Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

I. KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya

disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton

& Hall, 2010). Gastroenteritis atau diare adalah kondisi dimana terjadi

periode defekasi yang abnormal (lebih 3 kali per hari), serta perubahan

dalam isi lebih dari 200 g/hari dan konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare,

2011).

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat) dengan demikian

kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200

ml/jam tinja) (Hendarwanto, 2013). Gastroenteritis atau diare adalah

defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam

tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat

(Mansjoer,dkk, dalam Wicaksono, 2011).


B. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus

(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi

pada anak-anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,

sayuran dimasak kutang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada gastroenteritis menurut Smeltzer & Bare, 2011

yaitu:

a. Kram perut, distensi

b. Kelemahan

c. Gemuruh usus (borborigimus)

d. Anoreksia dan

e. Haus
D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak

yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin

yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan

elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan

gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,

penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat

menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak

mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami

invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia

Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau

sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada

Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari

satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran

patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic


dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul

diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding

usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

E. PENATALAKSANAAN

Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan

secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan

melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan

anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan

bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya

untuk kasus dehidrasi berat (Soebagyo, dalam Wicaksono, 2011).

Dalam garis besar pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam

beberapa jenis yaitu :

a. Pengobatan Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada

penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah

PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan

yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal

Water Losses).

2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus

berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,

dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh

WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,

Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung

meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80

mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3

dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-

komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-

cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak

lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan

parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., dalam

Wicaksana, 2011).

b. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada

diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari

3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan

pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,

feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan

kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare

infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3

– 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin

300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole

250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

c. Obat anti diare

1) Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai

tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai


penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat

bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan

menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan

dapat dikembalikan secara normal.

2) Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl

serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).

Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4

mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok

obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan

absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan

mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar

obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi

sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom

disentri obat ini tidak dianjurkan.

3) Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin,

atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat

menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut

maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat

yang dapat merangsang sekresi elektrolit.


4) Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari

Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla,

Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan

dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi

feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan

elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan

dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

5) Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan

Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami

peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang

positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran

cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan

mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah

yang adekuat.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi gastroenteritis menurut Ngastiah, 2012 yaitu:

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia (dengan gejala lemah, bradikardi, dan perubahan

elektrokardiogram)
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi

enzim lactase

5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik)

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab

Sebelum dilakukannya pengkajian fisik maupun asuhan

keperawatan terhadap klien, diperlukannya data – data yang cukup dan

akurat mengenai klien maupun penanggung jawab klien. Adapun

informasi yang perlu diketahui dari klien meliputi nama lengkap klien

(inisial), jenis kelamin, umur (tanggal lahir), status perkawinan,

agama, suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, kamar rawat,

nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.

Sedangkan informasi yang perlu diketahui dari penanggung

jawab klien meliputi nama lengkap penanggung jawab (inisial), jenis

kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat..

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat


diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemerikasaan

laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Riwayat Kesehatan

Faktor resiko terjadinya gastroenteritis yang dapat

meningkatkan transmisi enteropatogen adalah:

a. Faktor Lingkungan

1) Air yang tidak memadai

2) Sarana sanitasi yang kurang baik

3) Kebersihan perorangan dan pemukiman yang kurang baik

4) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang kurangbaik

b. Faktor Pejamu

1) Malnutrisi

2) Defek imun

3) Penurunan asam lambung

4) Penurunan motilitas usus

3. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama : Muntah, diare, kembung, demam

b. Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat penyakit yang diderita

pasien saat masuk rumah sakit


c. Riwayat kesehatan yang lalu : Riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien seperti diare, alergi

