Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE

(Preeklampsia dan eklampsia)

Oleh:

Nurwulan Sari, S.Kep


NIM: 14420202086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM I NDONESIA MAKASSAR

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu
hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi
tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan (Backe et al, 2015). Setiap ibu hamil
sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas
minimal 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan
14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28minggu) dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia
kehamilan) termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga.
Kunjungan pertama ANC sangat dianjurkan pada usia kehamilan 8-12 minggu (Backe
et al, 2015; Kemenkes RI, 2015; PMK 97, 2014). Pada tahun 2015, hampir seluruh
ibu hamil (95,75%) di Indonesia sudah melakukan pemeriksaan kehamilan pertama
(K1) dan 87,48% ibu hamil sudah melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap dengan
frekuensi minimal 4 kali sesuai ketentuan tersebut (K4) (Kemenkes RI, 2016).
Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah mempersiapkan wanita
dalam menghadapi persalinan (NICE, 2012). Kesiapan persalinan adalah perencanaan
awal dan persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu perempuan, suami
dan keluarga agar siap untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi
komplikasi dan hal tak terduga (FCI, 2016; WHO, 2006). Kesiapan persalinan dapat
dinilai di enam level yaitu level individu perempuan, suami atau keluarga,
lingkungan, tenaga kesehatan, fasilitas Kesehatan dan kebijakan. Pada level individu,
perempuan hamil dan suaminya dapat mempersiapkan persalinan dan menghadapi
komplikasi dengan mengenal tanda-tanda bahaya yang mengindikasikan komplikasi
yang mengancam jiwa ibu dan bayi, mengidentifikasi penolong persalinan terlatih dan
tempat persalinan, menyediakan tabungan dan mengatur transportasi, sedangkan pada
level keluarga dan lingkungan dapat mengidentifikasi pendonor darah (JHPIEGO,
2004; WHO, 2006). Seorang wanita yang telah mempersiapkan keenam unsur
kesiapan persalinan yang telah di jelaskan WHO dikategorikan siap dan sebaliknya
bila mempersiapkan kurang dari keenam unsur kesiapan persalinan dikategorikan
tidak siap (Gitonga, 2014).
Selain bertujuan untuk mempersiapkan persalinan, Salah satu alasan penting
ibu hamil harus mendapatkan pelayanan ANC adalah untuk membangun rasa saling
percaya antara klien dan petugas Kesehatan (Saifuddin, 2013).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis preeklamsia dan eklampsia
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan preeklampsia dan eklampsia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Defenisi Antenatal care
Antenatal care adalah suatu pelayanan yang bersifat preventif care kepada
individu untuk mencegah suatu masalah yang kurang baik kepada ibu maupun
janin. Asuhan Antenatal merupakan suatu program dari pelayanan kesehatan
obstetrik yang mempunyai upaya preventif untuk mengoptimalisasi luaran
maternal maupun neonatal melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
rutin pada saat kehamilan (Depkes RI, 2012).
Antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi
serta penanganan medik yang dilakukan pada ibu hamil, persalinan maupun nifas
dengan tujuan untuk menjaga kehamilan tersebut agar ibu sehat serta
mengusahakan bayi yang dilahirkannya juga sehat, kehamilan dan proses
persalinan yang aman serta memuaskan, memantau adanya risiko-risiko yang
terjadi selama kehamilan, menurunkan angka morbiditas serta mortalitas pada ibu
maupun janin, dan merencanakan penatalaksanaan yang secara optimal pada
kehamilan yang memiliki risiko tinggi (Kemenkes RI, 2016).
2. Tujuan Antenatal care
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care menurut Depkes
