Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSA GASTROENTERITIS AKUT DIRUANG MAMMINASA BAJI RS


LABUNG BAJI

HILMA RENWARIN
183145105104

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (FKK)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
T.A 2021/2022
A. DEFENISI
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
(Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan
berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada
masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang
hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Andrianto,
1995 dalam Nurmasarim 2010).

B. ETIOLOGI
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono
dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

C. Tanda dan gejala


Gejala utama gastroenteritis adalah diare dan muntah. Gejala ini akan muncul 1-3 hari
setelah terinfeksi. Gejala biasanya berlangsung selama 1-2 hari, namun juga bisa
berlangsung hingga 10 hari. Selain muntah dan diare, penderita gastroenteritis atau flu
perut juga berisiko mengalami gejala tambahan, berupa:
-. Demam dan sakit menggigil
-. Sakit kepala
-. Mual
-. Tidak ada nafsu makan
-. Nyeri sendi dan otot

D. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,


Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

E. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

F. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya meskipun penyebabnya
belum bisa ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48 jam, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh feses untuk mencari adanya sel
darah putih dan bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan laboratorium dari muntah,
makanan atau darah juga dapat membantu menemukan penyebabnya. Langkah diagnosa
menurut Daldiyono tahun 1990 (Wicaksono, 2011) terdiri atas :
1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare
2) Pemeriksaaan fisik
3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi
4) Foto
5) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).

G. Penatalaksanaan
Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu
dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan,
sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi
antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara
parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011).
Dalam garis besar pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :
a.      Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:


1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1
liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a)      Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal
dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain,
disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
b. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3
hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
c. Obat anti diare
- Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril
yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin
dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari
elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
-          Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat
dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 –
4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar
obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare

akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
-          Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan
atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin.
Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat
yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

H. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit buruk,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.
I.PATHWAY
1. Proses Keperawatan
Pengkajian data subjektif dan objektif:
a. Identitas klien.
b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare dan muntah.
2. Diare berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
5.

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare


dan muntah)

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


Kriteria Hasil (NOC)
a. Mukosa bibir lembap
b. Turgor kulit elastis
c. TTV dalam batas normal
d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
e. Intake dan output cairan seimbang

Intervensi Keperawatan (NIC)


a. Pantau status hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi dan mencegah
syok hipovolemik
b. Monitor intake cairan dan output
Rasional : Untuk mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan.
c. Berikan terapi IV, sesuai program
Rasional : Untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parenteral
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan oral
e. Rasional : Untuk mempertahankan cairan

2. Diare berhubungan dengan peningkatan motilitas usus.


Tujuan Kriteria Hasil (NOC)
a. Pola eliminasi defekasi yang normal
b. Tidak ada darah atau lendir dalam feses
c. Mukosa bibir lembap
d. TTV dalam batas normal

Intervensi Keperawatan (NIC)


a. Kaji dan observasi pola BAB (frekuensi, warna, konsistensi, jumlah feses)
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya tiap defekasi
b. Anjurkan pasien untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan
makanan yang mengiritasi saluran cerna
Rasional : Menghindari diare berlanjut
c. Berikan diet cair untuk mengistirahatkan usus
Rasional : Menghindari iritasi, meningkatkan istirahat usus
d. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan
tingkatkan kepadatannya secara bertahap
Rasional : Untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan tubuh
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan motilitas atau peristaltik usus dan menunjukkan
sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan diare
3. Nyeri berhubungan dengan hiperperistalsis
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil (NOC)
a. Skala nyeri berkurang
b. Tidak ada ketegangan abdomen
c. Pasien melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi Keperawatan (NIC)


a. Kaji nyeri, karakteristik, lokasi, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,dan
faktor presipitasinya
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri
b. Beri analgetik yang sesuai program
Rasional : Pemberian analgetik untuk mengendalikan nyeri
c. Berikan informasi pada pasien dan keluarga tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri dan berapa lama berlangsung
Rasional : Memberikan pengetahuan mengenai penyebab nyeri pasien
d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (relaksasi, terapi musik,
hipnosis)
Rasional : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat yang
dapat diterima pasien

4. Ketida kseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual dan muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil (NOC)
a. Memperlihatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat
b. Pasien mampu menghabiskan diit satu porsi
c. Tidak ada mual muntah

Intervensi Keperawatan (NIC)


a. Timbang BB pasien pada interval yang tepat
Rasional : Untuk memantau perubahan atau penurunan BB
b. Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah
Rasional : Untuk memberikan tindakan keperawatan mengatasi mual
muntah
c. Berikan antiemetik dan atau analgesik sebelum makan atau sesuai
program
Rasional : Mengatasi atau menghilangkan rasa mual muntah
d. Tanyakan makanan kesukaan pasien dan sajikan dalam keadaan hangat
Rasional : Makanan kesukaan yang tersaji dalam keadaan hangat akan
meningkatkan keinginan untuk makan.
e. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalnya
pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak enak dipandang)
Rasional : Tempat yang bersih akan mendukung pasien untuk peningkatan
nafsu makan

5. Resiko kerusakan integritas jaringan anus berhubungan dengan peningkatan


defekasi
Intervensi Keperawatan (NIC)
a. Kaji daerah perianal
Rasional : Untuk mengetahui luas kerusakan jaringan anus
b. Anjurkan pada keluarga untuk selalu membersihkan dan mengerikan
daerah anus setiap kali BAB
Rasional : Menjaga agar daerah anus tidak lembab
c. Berikan salep pada daerah anus setelah dibersihkan
Rasional : Mengurangi iritasi pada daerah perianal
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :


Mosby.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan
2009-2011. Jakarta : EGC.
Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut (GEA)
Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah.
(Diakses 12 Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)

T55V
Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal
Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Diakses 12 Desember 2011 : etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun
2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember
2011 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan


Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. (Diakses
12 Desember 2011 : www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Sumatra
Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).

Anda mungkin juga menyukai