makanan, intoleransi, riwayat operasi

4. Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain

baik bersifat genetik atau tidak

B. PEMERIKSAAN FISIK KEPERAWATAN

1. Keadaan umum : Tingkat kesadaran, vital sign,

dan keadaan pasien tergantung dari derajat sakit yang diderita oleh

pasien

2. Sistem persepsi sensori :

a. Penglihatan : Air mata ada atau tidak, cekung atau normal

b. Pengecapan : Rasa haus meningkat atau tidak, lidah lembab

atau kering

3. Sistem persarafan : Tergantung pada derajat sakitnya. 12

saraf kranial bisa dalam keadaan normal hingga terjadi penurunan

kesadaran dan kejang

4. Sistem pernapasan : Kusmaul, sianosis, cuping

hidung
5. Sistem kardiovaskuler : Takikardi, nadi lemah dan cepat atau

tidak teraba, CRT lambat, akral hangat atau dingin, sianosis perifer

6. Sistem pencernaan :

a. Mulut : Membran mukosa lembab atau kering, bibir

lembab atau kering

b. Perut : Turgor, kembung atau meteorismus, distensi,

peristaltik meningkat, nyeri

7. Sistem integumentari : Kulit kering atau lembab, ubun – ubun cekung

atau tidak, turgor, bibir kering atau tidak, diaper rash atau iritasi di

daerah perineal, ada lipatan kulit atau keriput

8. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

kebiasaan buang air besar di wc, jamban, sungai, kebun, personal

hygiene, sanitasi, sumber air minum

9. Pola nutrisi dan metabolisme

Anoreksia, mual, muntah, makanan atau minuman terakhir

yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa atau belum pernah

dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu,

salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah cairan

yang masuk selama diare, makan atau minum di warung.

10. Pola eleminasi


a. Bab: Frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah, warna,

volume, bau

b. Bak: Frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir, oliguria, anuria

11. Aktivitas atau istirahat : Kelemahan, kelelahan, malaise,

cepat lelah, gelisah, ansietas, dan insomnia.

12. Integritas ego : Faktor stress akut atau kronik, menolak,

perhatian menyempit, depresi

13. Interaksi sosial : Masalah berhubungan atau peran

sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan aktif secara social

C. DIGNOSTIK TEST

1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan

analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi

ginjal.

2. Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum (EGD) untuk mengetahui

jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada

penderita diare kronik.


3. Pemeriksaan Radiologi seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan

lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

IV. MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

ditandai dengan

DS: Pasien mengeluh haus, pasien mengeluh lemas

DO: Turgor kulit menurun, membrane mukosa atau kulit tampak kering,

peningkatan atau penurunan TTV, perubahan status mental hingga hilang

kesadaran, konsentrasi urine meningkat, kehilangan berat badan

2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan mukosa lambung ditandai

dengan

DS: Pasien mengeluh adanya nyeri, pasien mengeluh badan terasa lemas

DO: Pasien tampak menahan kesakitan, peningkatan TTV


3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan intake makanan, adanya mual, dan muntah ditandai dengan

DS: Pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien merasa mual dan ingin

muntah, pasien merasa lelah

DO: Berat badan turun, BAB>10x/hari, tonus otot buruk

4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau buang

air besar sering

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai

dengan

DS: Pasien mengakui bahwa tidak mengerti mengenai sakit diare atau

gastroenteritis

DO: Pola hidup yang salah, pola makan yang salah dan kurang bersih,

ketika ditanya tentang penyakit diare dan cara penanganannya pasien

mengatakan tidak tahu

V. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

No. Rencana Asuhan Keperawatan


DK Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Agar 1. Mendemonstrasik a. Dapatkan riwayat 1. Membantu dalam
terjadi an hidrasi adekuat pasien sehubungan memperkirakan
keseimban dibuktikan oleh: dengan BAB yang kekurangan
gan cairan a. Tanda - tanda berlebihan volume total.
vital stabil Tanda dan gejala
b. Nadi perifer mungkin sudah
dapat diraba ada pada
c. Turgor kulit beberapa waktu
elastis sebelumnya
d. Pengisian (beberapa jam
kapiler baik b. Pantau tanda-tanda sampai beberapa
e. Pengeluaran vital, catat adanya hari).
BAB tepat perubahan TD 2. Hipovolemia
secara ortostatik. dapat
individu c. Pantau adanya pola dimanifestasikan
f. Kadar napas seperti oleh hipotensi dan
elektrolit kussmaul takikardia..
dalam batas 3. Kekurangan
normal cairan bisa
mengakibatkan
pola napas tidak
efektif hingga
d. Pantau frekuensi, kussmaul
kualitas pernapasan,
otot bantu napas,dan
adanya periode
apnea, serta 4. Adanya
munculnya sianosis. perubahan
e. Pantau suhu, warna frekuensi maupun
kulit, dan kualitas
kelembabannya. pernapasan dalam
keadaan
kekurangan cairan
5. Meskipun
demam,
menggigil, dan
f. Kaji nadi perifer, diaforesis
pengisian kapiler, merupakan hal
turgor kulit, dan umum terjadi
membran mukosa. pada proses
g. Pantau masukan dan infeksi, demam
pengeluaran dengan kulit yang
kemerahan,
kering mungkin
sebagai cerminan
h. Berikan cairan dalam dari dehidrasi.
batas yang dapat 6. Merupakan
ditoleransi jantung indikator dari
(kira – kira 2000 tingkat dehidrasi
ml/hari) . atau volume
i. Tingkatkan sirkulasi yang
lingkungan yang adekuat.
dapat menimbulkan 7. Memberikan
rasa nyaman, seperti perkiraan
selimuti pasien kebutuhan akan
dengan selimut tipis. cairan pengganti
j. Kaji adanya dan kefektifan
perubahan mental dari terapi yang
atau sensori diberikan.
8. Mempertahankan
hidrasi atau
k. Catat hal-hal yang volume sirkulasi.
dilaporkan seperti
mual, nyeri abdomen,
muntah distensi 9. Menghindari
lambung. pemanasan yang
berlebihan
l. Observasi adanya terhadap pasien
perasaan kelelahan lebih lanjut akan
yang meningkat, dapat
edema, peningkatan menimbulkan
berat badan, nadi kehilangan cairan.
tidak teratur, dan
adanya distensi pada 10. Perubahan mental
vaskuler. dapat
m. Berikan terapi cairan berhubungan
sesuai dengan dengan kurangnya
indikasi cairan elektrolit
dalam tubuh
11. Kekurangan
cairan dan
n. Pantau pemeriksaan elektrolit
laboratorium seperti : mengubah
Hematokrit (Ht), motilitas
BUN atau Kreatinin, lambung, yang
Osmolalitas darah, sering kali akan
Natrium, dan Kalium menimbulkan
muntah
12. Pemberian cairan
unruk perbaikan
yang cepat
mungkin sangat
berpotensi
menimbulkan
kelebihan beban
cairan dan gagal
jantung kronik.
13. Tipe dan jumlah
o. Berikan cairan dari cairan
elektrolit melalui IV tergantung pada
dan atau melalui oral derajat kekuranan
