Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS KRONIS

di Desember 07, 2017


LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS KRONIS

I.     KONSEP PENYAKIT
1.1  Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan
terutama pada anak-anak. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi.
Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor predisposisi ; rangsangan
kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygien mulut yang tidak baik/buruk.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada
tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta hemolitik,
Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan juga oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus.

1.2  Etiologi
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut :
         Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak
ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
         Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai
panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah
penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula
ditenggorakan dan kulit.
         Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-
hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang
unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-
platelet dikatup jantung yang rusak.
         Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini
ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu
demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza
juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.

1.3  Tanda dan Gejala


Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama).
Gejala lain :
Demam, Tidak enak badan, Sakit kepala, Muntah
Menurut Mansjoer, A (2001) gejala tonsilitis antara lain :
         Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
         Tenggorokan terasa kering
         Persarafan bau
         Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus
         Tidak nafsu makan
         Mudah lelah
         Nyeri abdomen
         Pucat
         Letargi
         Nyeri kepala
         Disfagia (sakit saat menelan)
         Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :


         Rasa gatal / kering di tenggorokan
         Lesu
         Nyeri sendi
         Odinafagia
         Anoreksia
         Otalgia
         Suara serak (bila laring terkena)
         Tonsil membengkak

Menurut Smelizer, Suzanne (2000)


Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.

Menurut Hembing, (2002) :


         Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
         Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan,
sakit kepala dan sakit pada telinga.
         Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada
lekukan tonsil.

1.4  Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian
menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema
pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta
otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.

1.5  Pemeriksaan Penunjang
         Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan
demam jengkering.
         Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
         Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur
yang mengandung desinfektan.

1.6  Komplikasi
Komplikasi menurut Mansjoerm (2001) yang potensial pada tonsilitis yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
1.6.1   Abses Peritonsilar (quinsy)
Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi
yang adekuat.
1.6.2   Abses Parafaringeal
Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui
otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia
servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh
darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
1.6.3   Abses Retrofaringeal
Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada
dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah
ke arah mediastinum dan paru-paru.
1.6.4   Tonsilolith
Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan
debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan,
bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
1.6.5   Kista Tonsil
Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai
akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
1.6.6   Komplikasi Sistemik
Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A.
Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial
endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung

1.7  Penatalaksanaan
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status nutrisinya.
Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi, demikian juga
jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan
penurunan nafsu makan / anoreksia.
Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu
dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya
dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena resiko
komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala
dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah
aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah
pulih.

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah
terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat dan pasien
gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk
memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat
lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang
operasi, dilakukan anastesi umur untuk menjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi
perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari
banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal salin
hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet cairan atau
semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat
diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk
lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus
yang terbentuk.

Patways 

I.          Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan Tonsilitis Kronis


1.1  Pengkajian
1.1.1        Riwayat Keperawatan
a.       Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.
b.      Keluhan Tambahan :
c.       Suara serak, Merasa lesu, Tidak nafsu makan, Nafas berbau
d.      Alasan masuk rumah sakit :Nyeri yang tidak tertahankan
e.       Riwayat penyakit lalu :Belum pernah mengalami penyakit pernapasan
f.       Riwayat penyakit sekarang :
Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,2
0C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri
pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut terjadi
pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus
group A. Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.

1.1.2        Pemeriksaan Fisik : Data Fokus


a.    Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan ( fatigue)
b.    Sirkulasi
Tanda : - Takikardia, Hiperfentilasi ( respons terhadap aktivitas)
c.    Integritas Ego
Gejala : - Stress, Perasaan tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit
d.   Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola berkemih
Tanda : - Warna urine mungkin pekat
e.    Maknan / cairan
Gejala : - Anoreksia, Masalah menelan, Penurunan menelan
Tanda : - Membran mukosa kering, Turgor kulit jelek
f.     Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, Nyeri tekan pada
daerah sub mandibula.
Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral, obat-
obatan.
Tanda : - Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.

1.1.3        Pemeriksaan Penunjang
1.      Tes Laboraturium
Digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada didalam tubuh pasien merupakan akteri
Grup A, Karena grup ini disertai dengan demam, reumatik, glomerulnefritis.
2.      Pemeriksaan penunjang kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3.      Terapi
Menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.

1.2  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri Akut (00132)
1.2.1         Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association For The Study Of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.

1.2.2        Batasan Karakteristik
        Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat
mengungkapkannya (mis,Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assessment Checklist for Senior
with Limited Ability to Communicate)
        Diaforesis
        Dilatasi pupil
        Ekspresi wajah nyeri (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar
atau tetap pada satu fokus, meringis)
        Fokus menyempit (mis, persepsi waktu, proses berfikir, interaksi dengan orang dan
lingkungan)
        Fokus pada diri sendiri
        Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis, Skala Wong-Baker
FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
        Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri
(mis, McGill Pain Questionnaire Brief Pain Inventory)
        Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis, anggota keluarga, pemberi asuhan)
        Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada)
        Perilaku distraksi
        Perubahan pada parameter fisiologi (mis, Tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi
pernafasan, saturasi oksigen, danendtidal karbondioksida)
        Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
        Perubahan selera makan
        Putus asa
        Sikap melindungi area nyeri
        Sikap tubuh melindungi

1.2.3        Faktor yang berhubungan


        Agens cedera biologis (mis, infeksi, iskemik, neoplasma)
        Agens cedera fisik (mis, abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
bedah, trauma, olahraga berlebihan)
        Agens cedera kimiawi (mis, luka bakar, kapsaisin, metilin klorida, agens mustard)

      Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)


1.2.4        Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
1.2.5        Batasan Karakteristik
-          Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
-          Bising usus hiperaktif
-          Cepat kenyang setelah makan
-          Diare
-          Gangguan sensasi rasa
-          Kehilangan rambut berlebihan
-          Kelemahan otot penguyah
-          Kelemahan otot untuk menelan
-          Kerapuah kepiler
-          Kesalahan informasi
-          Kesalahan persepsi
-          Ketidamampuan menelan makanan
-          Kram abdomen
-          Kurang informasi
-          Kurang minat pada makanan
-          Membran mukosa pucat
-          Nyeri abdomen
-          Penurunan berat badan dengan aspuan makanan adekuat
-          Sariawan rongga mulut
-          Tonus otot menurun
1.2.6        Faktor yang berhubungan
-          Faktor biologis
-          Faktor ekonomi
-          Gangguan psikososial
-          Ketidakmampuan makan
-          Ketidakmampuan mencerna makanan
-          Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
-          Kurang asupan makanan
1.3  Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri Akut
1.1.1        Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
.......x1 jam,diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria :
1.   Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif terhadap  kemudahan fisik dan psikologis
2.   Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3.   Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
      Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5:tidak pernah, jarang,kadang-kadang,sering, atau selalu)
      Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut ( sangat berat,
berat, sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot,
durasi nyeri, merintih dan menangis, gelisah.

1.1.2        Intervensi dan rasional


a.       Manajemen Nyeri: (Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien)
b.      Pemberian Analgesik : (Menggunakan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri)
c.       Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman
dan efektif
d.      Bantuan Analgesia : Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh
pasien
e.       Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan memberikan
dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik atau terapeutik
Pengkajian
-          Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi 
pengkajian
-          Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ada
nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
-          Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
-          Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respons pasien
-          Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
-          Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas , intensitas atau keparahan nyerim dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga


-          Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum , frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengonsumsi obat tersebut (misalnya , pembatasan aktivitas fisik , pembatasan diet) dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
-          Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
-          Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
-          Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid (misalnya, risiko
ketergantungan atau overdosis)
-          Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
-          Manajemen Nyeri (NIC) :
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous
electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis, relaksasi, atau kompres hangat atau dingin, dan
masase) sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang
lain.

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)


1.1.1   Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
-          Selera makan: keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
-          Status Gizi: Tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
-          Status Gizi: Pengukuran Biokimia: Komponen dan kimia cairan tubuhyang mengidentifikasi
status nutrisi
-          Status Gizi: Asupan Makanan dan Cairan: Jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh
selama waktu 24jam
-          Status Gizi: Asupan Gizi: Keadekuatan pola asupan gizi yang biasanya
-          Perawatan-Diri: Makan: Kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan
cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
-          Berat Badan: Massa Tubuh: Tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi
badan, rangka tubuh, jenis kelamin, dan usia.

Tujuan/Kriteria Hasil
-          Memperlihatkan Status Gizi: Asupan Makanan dan Cairan.
a.       Tidak adekuat
b.      Sedikit adekuat
c.       Cukup adekuat
d.      Adekuat
e.       Sangat adekuat
Pasien Akan:
-          Mempertahankan berat badan dan menambah berat badan
-          Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
-          Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
-          Menoleransi diet yang dianjurkan
-          Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
-          Memiliki nilai laboratorium (mis, transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal
-          Melaporkan tingkat energi yang adekuat

1.1.2        Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi NIC
-          Manajemen Gangguan Makan: Mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat
dan aktivitas yang berlebihan atau memasukan makanan dan minuman dalam jumlah banyak
kemudian berusaha mengeluarkan semuanya
-          Manajemen Elektrolit: meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat dari kadar elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang
tidak normal atau diluar harapan
-          Pemantauan Elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit
-          Pemantauan Cairan: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan
cairan
-          Manajemen Cairan/Elektrolit: Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar
cairan/elektrolit
-          Manajemen Nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
-          Terapi Nutrisi: Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien
yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi
-          Pemantau Nutrisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
-          Bantuan Perawatan-Diri: Makan: Membantu Individu untuk makan
-          Bantuan Menaikan Berat badan: memfasilitasi pencapaian kenaikan berat badan.
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
-          Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
-          Pantau nilai laboraturium, khususnya transferin, albumin, elektrolit
-          Manajemen Nutrisi (NIC):
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
-          Ajarkan metode untuk perencaan makanan
-          Ajarkan tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
-          Manajemen Nutrisi (NIC):

Aktivitas Kolaboratif
-          Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami
ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein.
-          Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui slang, atau nutrisi parental total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
-          Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
-          Rujuk keprogram gizi dikomunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau
menyimpan makanan yang adekuat
-          Manajemen Nutrisi (NIC):

Aktivitas Lain
-          Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan,
kesukaan, dan tidaksukaan pasien, serta suhu makanan
-          Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah
-          Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realitis untuk latihan fisik dan asupan makanan
-          Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik dilokasi yang terlihat
jelas dan kaji ulang setiap hari
-          Tawarkan makanan dengan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
-          Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis, pindahkan barang-barang dan
cairan yang tak sedap dipandang)
-          Hindari prosedur invasif sebelum makan 

III. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall ( 2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E ( 1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer, et all . ( 2001) . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne & Bare, B E . (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah  , Brunner &
Suddarth , ed . 8 . Jakarta ; EGC

Wilkinson, Judith.2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
hasil NOC Edisi 7. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai