Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa : Muhtadi
NIM. 5020031066
KOREKSI I KOREKSI II
(………………………..……...
(…………………………………………………………) ………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT UNIVERSITAS FALETEHAN
1. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan parasit yang pathogen.
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
(Mansjoer, 2000).
2. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas,
dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
3. Manifestasi Klinis
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Berat badan menurun
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
g. Malaise
4. Pathway
Faktor makanan faktor infeksi faktor malabsorpsi
Mencapai usus halus infeksi usus halus peningkatan tekanan osmotik dalam
lumen usus
Hiperperistaltik
GEA
Output cairan dan muntah dan sering defekasi refleks spasme otot dinding
elektrolit berlebih perut
Defisit Nutrisi
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti. Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja,
ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik
harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.
2. Pemeriksaan darah.
a) Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu
menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
b) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
c) Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
3. Pemeriksaan urine
Ditetapkan volume, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
4. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia
diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam
pembuatan diagnosa.
5. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional
enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiology.
6. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL ( Previous Water
Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan
NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL ( Concomitant
water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
b. Jenis cairan
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter
mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
7. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan
cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak
adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan
akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
kehilangan volume massive yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal
obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat
atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat. Kemungkinan besar
yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari penurunan volume darah
intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Kemudian jaringan yang anoxia mendorong perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob
menjadi anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic.
Syok hipovolemik didefenisikan sebagai penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan disertai kolaps
sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya volume intravaskuler akut akibat berbagai keadaan bedah atau
medis (Greenberg, 2008). Menurut Enita (2010) Gejala utama yang sering terjadi pada syok hipovolemik
adalah : Kulit pucat, penurunan sensori, pernafasan cepat dan dangkal, kulit teraba dingin, hipotensi,
sistolik <90 mmHg atau turun ≥30 mmHg dari semula, takikardia, denyut nadi >100/manit, kecil, lemah/
tidak teraba, capillary refill lebih dari 2 detik, gelisah dan cepat marah, penurunan kesadaran. Stadium
Syok Hipovolemik :
a. Presyok. Plasma yang hilang 10 – 15% / ± 750 ml. pusing, takikardia ringan sistolik 90 – 100 mmhg.
b. Ringan. 20 – 25 % / 1000 – 1200 ml. Gelisah, keringat dingin, haus, diuresis berkurang, takikardia >
100/menit sistolik 80 – 90 mmhg.
c. Sedang. 30 – 35 % / 1500 1750 ml. gelisah, pucat, dingin, oliguri, takikardia > 100/menit sistolik 70 –
80 mmhg.
d. Berat. 35 – 50 % / 1750 – 2250 ml. pucat, sianotik, dingin, takipnea, anuria, kolaps pembuluh darah,
takikardia/tidak teraba lagi sistolik 0 – 40 mmhg
(Agus Purwadianto, 2013).
Airway : Suctioning
Bersih
OPA
Tidak bersih: (jabarkan berdasarkan hasil
NPA
LLF)
…………………………………………………………
ETT
…….…………………………… ……………………………………
Data lain yang mendudukung
...………….………………………
…………………………………………………………
…….………………………………
Breathing: Oksigen : 5L/menit
Pergerakan dada : sama dan simetris
Nasal kanul
Frekuensi nafas : 22x/Menit
Rebreathing Mask
Suara nafas : Vesikuler
Non Rebreathing Mask
Perkusi dada :
BVM
Data lain yang mendukung :
………………………………………………………… ……………………………………
…………………………………………………………
…………………………
Circulation: Jumlah IV Line: 1
Nadi : 96x/ Menit
Jenis Cairan : NaCl
Akral : Hangat
Kateter urin /diure sis :
Kesadaran: CM
Monitor EKG / EKG :
CRT >3 Detik
………………………………
9. Analisa Data
Hiperperistaltik
GEA
Output cairan dan elektrolit meningkat
Resiko Hipovolemia
Menstimulus dinding
Hiperperistaltik
GEA
Defisit Nutrisi