sesuai indikasi. cairan dan respon
pasien secara
individual.
14. Mengkaji tingkat
hidrasi dan
seringkali Ht
meningkat akibat
hemokonsentrasi,
osmolalitas darah
meningkat
sehubungan
dengan adanya
dehidrasi,
Natrium mungkin
menurun yang
dapat
mencerminkan
perpindahan
cairan dari
intrasel (diuresis
osmotik) dan
kadar natrium
yang tinggi
mencerminkan
kehilangan cairan
atau dehidrasi
berat.
15. Untuk
mempercepat
pemulihan
dehidrasi
2. Nyeri 1. Skala nyeri skala a. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
berkurang 6 berkurang yang di alami pasien mengetahui
sampai menjadi 2 (dari dengan memberi berapa berat nyeri
dengan skala 10) rentang nyeri (0-10), yang dialami
hilang 2. Mimik wajah biarkan pasien pasien.
pasien tampak menentukan tingkat
relaks nyeri yang di
3. Rasa nyaman alaminya, tetapkan
pasien terpenuhi tipe nyeri yang
dialami pasien,
respon pasien
terhadap nyeri yang
dialami. 2. Reaksi pasien
b. Kaji faktor – faktor terhadap nyeri
yang mempengaruhi dapat dipengaruhi
reaksi pasien terhadap oleh berbagai
nyeri (budaya, faktor, dengan
pendidikan, dll). mengetahui faktor
– faktor tersebut
maka perawat
dapat melakukan
intervensi yang
c. Berikan posisi yang sesuai dengan
nyaman, usahakan masalah pasien.
situasi ruangan yang 3. Untuk
tenang. mengurangi rasa
d. Ajarkan teknik nyeri
relaksasi seperti tarik
napas dalam
e. Anjurkan pasien 4. Untuk
untuk membaca buku, mengurangi rasa
mendengar musik, nyeri
nonton TV 5. Dengan
(mengalihkan melakukan
perhatian). aktivitas lain,
f. Berikan kesempatan pasien dapat
pada pasien untuk sedikit melupakan
berkomunikasi perhatiannya
dengan teman- terhadap nyeri
temannya atau orang yang dialami.
terdekat.
6. Tetap
berhubungan
dengan orang –
g. Berikan obat – obat orang terdekat
analgetik atau teman
membuat pasien
gembira atau
bahagia & dapat
mengalihkan
perhatiannya
terhadap nyeri.
7. Obat – obatan
analgetik dapat
menekan atau
mengurangi nyeri
pasien.
3. Setelah 1. Menunjukan 1. Timbang berat badan 1. Mengkaji
dilakukan tingkat energi setiap hari. pemasukan
asuhan yang adekuat 2. Tentukan program makanan yang
keperawata 2. Mendemonstrasik diet dan pola makan adekuat
n an berat badan pasien 2. Mengidentifikasi
kebutuhan yang stabil kekurangan dan
nutrisi (normal) penyimpangan dari
terpenuhi 3. Tidak ada tanda – 3. Auskultasi bising kebutuhan
tanda mal nutrisi usus, catat adanya teraupetik.
nyeri abdomen atau 3. Gangguan
perut kembung, mual, keseimbangan
muntahan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan
4. Berikan makanan cair motilitas dan fungsi
yang mengandung zat lambung (distensi
makanan (nutrien) atau ileus paralitik)
dan elektrolit dengan
segera. 4. Pemberian makan
5. Identifikasi makanan melalui oral lebih
yang disukai atau baik jika pasien
dikehendaki termasuk sadar dan fungsi
kebutuhan etnik atau gastrointestinal
kultural. baik.
6. Libatkan keluarga
pasien pada 5. Makanan yang
perencanaan makan disukai pasien dapat
ini sesuai dengan dimasukan dalam
indikasi. perencanaan makan
7. Observasi tanda –
tanda perubahan
tingkat kesadaran,
kulit lembab atau 6. Memberikan
dingin, denyut nadi informasi pada
cepat, peka rangsang, keluarga untuk
cemas, sakit kepala, memahami
pusing, kebutuhan nutrisi
sempoyongan. pasien.
8. Lakukan konsultasi 7. Merupakan tanda –
dengan ahli diet. tanda dari
kekurangan cairan

8. Sangat bermanfaat
dalam perhitungan
dan penyesuain diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien.

4. Setelah 1. Integritas kulit 1. Anjurkan pasien 1. Memberikan


dilakukan yang baik bisa untuk menggunakan sirkulasi yang baik
tindakan dipertahankan pakaian yang longgar bagi kulit
keperawata (sensasi, 2. Hindari kerutan pada
n selama elastisitas, tempat tidur 2. Mencegah
3x24 jam temperature, timbulnya luka
diharapkan hidrasi, 3. Jaga kebersihan kulit akibat permukaan
kerusakan pigmentasi) agar tetap bersih dan tempat tidur yang
integritas 2. Tidak ada luka kering tidak rata
kulit tidak atau lesi pada 4. Mobilisasi pasien 3. Menjaga
terjadi kulit (ubah posisi pasien) kelembaban dan
3. Perfusi jaringan setiap dua jam sekali infeksi bakteri yang
baik 5. Monitor kulit akan dapat menyebabkan
4. melindungi kulit adanya kemerahan luka
dan 6. Oleskan lotion atau 4. Mencegah
mempertahankan minyak baby oil pada timbulnya luka
kelembaban kulit daerah yang tertekan tekan
dan perawatan 7. Monitor aktivitas dan
alami mobilisasi pasien 5. Mengidentifikasi
dengan segera
8. Monitor status nutrisi timbulnya luka
pasien 6. Menjaga hidrasi
dan kelembaban
kulit agar mencegah
9. Memandikan pasien luka
dengan sabun dan air 7. Mencegah
hangat timbulnya luka
tekan akibat
kurangnya aktivitas
atau mobilisasi
8. Berhubungan
dengan kualitas
kulit untuk sembuh
atau pulih dari luka
9. Kebersihan tubuh
akan mencegah
timbulnya infeksi
pada luka, air
hangat
meningkatkan
kenyamanan
5. Klien akan 1. Klien mampu 1. Ciptakan lingkungan 1. Menanggapi dan
melakukan mengungkapkan saling percaya dengan memperhatikan
perubahan pemahaman mendengarkan penuh perlu diciptakan
gaya hidup tentang kondisi perhatian dan selalu sebelum pasien
dan dan proses ada untuk pasien. bersedia mengambil
berpartisip penyakit serta bagian dalam
asi dalam pengobatannya 2. Bekerja dengan proses belajar.
program 2. Klien mau pasien dalam menata 2. Partisipasi dalam
pengobatan melakukan tujuan belajar yang perencanaan
perubahan gaya diharapkan. meningkatkan
hidup untuk Diskusikan topik – antusias dan kerja
tujuan topik utama, seperti: sama pasien dengan
kesembuhan Apakah diare itu dan prinsip – prinsip
sakitnya bagaimana cara yang dipelajari.
menanganinya
dengan tepat
3. Jelaskan mengenai 3. Memberikan
komplikasi penyakit pengetahuan dasar
akut dan kronis yang dimana pasien
mungkin dialami oleh dapat membuat
pasien pertimbangan
4. Diskusikan tentang dalam memilih
cara rencana diet, gaya hidup.
penggunaan makanan
rendah serat, dan cara 4. Kesadaran tentang
untuk menjaga makan pentingnya kontrol
diluar rumah. diet akan membantu
5. Tinjau ulang program klien dalam
pengobatan. Tinjau merencanakan
kembali pemberian makan
insulin oleh pasien
sendiri dan perawatan 5. Pemahaman tentang
terhadap peralatan semua aspek akan
yang digunakan. meningkatkan
6. Tekankan pentingnya penggunaan obat
menjaga pola makan, secara tepat
aktivitas, dan gaya 6. Mengidentifikasi
hidup pemahaman dan
kebenaran dan
prosedur atau
masalah yang
potensial terjadi
sehingga solusi
alternatif dapat
ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Hendarwanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Ngastiah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Smeltzer, S, C., Bare, B, G. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol

2. Jakarta: EGC

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis

Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah

Surakarta. (Diakses 20 Juli 2018 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER

%2B_BAB_1.pdf).

Zein, U., Sagala, K, H., et al. 2010. Diare Akut Disebabkan Diare. Di akses pada

tanggal 20 Juli 2018 dari website:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-

umar5.pdf

Anda mungkin juga menyukai