Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

B. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan
obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
 Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
D. Manifestasi Klinis
Gejala awal :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi (whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5. Fatigue (kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
E. Prognosis
Prognosis untuk asma biasanya bagus, Mortalitas sudah menurun selama dua
dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit yang lebih baik dan perbaikan
dalam pengobatan.[132] Secara global asma menyebabkan disabilitas/
ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga
tahun 2004 (16 jutaan orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah).[133] Dari asma yang didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh
dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu dekade. [50] Perubahan saluran napas
terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan perubahan yang berbahaya
atau bermanfaat.[134] Pengobatan dini dengan kortikosteroid tampaknya
mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.
F. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu
7. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,
bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.
8. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi.
9. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
Berdasarkan Keparahan Penyakit :
1. Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2. Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi <
1 kali dalam 1 hari.
3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1 minggu.
4. Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi
sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik
terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Foto rontgen
4. Pemeriksaan faal paru
5. Elektrokardiografi
H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asma
b. Menghindari faktor pencetus
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
d. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis
800  empat kali semprot tiap hari.
e. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
f. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
g. Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik,
diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan
dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
I. Komplikasi
1. Pneumo thoraks
2. Pneumomediastinum
3. Emfisema subkutis
4. Ateleltaksis
5. Aspergilosis
6. Gagal nafas
7. Bronchitis
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

1. Pengkajian Keperawatan
a.Riwayat kesehatan sekarang
1. Waktu terjadinya sakit : Berapa lama sudah terjadinya sakit
2. Proses terjadinya sakit : Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana
sakit itu mulai terjadi
3. Upaya yang telah dilakukan : Selama sakit sudah berobat kemana,
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
4. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang : TTV meliputi tekanan
darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain
seperti saat diauskultasi adanya ronky,wheezing.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru-
paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup :
Usia mulai merokok secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang
dihisap setiap hari. Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
c.Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini : Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan
melalui orang ke orang. Kelainan alergi seperti asma bronchial,
menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi
akibat konflik keluarga. Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di
daerah yang tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai
penyebab timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.
d. Riwayat kesehatan lingkungan.
e.Pola Keseharia
1. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
 Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
 Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
 Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2. Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Kualitas dan kuantitas jam tidur
3. Pola nutrisi – metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
5. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6. Pola konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7. Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8. Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
c. Pemeriksaan Fisik
Data klinik, meliputi:
i. TTV
ii. Keluhan Utama
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h. Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan-kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler
seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
j. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
tonus otot cukup

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
2. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peningkatan
produksi mucus
3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan
batuk
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
otot
6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakitnya
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Pola nafas tidak Pasien 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan


efektif berhubungan mempertahankan pola kedalaman biasanya
dengan penyempitan nafas efektif yang pernafasan dan meningkatkan
jalan nafas ditunjukan oleh: ekspansi dada serta dyspnea dan terjadi
 Frekuensi irama catat upaya peningkatan kerja
dan kedalaman pernafasan nafas, kedalaman
pernafasan. termasuk pernafasan
 Tidak terdapat atau penggunaan otot bervariasi
dyspnea berkurang. bantu atau tergantung derajat
 Gas-gas darah pelebaran nasal. gagal nafas.
arteri dalam 2.  Auskultasi bunyi 2. Ronchi dan mengi
batasan yang dapat nafas dan catat menyertai
diterima oleh adanya bunyi nafas obstruksi jalan
pasien. adventisius seperti nafas/kegagalan
krekels, mengi, pernafasan.
gesekan pleural. 3. Membantu
3. Beri posisi semi ekspansi paru.
fowler. 4. Membantu
4. Bantu pasien mengeluarkan
dalam nafas dalam sputum dimana
dan latihan batuk dapat mengganggu
efektif. ventilasi dan
5. Berikan therapi ketidaknyamanan
oksigen sesuai upaya bernafas.
pesanan. 5. Memaksimalkan
6.  Berikan obat- persediaan oksigen
obatan sesuai untuk pertukaran
pesanan. gas.
6. Mempercepat
penyembuhan.
2. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas 1. Bantu Pasien untuk 1. Dengan
inefektif efektif dengan kriteria mengatur posisi memberikan /
berhubungan dengan jangka pendek : yang nyaman atau mengatur posisi
peningkatan  Pasien mampu semi flower yang nyaman agar
produksi mucus mengeluarkan lingkungan yang dapat bernafas
sekret dengan bersih + jauh dari dengan lega.
mudah polusi. 2. Batuk efektif dan
 Penumpukan sekret 2. Bantu pasien untuk bernafas panjang
berkurang. batuk efektif dan untuk
 Pasien tidak tarik nafas panjang. mengeluarkan
mengeluh sasak Beri penyuluhan      dahak + melegakan
nafas jangka mengenai tekhnik pernafasan.
panjang. penguapan 3. Dapat melegakan

 Pasien tidak sesak jalan nafas dan

lagi. dapat bernafas


dengan  nyaman.

