Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GASTROENTERITIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT


(IGD) RSD DR. SOEBANDI JEMBER

oleh
Yuliana, S.Kep
NIM 182311101158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan berikut dibuat oleh:


Nama : Yuliana, S.Kep
NIM :182311101158
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Leukemia di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD dr. Soebandi Jember
Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :

Jember, ......................... 2019


TIM PEMBIMBING,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
A. Konsep Dasar Gastroenteritis
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit.
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan  usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan
suhu  tubuh. 

2. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor:
1) Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung <5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung >30 hari
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologi
a. Osmotik : peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik : peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infektif

3. Etiologi
Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :
1) Faktor infeksi
a. Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis. meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit
(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
3) Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan cemas ).

4. Patofisiologi
 Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli
dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri
bisa memproduksi sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae,Vibrio
parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic E.coli) yang
menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses bercampur
darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan
beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif
E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,serta inflamasi.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini
terjadi karena kehilangan Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler .
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah
dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output
melebihi intake. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga
disertai gangguan elektrolit.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis adalah :
1) Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang. Penderita akan mengalami penurunan berat
badan.
2) BAB kadang bercampur dengan darah.
3) Tinja yang berbuih.
4) Konsistensi tinja tampak berlendir.
5) Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6) Penderita merasakan sekit perut.
7) Rasa kembung.
8) Mual, kadang-kadang sampai muntah.
9) Kadang-kadang demam.

6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang
tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang
perlu dikerjakan adalah :
1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi
kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin
darah untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik

7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa
untuk diare akut.
b) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan
tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB
/oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB
/hari.
3. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per
oral.
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin,
dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b) Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
2) Penatalaksaan Keperawatan
1. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
3. Hentikan makanan padat
4. Monitor tanda –tanda  vital
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
8. Pathway
1. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah
sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 hari
c. Riwayat penyakit sekarang.
Buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut
d. Riwayat penyakit dahulu
Alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau
mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini, dalam keluarga adakah yang sedang menderita diare.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan wajah : mata cowong
b) Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal
c) Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada.
d) Abdomen dan pinggang :
 Inspeksi : distensi abdomen
 Auskultasi : Bising usus meningkat ,Gerakan peristaltic meningkat
 Perkusi : suara perut timpani
 Palpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.
e) Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium.
f) Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.
g. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya dan
bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta semangat dan keyakinan  pasien
untuk sembuh.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia behubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare, muntah)
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan
d. Deficit pengetahuan tentang gastroenteritis berhubungan dengan kurangnya informasi
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Outcome Intervensi
Hipovolemia Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipovolemia
behubungan dengan pada klien hipovolemia akan berkurang. 1. Perikasa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
kehilangan volume    Kriteria Hasil : meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, membran
cairan aktif (diare, Status cairan mukosa kering,volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus,
muntah) 1. Turgor kulit baik lemah)
2. Tidak ada keluhan haus 2. Monitor intake dan output cairan
3. Produksi urine 0,5-1 cc/kgBB/jam 3. Hitung kebutuhan cairan
4. HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 4. Berikan posisi modified trendelenburg
120/80mmHg, suhu tubuh 36,5-37,50C 5. Berikan asupan cairan oral
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipertonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
10.Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk darah
Hipertermi berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermi
dengan penyakit (proses pada klien, suhu tubuh klien berada dalam 1. Indikasi penyebab hipertemia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
infeksi) rentang 36,5-36,70C panas, penggunaan inkubator)
Kriteria Hasil: 2. Monitor suhu tubuh
Termoregulasi 3. Monitor kadar elektrolit
1. Kulit tidak memerah 4. Monitor haluaran urine
2. Tidak ada menggigil 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 6. Sediakan lingkungan yang dingin’
120/80mmHg, suhu tubuh 36,5-37,50C 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
4. 8. Basahi dan kipasi permukanaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
12. Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu
14. Anjurkan tirah baring
15. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Defisit nutrisi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan pada klien, terjadi         peningkatan intake nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi pasien
muntah, hilangnya nafsu     Kriteria Hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makan Status Nutrisi 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Pasien mampu menghabiskan porsi makan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
yang dsediakan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
2. Tidak ada nyeri abdomen 6. Monitor asupan makanan
3. Tidak ada diare 7. Monitor berat badan
4. HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
120/80mmHg, S :36-37oC
5. Bising usus 5-30x/mnt 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Defisit pengetahuan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan
tentang gastroenteritis pada klien, peningkatan pengetahuan. 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
berhubungan dengan     Kriteria Hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
kurangnya informasi Tingkat pengetahuan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
1. Pasien menunjukkan perilaku sesuai anjuran 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Pasien mampu menjelaskan tentang suatu 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
topik 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Pasien mampu mengungkapkan pertanyaan 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan
sesuai masalah yang dihadapi 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Tidak ada persepsi yang keliru terhadap 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
masalah hidup bersih dan sehat
Gangguan integritas kulit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit
berhubungan dengan pada klien, gangguan integritas kulit dapat diatasi. 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
iritasi rektal karena diare Kriteria Hasil sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
Integritas kulit/jaringan lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
1. Elastisitas kulit baik 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Hidrasi kulit baik 3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, bila perlu
3. Tidak ada nyeri 4. Bersihkan perianal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Tidak ada perdarahan 5. Guakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
6. Gunakan produk berbahan ringan/alama dan hipoalergik pada kulit
sensitif
7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
8. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)
9. Anjurkan minum air yang cukup
10.Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11.Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
12.Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
13.Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di
luar rumah
14.Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta :


Diva Press

Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among
Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal
of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik,
ed.5. Jakarta : EGC

Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management


of clinical problem. Missouri : Mosby Company

M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis


keperawatan.Edisi ke-9. Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta:Media Aesculapins

Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik , Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
LAMPIRAN
Sistem Peredaran Darah Manusia

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu :


1. Atrium kanan
2. Ventrikel kanan
3. Atrium kiri
4. Ventrikel kiri
a. Sirkulasi Pulmonal
Ke dalam atrium kanan bermuara darah dari vena cava superior dan vena cava
inferior. Dari atrium kanan kemudian darah mengalir ke ventrikel kanan. Antara
atrium kanan dan atrium kiri terdapat katup trikuspid. Darah dari ventrikel kanan
di pompa ke sirkulasi paru melalui arteri pulmonalis.
b. Sirkulasi Sistemik
Darah kaya oksigen yang berasal dari paru-paru mengalir ke dalam atrium kiri
melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah kemudian mengalir ke ventrikel
kiri. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup mitralis. Darah dari
ventrikel kiri kemudian dipompakan ke seluruh tubuh.
katup jantung :
katup jantung sangat penting untuk mengarahkan aliran darah. terdapat 2 jenis
katup jantung:
a. katup atrioventrikularis (terletak antara atrium dan ventrikel)
1. katup tricuspid
2. katup bicuspid/mitral
b. katup semilunaris
1. katup pulmonal (antar ventrikel kanan dan truncus pulmonalis)
2. katup aorta (antara ventrikel kiri dan aorta)

Anda mungkin juga menyukai