RI (2012), antara lain:
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil dalam memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilah dengan
sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan ANC antara lain :
1) Menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu, komprehensif, serta
berkualitas.
2) Memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan
pemberian ASI
3) Meminimalkan missed opportunity pada ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas.
4) Mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu
hamil
5) Dapat melakukan intervensi yang tepat terhadap kelainan atau penyakit
sedini mungkin pada ibu hamil
6) Dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan system rujukan yang sudah ada.
7) Dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan pendidikan tentang
kehamilan, persalinan dan persiapan menjadi orang tua.
3. Jadwal Kunjungan Antenatal care
Pemeriksaan kehamilan antenatal care sangatlah dibutuhkan guna memantau
kondisi kesehatan ibu dan janinnya sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin. Berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang
dengan ketentuan sebagai berikut (Jannah, 2012) :
a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin. 
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
(Kemenkes, 2012) :
a. Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan <14 minggu)
b. Minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14-28 minggu)
c. Minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( > 28 minggu sampai kelahiran).
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan
paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Kunjungan 1/K1 (Trimester 1 )
K1/kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali ada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
ibu hamil terlambat datang bulan. Tujuan pemeriksaan pertama pada antenatal
care adalah :
1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan
2) Mengenali dan menangani penyulit yang mungkin terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas
3) Mengenali dan mengobati penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
5) Memberikan nasihat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi.
Pada kunjungan pertama juga merupakan kesempatan untuk memberikan
informasi bagi ibu hamil agar dapat mengenali faktor risiko ibu dan janin.
Informasi yang dapat diberikan antara lain :
1) Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal.
2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia, karena selama kehamilan
akan terjadi peningkatan secret di vagina.
3) Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan berserat tinggi
4) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu kepada tenaga kesehatan.
5) Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.
b. Kunjungan 2/K2 ( Trimester 2)
Pada periode ini, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan
pemeriksaan kehamilan di trimester II antara lain :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan pre-eklampsia gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan 3 dan 4/K3 dan K4 (Trimester 3)
Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
dilakukan setiap 2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan
dirinya atau kandungannya. Tujuan kunjungan pemeriksaan kehamilan
trimester III yaitu :
1) Mengenali adanya kelainan letak janin
2) Memantapkan rencana persalinan
3) Mengenali tanda-tanda persalinan
Jadwal tersebut merupakan jadwal pemeriksaan dalam kondisi kehamilan yang
normal, karena biasanya penyulit kehamilan baru akan muncul pada trimester
ketiga hingga menjelang akhir kehamilan. Jika kehamilan tidak normal, maka
jadwal pemeriksaan kehamilan akan disesuaikan dengan kondisi ibu hamil
(Purwaningsih, 2010).
4. Standar Asuhan Pelayanan Antenatal care
Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Wagiyo
(2016) antara lain:

a. Ukur
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung
dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 7 - 12 kg dan kenaikan berat
badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu
mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul.
b. Ukur Tekanan Darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 )
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan
UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Sesuai Minggu Jarak Dari Simfisis
22 – 28 Minggu 24-25 cm
28 Minggu 26,7 cm
30 Minggu 29,5 – 30 cm
32 Minggu 31 cm
34 Minggu 32 cm
36 Minggu 33 cm
40 Minggu 37,7 cm

d. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )


e. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita
hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke4.
f. Pemeriksaan Hb ( T6 )
Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan
minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus
diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr%
atau lebih.
g. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab) (T7)
Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil spesimen
darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan
pengobatan dan rujukan.
h. Pemeriksaan Protein urine ( T8 )
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau
tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.
i. Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) 
Untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
j. Perawatan Payudara ( T10 )
Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
k. Senam Hamil ( T11 )
l. Pemberian Obat Malaria ( T12 )
Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil
dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan
darah yang positif.
m. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 )
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis
yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
n. Temu wicara / Konseling ( T14 )
5. Pemeriksaan penunjang Antenatal Care
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas
meliputi:
Pemeriksaan rutin Merupakan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas yang meliputi pemeriksaan
hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan rutin pada daerah/situasi tertentu Merupakan pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan atau ditawarkan untuk ibu hamil, bersalin, dan
nifas yang meliputi pemeriksaan anti HIV, malaria, dan/atau pemeriksaan lain
tergantung pada kondisi daerah/situasi tertentu tersebut.
Pemeriksaan rutin atas indikasi penyakit. Merupakan pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas jika
ditemukan indikasi penyakit tertentu. (Depkes.2013)
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas
dilaksanakan atas 3 (tiga) tahap:
a. Pra analitik, meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen dan pengolahan
spesimen.
b. Analitik, meliputi pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia klinik,
pemeriksaan hemostasis, pemeriksaan serologi/imunologi, pemeriksaan
mikrobiologi/parasitology, dan pemeriksaan urin.
c. Pasca analitik, meliputi verifikasi hasil, validasi hasil dan penulisan hasil
pemeriksaan.
Perubahan Nilai Laboratoium Akibat Perubahan Fisiologi
Wanita Hamil
Perubahan Fisiologis Perubahan nilai Laboratorium pada Kehamilan
1. Hematologi
a. Volume darah Bertambah 40-45% pada akhir kehamilan.
Pertambahan dimulai trimester I dan semakin
bertambah pada trimester II, kemudian pertambahan
tersebut berkurang pada trimester III
b. Hemoglobin Menurun sedikit akibat hemodilusi
c. Hematokrit Menurun sedikit akibat hemodilusi
d. Eritrosit Menurun 15-40%
e. Leukosit Meningkat menjadi 5000-16.000/µL
f. Trombosit Menurun sedikit akibat hemodilusi
2. Fungsi respirasi Hiperventilasi dan respirasi alkalosis
3. Fungsi Ginjal
a. Kretinin serum Menurun 30%
b. Urea serum Menurun 30-40%
c. Creatinine clearance Tidak berubah pada wanita hamil
4. Fungsi hati
a. Albumin Menurun 10-20%
b. Bilirubin Meningkat 30-40%
c. LDH Tidak berubah pada wanita hamil
d. Alkalin fosfatase Meningkat sampai 10%
5. Metabolisme
a. Insulin Meningkat karena resitensi insulin perifer. Tetapi pada
akhir kehamilan kadarnya berkurang 50-70%
b. Protein Protein plasma meningkat
c. Lemak Lipid, lipoprotein dan apolipoprotein meningkat
mulai pertengahan kehamilan
Sumber: (Depkes, 2013)
a. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil terbagi atas tiga kelompok yaitu:
1) Pemeriksaan rutin
No. Jenis Trimester I Trimester II Trimester III
Pemeriksaan
1. Hemoglobin Ya Ya
2. Golongan darah Ya
(sumber: Depkes, 2013)
2) Pemeriksaan Laboratorium pada Daerah atau Situasi Tertentu
No. Jenis Pemeriksaan Situasi atau Kondisi
1. Anti HIV Pada daerah endemik dan meluas
. Pada daerah endemik rendah wajib
ditawarkan pada ibu hamil dengan TB
dan IMS
2. Malaria Pada daerah endemic
(sumber: Depkes, 2013)
b. Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
Beberapa faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan:
1) Diet
2) Obat
3) Aktivitas fisik
4) Ketinggian/altitude
5) Demam
6) Trauma
7) Variasi ritme sirkadian (diurnal).
6. Perubahan dan adaptasi pada masa kehamilan
a. Perubahan Fisiologis Kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh dibawah
ini :
1) Sistem reproduksi

a) Uterus

Menurut Prawiroharjo (2014), Pembesaran uterus merupakan


perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan
konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan
menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan
peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan
fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap
regangan dan distensi. Hipertrofi miometrium juga disertai dengan
peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik.Uterus bertambah besar,
dari yang beratnya 30 gr. Menjadi 1000 gr saat akhir kehamilan (40
minggu). Pembesaran ini di sebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan
dilatasi pembuluh darah, hipertofi dari otot-otot rahim, dan perkembangan
desidua dan pertumbuhan janin.

Pada Trimester III (> 28 minggu) dinding uterus mulai menipis dan
lebih lembut. Pergerakan janin dapat diobservasi dan badannya dapat diraba
untuk mengetahui posisi dan ukurannya, korpus berkembang menjadi
segmen bawah rahim. Pada minggu ke-36 kehamilan terjadi penurunan
janin ke bagian bawah rahim, hal ini disebabkan melunaknya jaringan-
jaringan dasar panggul bersamaan dengan gerakan yang baik dari otot
rahim dan kedudukan bagian bawah rahim.

b) Serviks

Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah menjadi


lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam serviks
bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hiperplasia
serviks. Pada akhir kehamilan, serviks menjadi sangat lunak dan portio
menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki
dengan mudah oleh satu jari.

c) Vagina

Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot


dan epitelium. Lapisan otot membesar, vagina lebih elastis yang
memungkinkan turunnya bagian bawah janin (Indrayani, 2011).

d) Ovarium

Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat


perkembangan dari korpus luteum (Hani, 2011).

e) Payudara

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh


plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar).
Adanya chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan
muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam
payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya (Asrinah
dkk, 2015).
2) Sistem pencernaan
a) Mulut dan gusi

Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatnya aliran darah ke


rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga
terjadi oedema.

b) Lambung

Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek sampingg mual dan


muntah-muntah. Perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,
konstipasi, lebih sering lapar/ perasaan ingin makan terus (mengidam),
juga akibat peningkatan asam lambung.

c) Usus Halus dan Usus Besar

Tonus otot- otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan


makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Reasorbsi
makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi.
3) Sistem perkemihan
Ureter membesar, tonus otot- otot saluran kemih menurun akibat
pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering, laju filtrasi
meningkat. Dinding saluran kemih bisa tertekan oleh perbesaran uterus,
menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar
kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun, namun ini
dianggap normal.
4) Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung mengalami
hipertrrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran jantung.
Kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh jantung dalam
setiap denyutnya) sebagai hasil dari peningkatan curah jantung. Ini
meningkatkan volume darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu
untuk pertumbuhan janin (Asrinah dkk, 2015).
5) Sistem integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh Melanophore Stimulating Hormon lobus hipofisis anterior
dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide,atau alba, aerola mamae, papilla mamae, linea nigra,
chloasmagravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.
6) Sistem pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk bisa
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma akibat
dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu
hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
7) Metabolisme
Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula,
terutama pada trimester ketiga. Kesimbangan asam basa mengalami penurunan
dari 155 mEq per liter menjadi 145mEq per liter disebabkan adanya
hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin. Kebutuhan
protein perempuan hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi.
Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau sebutir
telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapatkan dari karbohidrat, lemak, dan
protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil. Berat badan ibu hamil
bertambah (Asrinah dkk, 2015).
b. Perubahan Psikologis Selama Kehamilan
Perubahan Psikologis pada trimester ke-3, yaitu :

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi bayi tidak lahir tepat waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi


yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6) Merasa kehilangan perhatian.

7) Perasaan mudah terluka (sensitif).

8) Libido menurun (Walyani, 2015).


7. Tanda-tanda kehamilan
Untuk bisa memastikan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Tanda kehamilan menurut Astuti
(2010) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Tanda Tidak Pasti Hamil
1) Tidak terjadi mesntruasi/haid (amenorea)
Tidak dapat menstruasi dapat menandakan kehamilan, tetapi dapat juga
merupakan tanda gangguan fisik. Untuk lebih memastikan dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan
hilang seiring semakin tuanya usia kehamilan. Tujuh puluh persen
perempuan hamil mengalami komplikasi mual dan muntah. Hal ini
disebabkan oleh estrogen atau HCG
3) Pingsan
Pada wanita hamil, terjadi pengenceran darah akibat proses
kehamilan. Jika salah satu organ tubuh, misalnya otak mengalami
kekurangan oksigen, hal tersebut dapat menyebabkan terjadi pingsan.
4) Sering berkemih
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering berkemih. Frekuensi terjadi pada trimester pertama
akibat desakan uterus. Pada triwulan kedua desakan ini berkurang karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada trimester 3 gejala
ini timbul kembali karena kepala janin mulai masuk rongga panggul dan
menekan kembali kandung kemih.
5) Sembelit/ konstipasi
Sembelit pada ibu hamil disebabkan oleh hormon steroid yang
meningkat sehingga menyebabkan kerja usus menjadi lambat.
6) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit pada wajah, payudara, perut, paha, dan ketiak
biasanya bertambah. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon dalam
kehamilan.
7) Epulsi
Gusi dan mukosa menjadi mudah berdarah, sering terjadi pada
trimester pertama.
8) Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena, terutama bagi yang mempunyai bakat. Sering
terjadi pada trimester pertama dan hilang setelah persalinan.
b. Tanda Mungkin Hamil
Tanda mungkin hamil merupakan tanda untuk menetapkan kehamilan.
Tanda-tanda yang memungkinkan seorang wanita hamil.
1) Perut membesar
Perut membesar sangat identik dengan ibu hamil. Namun, tidak semua
perut membesar merupakan akibat kehamilan, mungkin saja akibat faktor
kegemukan atau terdapat penyakit abdomen, misalnya tumor atau adanya
cairan di rongga perut.
2) Uterus membesar
Dengan kehamilan yang sehat, uterus pun akan membesar sedikit demi
sedikit sesuai dengan usia kehamilan. Namun, pembesaran uterus dapat
juga terjadi akibat suatu penyakit, misalnya miom, kista atau kanker.
3) Tanda hegar
Melunaknya segmen bawah rahim yang mempunyai kesan lebih tipis
dapat diketahui dengan pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat
pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
4) Tanda chadwik
Terjadi perubahan warna pada porsio, pada awalnya berwarna merah
muda, menjadi kebiru-biruan. Selaput lendir dan vagina pun berwana
keungu-unguan.
5) Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol jelas ke
jurusan pembesaran tersebut.
6) Braxton-hicks
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul sesekali, tepatnya
berada di bagian perut bawah.
7) Teraba ballottement
Ballotement adalah pantulan saat rahim digoyangkan. Memeriksa
kontraksi ini dilakukan dengan cara memegang bagian rahim yang
mengeras sambil sedikit digoyangkan.
c. Tanda Pasti Hamil
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara
jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain.
tanda pasti hamil yaitu:
1) Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan.
Gerakan janin bisa dirasakan dengan jelas setelah minggu 24.
2) Denyut jantung janin terlihat dan terdengar dengan bantuan alat.
Djj dapat didengarkan pada umur kehamilan 17-18 minggu dengan
steteskop laenec, pada orang gemuk lebih lambat. Sementara menggunakan
doppler sekitar minggu ke-12.
3) USG untuk melihat kondisi janin di dalam kandungan.
8. Pemeriksaan kehamilan (Leopold 1-4)
a. Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi
untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
1) Leopold I :
a) Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus.
c) Konsistensi uterus
2) Leopold II :
a) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
b) Menentukan letak punggung janin
c) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
3) Leopold III :
a) Menentukan bagian terbawah janin
b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
4) Leopold IV :
a) Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
b) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk PAP
b. Perkiraan tinggi fundus uteri
Rumus Tinggi Fundus Uteru
Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus
xifoideus

