Anda di halaman 1dari 23

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan pendahuluan tentang
Hipertensi.

Kami menyadari Laporan Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasia
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Makassar, 10 mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................................................
Daftar isi ............................................................................................................................................................
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi 1
2. Klasifikasi 1
3. Etiologi 2
4. Phatofisiologi 2
5. Faktor resiko 3
6. Manifestasi klinis 4
7. Komplikasi 5
8. Pemeriksaan penunjang 5
9. Penatalaksanaan 6
10. Phatway 10
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian 11
2. Diagnosa 12
3. Intervensi 13
4. Implementasi 18
5. Dokumentasi 18
Daftar pustaka

ii
A. Konsep medis

1. Defenisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal dan semakin tinggi tekanan darah,
semakin besar resikonya (Nurarif and Kusuma 2015). Hipertensi adalah
tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg selama periode berkelanjutan, berdasarkan rata-rata dari dua atau
lebih pengukuran tekanan darah yang dilakukan (Yadecha et al. 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang
bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefenisikan
sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
> 90 mmHg (Udjianti 2013).
2. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dikelompokkan sebagai berikut Nurarif
and Kusuma (2015) :
No Kategori Sistolik Diastolik
1. Normal 120-129 80-84
2. Pra hipertensi 130-139 85-89
3. Hipertensi Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
4. Hipertensi Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
5. Hipertensi Grade 3 (berat) 180-209 110-119
6. Hipertensi Grade 4 (sangat >210 >120
berat)

1
3. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2015), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi
terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -
95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor.
Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan
terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting
untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang
cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan
disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan,
medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa
bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah
jantung.

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

2
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1
yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan hipertensi (Smeltzer and Bare 2015).

5. Faktor resiko
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang perawatan penyakit
hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut dalam
keadaan normal, hal itu tidak menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar
mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus kontrol dengan dokter dan menjaga
kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan terkontrol.
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :
1. Tidak dapat diubah:
a. Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada
orangtua atau saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan
hipertensi menjadi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah
tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan
kembar tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
b. Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin
besar pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga
berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.
2. Dapat diubah:

3
a. Konsumsi garam, Terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan
tubuh menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
b. Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh
darah menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi.
c. Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap
cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
d. Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini
akan menyebabkan tekanan darah meningkat.
e. Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal,
memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi.
f. Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan
darah tinggi namun tidak dianjurkan olahraga berat.
g. Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah
berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
h. Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan
katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan
iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan
vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah.

6. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) tanda dan gejala hipertensi adalah :

1. Mengeluh sakit kepala, pusing


2. Lemas, kelelahan
3. Sesak Nafas
4. Gelisah
5. Mual

4
6. Muntah
7. Epitaksis (mimisan)
8. Kesadaran menurun

7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut
(Irwan 2016):
1. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler,
ensefalopati.
2. Mata : retinopati hipertensif
3. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun
diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart failure).
4. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

8. Pemeriksaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut Nurarif & Kusuma (2015)

1. Pemerikaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagubilita, anemia.
b. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
2. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi

5
4. IVP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
5. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis menurut Park et al. (2016) dengan
modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi
dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah
tinggi, berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu :
a. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
3) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu)
sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-
obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan

6
penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi
aritmia.
c. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung,
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka
oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan farmakologis menurut Aspiani (2014)
a. Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
b. Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi
untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi
ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan
secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
3. Terapi Komplementer menurut Trisnawati & Jenie (2019)
a. Terapi akupuntur
Terapi Akupunktur merupakan pengobatan traditional Chinese atau
metode non-invasive berupa penekanan pada titik-titik tubuh tertentu
dengan menggunakan jarum. Efek akupunktur dalam menurunkan tekanan