3. Perubahan pola Perubahan pola istirahat 1. Ciptakan suasana 1. Mengurangi


istirahat dan tidur dan tidur teratasi ruangan yang kegaduhan agar
berhubungan dengan dengan kriteria: nyaman. dapat menambah
sesak nafas dan  Jangka pendek, 2. Rapihkan dan ketegangan pasien.
batuk pasien dapat bersihkan tempat 2. Menciptakan
istirahat. tidur setiap hari. kenyamanan
 Jangka panjang, Os 3. Atur posisi yang istirahat dan tidur.
dapat istirahat dan aman untuk pasien 3. Mengatur dosis
tidur dengan beristirahat dan tidur supaya dapat
teratur. istirahat dan tidur
dengan nyenyak.
4. Gangguan nutrisi  Gangguan nutrisi 1. Kaji status nutrisi 1. Klien dengan
kurang dari kurang dari kebutuhan klien distress pernafasan
kebutuhan teratasi dengan kriteria : 2. Evaluasi berat sering anoreksia
berhubungan dengan  Nutrisi terpenuhi badan dan ukuran dikarenakan
anoreksia secara adekuat. tubuh. dyspnea, produksi
 Berat badan dalam 3.  Auskultasi bising sputum dan obat-
batas normal sesuai usus. obatan.
IMT. 4. Hindarkan 2.  Kegagalan
makanan yang pernafasan
menghasilkan sisa membuat status
gas dan karbonat. hipermetabolik
5.   Beri makanan dengan
porsi kecil dan peningkatan
sering. kebutuhan kalori.
3. Penurunan bising
usus menunjukan
penurunan
motilitas gaster dan
konstipasi yang
berhubungan
dengan penurunan
aktivitas.
4. Dapat
menghasilkan
distensi abdomen
yang mengganggu
pernafasan
abdomen.
5. Membantu
menurunkan
kelemahan selama
waktu makan dan
memberikan
kesempatan untuk
meningkatkan
masukan kalori
total.
5. Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas 1. Kaji keluhan 1. Memahami
dalam melakukan teratasi dengan kriteria : sesak, pusing dan masalah klien.
perawatan diri  Mampu beraktivitas kemampuan 2. Higiene klien
berhubungan dengan sesuai keadaan. merawat diri klien. terpenuhi.
kelemahan dan   Merawat diri 2. Bantu personal
kelelahan otot secara mandiri. higiene (mandi,
berpakaian, bab,
bak).

6 Ansietas Ansietas teratsi dengan 1. Berikan 1. Mengetahui


berhubungan dengan kriteria jangka pendek penjelasan pada penyakit
kurang informasi 1. Pasien yakin pasien secara memudahkan
dan pengetahuan penyakitnya akan sopan tentang dimasukan
klien dan keluarga sembuh. penyakit yang keperawatan yang
tentang penyakitnya 2. Pasien mengetahui sedang di derita. sesuai.
akan penyakitnya 2. Berikan 2. Mengetahui
jangka panjang. penjelasan bahwa penyakit upaya +
3. Pasien merasa penyakitnya akan upaya
tenang dalam berkurang sedikit penyembuhan
menghadapi demi sedikit berlangsung
penyakitnya dengan dengan baik.
pengobatan yang 3. Dapat mengurangi
teratur. cemas DS.
3. Berikan motivasi 4. Dapat menghindari
dan perhatian atas kambuh kembali
segala usaha yang penyakitnya.
dilakukan pasien
untuk
kesembuhannya.
4. Anjurkan pada
pasien untuk
menghindari
faktor-faktor
pencetus
kambuhnya
kembali
penyakitnya.

4. Evaluasi keperawatan
1) Diagnose 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas : masalah teratasi
2) Diagnose 2 : Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan
peningkatan produksi mucus : masalah teratasi
3) Diagnose 3 : Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak
nafas dan batuk : masalah teratasi
4) Diagnose 4 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia : masalah teratasi.
5) Diagnose 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan
kelelahan otot : masalah teratasi
6) Diagnose 6 : Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya : masalah teratasi

DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi


6.Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.;Pocket Guide for Asthma


Management and Prevension In Children. www. Dimuat
dalam www.Ginaasthma.org (diakses tanggal 13 Desember 2017 jam 12.00
WITA )

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition.New Jersey: Upper Saddle River.

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:


EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Pathway

Faktor intrinsic Faktor ekstrinsik


↓ ↓
Infeksi oleh kuman Alergen

Menginfeksi saluran nafas

Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit)



Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine)

Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Bronkospasme inflamasi

Hiperesponsive jalan nafas



Hipersekresi mukus dalam Penyempitan jalan nafas Mukosa saluran
rongga jalan nafas ↓ nafas menebal
↓ Kompensasi tubuh untuk ↓
Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumen
batuk bersputum cukup ke jaringan menurun ↓
↓ ↓ Batuk bersputum
Pemasukan O2 Kontraksi otot-otot pernafasan ↓
inadekuat ↓ Peningkatan produksi
↓ Metabolisme tubuh meningkat sputum
Pola nafas ↓ ↓
tidak efektif Pengeluaran energi berlebihan Jalan nafas tidak efektif
↓ ↓
Serangan Cadangan energi kurang Bersihan jalan
paroksimal ↓ nafas inefektif
↓ Metabolisme ke jaringan terhambat
Merangsang ↓
sistem saraf Kelemahan dan kelelahan otot
simpatis ↓
↓ Intoleransi aktivitas
Mengaktifkan RAS
dalam mengaktifkan Dispnea, wheezing, batuk, sputum Perubahan status
kerja organ tubuh ↓ kesehatan klien
↓ Merangsang vomiting center ↓
Rapid Eye Movement ↓ Proses hospitalisasi
(REM) menurun Mual/muntah ↓
↓ ↓ Kurangnya informasi dan
Susah tidur Anoreksia pengetahuan klien dan
↓ ↓ keluarga tentang
Perubahan pola Asupan makanan berkurang penyakitnya
Istirahat tidur ↓ ↓
Gangguan nutrisi kurang Stressor psikologis bagi
dari kebutuhan klien dan keluarga

Ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN
“ASMA”
DI SUSUN OLEH :

LISDAYANTI

163010006

PRODI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

TAHUN 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA “TN.M”
DENGAN KASUS “ASMA”

DI SUSUN OLEH :

LISDAYANTI

163010006

PRODI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

TAHUN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai