Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung
dan usus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare
yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz, 2002). 
GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya
seperti gelisah, suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan
menurun, BB menurun, mata dan ubun –ubun cekung (terutama
pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut (corwin, 2009). GE
juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya
seperti malariadan campak, begitu juga dengan keracunan kimia.
Perubahan gut flora (bacteri usus) yangdipicu antibiotic, dapat
menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan dan toksin
dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus
besar).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang
pada lambung dan  usus yang memberikan gejala diare, dengan
atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan
suhu  tubuh
2. Etiologi
Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh
beberapa Faktor antara lain :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama GE
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter,
shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris),
Protozoa (Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis,
Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti :
Tonsilitis, Encefalitis, Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :
1) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan GE.
Gejalanya berupa GE berat , tinja berbau asam, sakit daerah
perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka bisa
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
2) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu
yang disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar
lipase, triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang
bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan. penyerapan
sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase
karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE. GE
pada kasus ini fecesnyaberlemak.
3) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus
tidak dapat menyerap protein

d. Faktor makanan Makanan yang sudah basi, Alergi makanan


tertentu, makanan kurang matang, makanan tercemar atau
beracun.
e. Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas
3. Patofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang baik, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri
(seperti E.coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung
dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi
sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae,Vibrio parahaemolitikus,
Clostridium difficile, enterohemorrhagic E.coli) yang menghasilkan
kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses bercampur
darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi
enterosit dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme
campylobacter, dan enterovasif E.coli yang menyebabkan
terjadinya destruksi,serta inflamasi (Jones, 2003).
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan,
elektrolit memberikan manifestasi pada ketidakseimbanganan
asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan
Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat kerana tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler (Levine, 2009)Respon patologis penting dari
gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi,yaitu gangguan
dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake.
Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga
disertai gangguan elektrolit (Prescilla, 2009).
4. Manifestasi Klinis
GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis lainnya seperti
gelisah,suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi,
tinja cair berlendir kadang bercampur darah, turgor kulit jelek, BB
menurun, mata cekung, ubun-ubun kedalam (pada balita) .
keadaan ini merupakan gejala infeksi yang disebabkanoleh bakteri,
virus, dan parasit (crown,2009).
Sedangkan menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE
antara lain :
a. Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapattanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas
kulit menurun ubun-ubun dan mata cekung, membran
mukosamulut dan bibirkering).
c. Kram abdominal.
d. Demam,mual,muntah dan anorxia
e. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas
capat)
f. Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (unuria)

Dehidrasi merupakan gejala paling umumyang menyertai GE.


Pada anak -anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil,
mulut kering, menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada
keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung mengantuk,
tidak responsive, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Sedangkan
dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan, badan lemas
dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, mulut kering, pusing
dan nyerikepala

5. Pmeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis yang tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat.
Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Suraatmaja
(2007) adalah :
1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis,
biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes
resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk mengetahui
pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama
Na, Ca,K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia
dan dapat terjadi karena malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi
sum-sum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel
darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan
Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien
gastroenteritis meliputi:
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
2) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di
berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na
HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
3) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang
di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
a) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml /
kg BB /oral.
b) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml /
kg BB /hari.
c) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /
menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml /
kg BB oralit per oral.
4) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air
tajin, tepung beras, dsb ).
a) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b) Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
d) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25
– 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat
penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara
lain :
1) Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2) Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran,
takikardi, tensi turun, anuria, keadaan kulit/turgor.
3) Hentikan makanan padat
4) Monitor tanda –tanda  vital
5) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

7. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta :


Diva Press
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among
Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal
of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.
Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika.
M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis
keperawatan.Edisi ke-9. Jakarta: EGC

Gordon, M.(1994).nursing diagnosis: procces and application (3rd ed).st.louis:


Mosby

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik,
ed.5. Jakarta : EGC

Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management


of clinical problem. Missouri : Mosby Company

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta:Media Aesculapins

Anda mungkin juga menyukai