7
darah diantaranya dengan mengatur regulasi subtansi vasioaktif pada
endotel pembuluh darah. Salah satunya yaitu aktivasi dan pengeluarannya
Nitrit Oksida. Penusukan jarum pada titik akupunktur akan menstimulasi
tonus saraf parasimpatis dan menekan tonus saraf simpatis.Parasimpatis
dominan akan memproduksi asetilkolin dimana ikatan asetilkolin pada sel
endotel akan menginduksi terbentuknya Nitrit Oksida (NO) lokal dan di
endotel, yang kemudian berdifusi ke dalam otot polos pembuluh darah
kemudian merubah aliran darah dan sirkulasi local dan terjadi relaksasi
otot polos pembuluh darah
b. Rose aromaterapi
Aromaterapi merupakan terapi dengan menggunakan bau-bauan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Rose Aroma terapi dapat menurunkan
tekanan darah karena mekanisme kerja aromaterapi melalui sirkulasi dan
sistem penciuman. ketika aromatherapi itu dihirup melalui hidung,
molekul aromatik masuk melalui membran rongga hidung dan kemudian
ke olfaktori. Olfaktori adalah saraf yang membawa implus dari indra
penciuman hidung ke pusat kendali otak. Olfaktory terletak di bagian atas
hidung. Otak memiliki fungsi inti, yang mengendalikan seluruh sistem
yang memiliki fungsi inti Otak memiliki fungsi inti, yang mengendalikan
seluruh sistem itu. Setelah implus diterima diotak kemudian hormone
endokrin akan terstimulasi. Sistem endokrin adalah major regulatory force
dalam tubuh yang mensekresi hormon ke dalam aliran darah, hormon ini
bertindak sebagai mediator kimia untuk mengatur banyak fungsi tubuh
termasuk fungsi termasuk suasana hati, metabolisme serta pertumbuhan
dan perkembangan.
c. Terapi meditasi dan yoga
Terapi Meditasi & yoga merupakan terapi yang mengkombinasikan
antara teknik bernapas (pranayama), relaksasi dan meditasi serta latihan
peregangan atau postur dengan mekanisme penyatuan dari tubuh, pikiran
dan jiwa. Yoga setiap hari dapat memperlancar peredaran darah, karena
rasa rileks yang didapat dari yoga membantu melancarkan sirkulasi darah

8
dalam tubuh, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi. Yoga
ini terbukti dapat meningkatkan kadar b-endhorpin empat sampai lima kali
didalam darah. Ketika seseorang melakukan latihan, maka b-endorphin
akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hiphothalamus dan sistem
limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan bendorphin
terbukti berhubungan erat dengan tekanan darah dan pernafasan. ketika
tubuh dalam kondisi tenang maka akan mengalami relaksasi dan pada
akhirnya mengalami kondisi keseimbangan, sehingga relaksasi pada yoga
maupun meditasi berpusatkan pada pikiran dan pengontrolan pernafasan
yang akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot, sehingga otot-otot
akan mengendur, tekanan darah akan menurun.
d. Wet-cupping (terapi bekam basah)
Terapi Bekam (Cupping therapy) merupakan salah satu terapi
komplementer metode penyembuhan kuno yang telah dipraktikkan selama
berabad-abad di banyak bagian dunia. Terapi bekam dapat dibagi menjadi
dua kategori besar, bekam kering dan basah. bekam kering adalah proses
menggunakan ruang hampa pada berbagai area tubuh untuk
mengumpulkan darah di daerah itu tanpa sayatan sedangkan Bekam basah
(atau hijama dalam bahasa Arab) adalah proses menggunakan ruang
hampa udara pada titik-titik berbeda pada tubuh, bersamaan dengan
penggunaan sayatan (goresan kecil dan ringan menggunakan pisau cukur),
untuk menghilangkan apa yang sebelumnya disebut sebagai darah
berbahaya (Ini merupakan akumulasi darah yang terletak tepat di bawah
permukaan kulit. Efek bekam terhadap hipertensi adalah berperan
menenangkan sistem saraf simpatik (simpatic nerveous system).
Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini menstimulasi sekresi enzim
yang berperan sebagai sistem angiotensin renin. Setelah sistem ini tenang
dan aktivitasnya berkurang tekanan darah akan turun; Bekam juga
mengendalikan kadar hormon aldosteron; Zat nitrat oksida (NO) yang
berperan dalam vasodilatasi, melalui zat nitrat oksida ini juga berperan
meningkatkan suplai nitrisi dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel dan

9
lapisan-lapisan pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga pembuluh
darah menjadi lebih kuat dan elastis. Serta bekam berperan menstimulasi
reseptor-reseptor (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon
stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap factor-faktor penyebab
hipertensi.

10. Pathway

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin,


merokok, stress, genetic, alcohol dan obesitas

HIPERTENSI

Kerusakan vaskular
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokontriksi Gangguan sirkulasi

Fatigue Afterload meningkat Suplai O2 keotak


menurun

Intoleransi aktifitas Penurunan curah


jantung Retensi pembuluh
darah otak menurun

Nyeri akut

10
(Nurarif and Kusuma 2015)

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Nurarif & Kusuma (2015)
a) Identitas Klien dan Penanggungjawab
Identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
b) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan.
b. Alasan Masuk RS.
c) Riwayat Penyakit
Sekarang Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini
tidak dikeluhkan.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
e) Riwayat Penyakit Dahulu

11
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau
sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
f) Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Pernafasan
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Personal Hygiene
g. Rasa Aman Nyaman
h. Komunikasi
i. Spiritual
j. Pengetahua
g) Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna
kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang biasa muncul (PPNI 2017)
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertrofi ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen

12
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (PPNI 2018)

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung


berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi : Observasi :
peningkatan afterload, 3x24 jam diharapkan curah 1) Monitor aritmia. 1) Mengetahui irama jantung.
vasokontriksi, jantung normal dengan 2) Monitor elektrolit yang dapat 2) Mengetahui penyebab
hipertrofi ventrikuler, kriteria hasil: meningkatkan risiko aritmia. risiko aritmia meningkat
iskemia miokard 1) Tekanan darah 3) Monitor saturasi O2. 3) Mengetahui suplai oksigen.
menurun Terapeutik : Terapeutik :
2) Nadi menurun 1) Pertahankan tirah baring 1) Meningkatkan istirahat dan
3) Tidak mengeluh lelah minimal 12 jam. ketenangan.
4) Dyspnea menurun 2) Pasang akses intravena. 2) Untuk pemberian cairan
3) Berikan terapi relaksasi dan elektrolit.
untuk mengurangi stress dan 3) Memberikan ketenangan
cemas. dan kenyamanan klien.

13
Edukasi : Edukasi
1) Anjurkan segera melaporkan 1) Mengetahui kualitas nyeri yang
nyeri dada dirasakan klien
Kolaborasi : Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian 1) Membantu mengencerkan
antiplatelet, jika perlu. darah.
2) Kolaborasi pemeriksaan X- 2) Penunjang dalam
Ray dada, jika perlu. menetapkan diagnosis dan
intervensi.
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
dengan peningkatan intervensi keperawatan Observasi : Observasi :
tekanan vaskuler 3x24 jam diharapkan nyeri 1) Identifikasi lokasi, 1) Mengetahui nyeri dan
serebral dan iskemia akut berkurang dengan karakteristik, durasi, membantu perencanaan
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan tindakan keperawatan yang
1) Klien tidak mengeluh intensitas nyeri. tepat.
nyeri 2) Identifikasi skala nyeri. 2) Mengetahui skala nyeri.
2) Klien tidak 3) Identifikasi faktor yang 3) Mengetahui faktor yang
menunjukkan ekspresi memperberat dan

14
nyeri memperingan nyeri. mempengaruhi nyeri.
3) Skala nyeri berkurang Terapeutik Terapeutik
4) Tekanan darah menurun 1) Berikan teknik non 1) Membantu meredakan
farmakologis untuk nyeri.
mengurangi rasa nyeri. 2) Membantu menjaga
2) Fasilitasi istirahat dan tidur. kualitas tidur
Edukasi : Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode
1) Untuk menginformasikan
dan pemicu nyeri.
kepada klien agar bias
2) Anjurkan memonitor nyeri
meminimalisir penyebab.
secara mandiri
2) Agar klien mandiri.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
1) Membantu meredakan nyeri
analgetik, jika perlu.
dengan farmakologis

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi : Observasi :
kelemahan, 3x24 jam diharapkan 1) Identifikasi gangguan 1) Mengetahui bagian tubuh
ketidakseimbangan intolerasi aktivitas fungsi tubuh yang yang bermasalah.

15
suplai dan kebutuhan membaik dengan kriteria mengakibatkan kelelahan. 2) Mengetahui kualitas tidur
oksigen hasil : 2) Monitor pola dan jam tidur. klien
1) Klien tidak mengeluh Terapeutik : Terapeutik :
lemah 1) Sediakan lingkungan 1) Agar klien nyaman dan
2) Klien dapat melakukan nyaman dan rendah stimulus berkurang.
aktivitas secara stimulus. 2) Agar klien merasakan
mandiri 2) Berikan aktivitas distraksi kenyamanan dan
3) Tekanan darah menurun yang menenangkan. ketenangan.
Edukasi :
Edukasi : 1) Memulihkan energy klien.
1) Anjurkan tirah baring. 2) Agar energy yang
2) Anjurkan melakukan digunakan efisien.
aktivitas secara bertahap.

Kolaborasi :
Kolaborasi : 1) Membantu menambah gizi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi yang menambah energy
tentang cara meningkatkan agar dapat beraktivitas.

16
asupan makanan.

17
4. Implemntasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan untuk mencapai


tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. (Wiklinson, 2016)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas
asuhan keperawatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membaningkan hasil tindakan
keperaatan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperaatan mulai dari pengkajian, intervensi dan implementasi. Evaluasi
disusun menggunapak SOAP (S:ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan klien secara subjektif setelah diberikan implementasi keperawatan,
O:keadaan objektif yang dapat di identifikasi oleh peraat menggunakan
pengamatan yang objektif, A:analisis peraat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif, P:perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis). (Wiklinson, 2016).

18
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Yuniar Tri Gesela. 2019. “Hipertensi Pada Penduduk Usia Produktif (15-
64 Tahun).” HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development) 3(3):345–56.
Aspiani, Reni Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.
Fadli. 2018. “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi.” Jurnal Keperawatan 12:249–53.
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Depublish.
Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta:
Mediaction.
Park, Kyong, Sukyung Cho, and Julie K. Bower. 2016. “Changes in Adherence to
Non-Pharmacological Guidelines For Hypertension.” PLoS ONE 11(8):1–
16.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan : Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Smeltzer, Suzanne C., and Brenda G. Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. 12 Volume. Jakarta: EGC.
Susanti, Nofi, Putra Apriadi Siregar, and Reinpal Falefi. 2020. “Determinan
Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio
Demografi Dan Konsumsi Makan.” Jurnal Ilmiah Kesehatan 2(1):43–52.
Trisnawati, Elly, and Ikhlas M. Jenie. 2019. “Terapi Komplementer Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi: A Literatur Review.” Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta 6(3):641.
Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.

19
Yadecha, Birhanu, Firew Tekle, Getahun Fetensa, Ashenafi Habte, and Bisrat
Zeleke. 2020. “Prevalence of Hypertension and Its Associated Factors
Among Gimbi Town Residents, Ethiopia: A Community-Based Cross-
Sectional Study.” Integrated Blood Pressure Control 13:171–79.
Zainuddin, Ricky Nuh, and Paramitha Labdullah. 2020. “Efektivitas Isometric
Handgrip Exercise Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 12(2):615–24.

20

Anda mungkin juga menyukai