9. Perhitungan tafsiran partus


Menurut (Ummi, dkk.2012) perhitungan dari tafsiran persalinan dapat dilakukan
dengan cara :
Di hitung secara rinci hari-hari yang belum dilalui secara mundur dimulai dari
TP sampai tanggal waktu perhitungan, kemudian mengurangi dari 40 minggu
(bulan aterm) dengan hasil perhitungan. Perhitungan ini dapat ditentukan setelah
HPHT didapatkan TP (jika bulan > 4-12) = tanggal HPHT+7, bulan -3, tahun
HPHT +1 dan TP (jika bulan > 1-3) = tanggal HPHT+7, bulan +9, tahun
HPHT+0.
10. Perhitungan tafsiran berat janin
Menurut (Ummi, dkk. 2012) tafsiran berat janin dapat di hitung dengan
menggunakan rumus Johnson Thusak yang didasarkan pada TFU. 
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul 
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
11. Tanda bahaya kehamilan
A. Preeklampsia dan eklampsia
1. Defenisi
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh,
2014).
Preeklampsia sejak dahulu didefinisikan sebagai trias yang terdiri dari
hipertensi, proteinuria, dan edema pada wanita hamil atau dapat timbul lebih awal
bila terdapat perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.
Eklampsia adalah kejang pada ibu hamil preeklampsia tanpa disetai penyebab
lain. Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, walaupun
pada beberapa kasus dapat bermanifestasi lebih awal (Mitayani, 2012).
Preeklampsia umumnya terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi. Ibu yang
hamil pertama kali lebih besar berisiko preeklampsi. Preeklampsia adalah
sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam
urin (hemaproteuria), dan banyaknya cairan di dalam tubuh. Eklamsi merupakan
akibat yang ditimbulkan dari preeklampsi (Sinsin, 2008).
Preeklampsi timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada
primigravida muda. Eklampsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada
wanita hamil dan wanita nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema
(Purwoastuti & Walyani, 2015).
2. Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi
Pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor –faktor lain yang
dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai
berikut (sutrimah, 2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada
kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun
prevalensinya meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan
20 minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia
kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu
atau wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:
1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
kalinya.
2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
3) Grande Multipara:wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama.
Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya
berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset
dini, dan dampak perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir
tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan
risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan
terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus
hipertensi, prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih
tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap
peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa
ibu dengan indeks masa tubuh>35 akan memiliki risiko mengalami
preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami
preeklampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan
menderita tekanan darah tinggi menahun
3. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan
retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga
nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasai kenaikan tekanan periferagar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan olehspasme
arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat,
sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan mikro
tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan
sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran
darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua
komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel
endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit,
gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim
lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi
tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan,
terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak
(Nuraini, 2011).
4. Manifestasi klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau
sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin
yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia
adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya
hubungan antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga
kondisi protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria
pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi
mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia
merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI,
2016).
5. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam
kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih
dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun
telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka
serta diikuti kenaikan berat badan > 1 Kg/per minggu.
b. Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.
Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500
cc per 2 jam) serta adanya edema padaparu serta cyanosis. Adanya gangguan
serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin
adalah sebagai berikut (Marianti, 2017):
a. Bagi Ibu
1) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang dan koma.
2) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim
liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan
darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena
protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran
dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika
seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami
kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena
tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,
kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
1) Prematuritas.
2) Kematian Janin.
3) Terhambatnya pertumbuhan janin.
4) Asfiksia Neonatorum.
7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2012):
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 –43 vol %).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 –450 ribu/mm3 ).
d) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
2) Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45
u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l).
f) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)d.Tes kimia darahAsam
urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
b. Radiologia.
1. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
8. Penetalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai
berikut:
a. Tirah Baring miring ke satu posisi.
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian
cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
f. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
g. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus
pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
B. Konsep asuhan keperawatan
Berikut lima tahap konsep asuhan keperawatan pada klien dengan preeklampsi:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan (Purba, 2019).
a. Data Demografi
Mengkaji identitas klien dan pasangan klien yang meliputi : Nama, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawina, Pernikahan, Lama Pernikahan,
Agama, Suku, No. Rekam Medis, Sumber Informasi dan tanggal dilakukan
pengkajian.
b. Stimuli Umum
Pada tahap ini selain Alasan masuk rumah sakit, Riwayat penyakit ibu
sekarang dan Riwayat penyakit yang lalu perlu dikaji, apakah ibu ada
menderita penyakit akut dan kronis. Pada riwayat penyakit keluarga hal yang
perlu dikaji adalah jenis penyakit keturunan serta penyakit penyakit menular
lainnya yang pernah diderita keluarga. Selanjutnya Riwayat Obsterti dan
Gynecologi ibu yang perlu dikaji adalah segala hal yang berhubungan dengan
riwayat menstruasi ibu termasuk menarche. Dilanjutkan dengan pengkajian
terhadap Riwayat ANC, Status obstetric ibu, Riwayat persalinan yang lalu,
Riwayat perkawinan serta Riwayat pemakaian alat kontrasepsi.
c. Pengkajian fungsi fisiologis
Pengkajian berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh, mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, terdiri dari 5 kebutuhan fisiologis dasar dan 4
kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis tersebut
adalah : Oksigenasi, Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas dan istirahat, Keamanan,
Sensori, Cairan dan elektrolit, Fungsi neurologis, Fungsi endokrin.
d. Pengkajian konsep diri
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi konsep diri pasien adalah dampak
penyakit, perubahan akan memberi dampak pada gambaran diri, ideal diri,
moral, etik dan spiritual pasien. Pengkajian difokuskan pada bagaiman
penerimaan pasien terhadap penyakit, terapi yang dijalani, harapan pasien
dan penatalaksanaan selanjutnya serta nilai yang diyakini terkait dengan
penyakit dan terapinya.
e. Pengkajian fungsi peran
Fungsi peran berkaitan dengan pola-pola interaksi seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, bagaimana peran klien dalam keluarga,
adakah energy dan waktu pasien melakukan aktifitas dirumah, apakah pasien
mempunyai pekerjaan tetap, bagaimanan dampak penyakit saat ini terhadap
peran klien, termasuk peran kliendalam masyarakat.
f. Pengkajian interdependensi
Pengkajian menggambarkan tentang ketergantungan atau hubungan klien
dengan orang terdekat, siapakah orang yang paling bermakna dalam
kehidupannya, sikap memberi dan menerima terhadap kebutuhan dan
aktifitas kemasyarakatan. Kepuasan dan kasih sayang untuk mencapai
integritas suatu hubungan serta keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.Perlu juga dikaji
bagaimana pasien memenuhi kebutuhan interdependensi dalam keterbatasan
dan perubahan status kesehatan yang dialami.
g. Pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan atau Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Marliana & Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
diagnose keperawatan yang muncul pada kasus preeklampsi sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).
c. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040).
d. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142).
e. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029).
f. Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)
g. Resiko gangguan perlekatan d.d ketidakmampuan orang tua memenuhi
kebutuhan bayi (D.0127).
3. Intervensi keperawatan
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan
Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018).
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).
Tujuan umum: Setelah dilakukan intervensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan pertukaran gas meningkat
Kriteria hasil:
1) Pasien melaporkan keluhan sesak berkurang.
2) Tidak terdenga bunyi nafas tambahan.
3) Tanda –tanda vital dalam batas normal
Intervensi ( Dukungan Ventilasi ):
- Observasi
(1)Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas.
(2)Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan.
(3)Monitor status respirasi dan oksigenisasi.
- Terapeutik
(1)Pertahankan kepatenan jalan nafas.
(2)Berikan posisi semi fowler atau fowler.
(3)Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin.
(4)Berikan oksigenisasi sesuai kebutuhan.
- Edukasi
(1)Ajarkan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
(2)Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
b. Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077).
Tujuan umum: Setelah dilakukan intervensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan tingkat nyeri berkurang.
Kriteria hasil:
1) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
2) Keluhan nyeri meringis menurun
3) Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.
4) Pasien tidak tampak gelisah.
Intervensi ( Manajemen Nyari ):
- Observasi
(1)Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
(2)Identifikasi skala nyeri.
(3)Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
(4)Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(5)Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
- Terapeutik
(1)Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(2)Fasilitasi istirahat dan tidur
- Edukasi
(1)Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
(2)Jelaskan strategi meredakan nyeri
(3)Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
(4)Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
- Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040).
Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan eliminasi urine pasien membaik.
Kriteria Hasil :
1) Pasien melaporkan sensasi berkemihnya meningkat.
2) Pasien melaporkan dapat berkemih dengan tuntas.
3) Tidak ada tanda–tanda distensi kandung kemih.
Intervensi ( Manajemen Eliminasi Urine):
- Observasi
(1)Monitor eliminasi urine (Frekuensi, konsistensi, volume dan warna).
- Terapeutik
