenal dengan diare adalah beberapa jam sampai 7 atau 14
pengeluaran feces yang tidak normal dan hari.
berbentuk cair / encer dengan frekwensi 2. Diare Kronik
lebih banyak dari biasanya Diare yang berlangsung lebih
dari tiga minggu. Ketentuan ini
berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu dua
minggu.

GEA
ETIOLOGI
(Gastroenteritis)

 Infeksi interal
Bakteri, virus, parasit
 Infeksi Parental : Infeksi Manifestasi Klinis
diluar alat pencernaan seperti :  Peningkatan frekuensi defekasi
Tonsilitis, Encefalitis, dan kandungan cairan dalam
Broncopneumonia feses
 Maloborsi  Kram abdomen, distensi,
gemuruh di usus (borborigmus),
Protein, karbohidrat, lemak anoreksia dan rasa haus,
 Faktor makanan : KOMPLIKASI kontraksi anus dan nyeri serta
Makanan yang sudah basi, mengejan yang tidak efektif
a) Hipokalemia (dengan gejala (tenemus) setiap kali defekasi.
Alergi makanan tertentu,
makanan kurang matang, matiorisme hipotonic otot  Feses cair, yang
mengindikasikan penyakit pada
makanan tercemar atau lemah bradikardi perubahan usus kecil
beracun  Feses semi padat, lunak yang
elektrokardiogram). disebakan oleh gangguan pada
b) Cardiac dysrhythimia akibat usus besar
 Terdapat lender, darah, dan
hipokalemia dan hipokalsemi nanah dalam feses, yang
menunjukan kolitis atau
c) Hiponatermi
inflamasi
d) Syok Hipovolemik
e) Asidosis Dehidrasi
2. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin dan tidak dapat


Dan berkembang menungkat
Dalam usus diabsorbsi

Toksin dalam Pergeseran air dan elekrolit Hiperpeistaltik


dinding usus ke rongga usus
halus

Kemampuan absobsi
Kemerahan dan Isi Rongga usus
menurun
gatal meningkat

GASTROENTERITIS

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit disekitar Cairan yang Refleks spasme Agen pirogenic Mual dan muntah
anus lecet dan keluar banyak dinding perut
iritasi

Suhu tubuh Anoreksi


Nyeri akut
Kemerahan dan Dehidrasi meningkat
gatal

Hipertermia Ketidak
Risiko kerusakan Kekurangan seimbaangan
integritas kulit volume caairan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. (2015). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.

Fransisca, H. (2016). Penyakit Langganan Anak. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI:Katalog


Dalam Terbitan( KDT).
Kriswantoro, A., Munawaroh, S., & Ririn. (2020). Studi Literatur Asuhan Keperawatan
Gastroenteritis Pada Anak Dengan Masalah Hipovolemia. Health Sciences Journal , 5
(1), 30-34.

Putri, A, Astuti, H. T, & Kurniasih, N. 2016. Pengertian dan Contoh Aspek Legal Etik
Dalam Keperawatan Anastesi. Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Ramanda, E., Felisitas, & Widi. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis
Dengan Masalah Defisit Volume Cairan Di RS Pantai Waluya Malang.

Anda mungkin juga menyukai