(1)Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
(2)Ambil sampe urine tenga ( Midstream ).
- Edukasi
(1)Identifikasi tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
(2)Ajarkan mengambil spesimen urine midstream.
d. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142).
Tujuan Umum : Setelah dilakukan intrevensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda–tanda infeksi (Demam, Nyeri, Kemerahan dan Bengkak).
2) Kadar sel darah putih membaik.
Intervensi (Pencegahan Infeksi)
- Observasi
Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan sistemik.
- Terapeutik
(1)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien.
(2)Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko tinggi
- Edukasi
(1)Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(2)Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
(3)Ajarkan cara memeriksa kondisi luka post operasi.
(4)Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
e. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029).
Tujuan Umum : Setelah dilakuan intervensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan status menyusui membaik.
Kriteria Hasil :
1) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat.
2) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat.
3) Pancaran ASI meningkat
4) Suplai ASI adekuat meningkat.
5) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak
Intervensi ( Konseling Laktasi ) :
- Observasi
(1)Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.
(2)Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.
(3)Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling
menyusui.
- Terapeutik
(1)Gunakan tehnik mendengar aktif.
(2)Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
- Edukasi
Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.
f. Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)
Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensikeperawatanselama waktu
tertentudiharapkan kemampuan untuk berperan dalm fungsi keluarga
membaik.
Kriteria Hasil :
1) Keluarga melaporkan dapat menigkatkan adaptasi terhadap situasi.
2) Kemampuan keluarga berkomunikasi secara terbuka di antara anggota
keluarga meningkat.
Intervensi (Dukungan Koping Keluarga) :
- Observasi
(1)Identifikasi respons emosional terhadap kondisi pasien saat ini.
(2)Identifikasi beban prognosi secara psikologis.
(3)Identifikasi pemahaman tentang perawatan setelah pulang.
- Terapeutik
(1)Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga.
(2)Terima nilai nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi.
(3)Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan.
- Edukasi
Infomasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia.
g. Resiko gangguan perlekatan d.d ketidakmampuan orangtua memenuhi
kebutuhan bayi (D.0127)
Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensikeperawatan selama waktu
tertentu diharapkan kemampuan berinteraksi ibu dan bayi meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Pasien menunjukkan peningkatan verbalisasi perasaan positif terhadap bayi.
2) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku mencium bayi, tersenyum pada
bayi, melakukan kontak mata dengan bayi, berbicara dengan bayi, berbicara
kepada bayi serta berespon dengan isyarat bayi.
3)Pasien menunjukkan peningkatan dalam menggendong bayinya untuk
menyusui.
Intervensi (Promosi Perlekatan) :
- Observasi
(1)Monitor kegiatan menyusui.
(2)Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan ASI.
(3)Identifikasi payudara ibu.
(4)Monitor perlekatan saat menyusui
- Terapeutik
Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui.
- Edukasi
` (1)Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi.
(2)Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat menyentuh
payudara ibu.
(3)Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kearah payudara ibu dari bagian
bawah.
(4)Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan jarinya sepertu
huruf “C”.
(5)Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi terbuka lebar sehingga
areola dapat masuk dengan sempurna.
(6)Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011). Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan dari ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang di
tetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat di
modifikasikan. Evaluasi terus menerus dilakukan pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah di laksanakan , digunakan komponen SOAP :
S : Data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat secara
langsung
A : Analisis, merupakan interpretasi dari subjektif dan objektif. Analisis
merupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien
P : Planning, perencanaan keperawatan yang akan di lakukan, dilanjutkan,
dimodifikasi, dari rencana tindakan yang telah di tentukan sebelumnya Ana
Ratnawati (2010).
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. (2015).Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Astuti, P Marti. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan
Kesehatan Organ Reproduksi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri II Kasihan Bantul
Yogyakarta Tahun 2010. [Skripsi]. Yogyakarta : STIKES Alma Ata.
Azwar. Saifuddin. (2013). Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Backe, B., A.S. Pay., A. Klovning., dan S. Sand. (2015). Antenatal Care. Diakses pada 29
maret 2021.Tersedia di : http://www.nfog.org/files/guidelines/1%20NGF%20Obst
%20Antenatal%20care%20Backe.pdf
Depkes, RI. (2012). Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir. http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-
kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/. Diakses tanggal 29 maret 2021.
Gitonga, M.E. (2014). Birth Preparedness among Women in Tharaka, Nithi County, Kenya.
Kenyatta University.

Hanni, Ummi. dkk,. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika
Jannah, Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan kebidanan Kehamilan. Yogyakarta :CV Andi.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Buku Kesehatan Ibu dan Anak . Jakarta : Kementerian
Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).
Kumalasari, I . (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik keperawatan Antenatal,
Intranatal, Postnatal, Bayi Baru lahir dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika
Lalenoh, Diana C. (2018). Preeklampsi Berat & Eklampsia : Tatalaksana Anestesia
Perioperatif Edisi 1.Yogyakarta : Deep publish.
Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.
National Institute for Health and Clinical Excellence, (2012). Nice Guideline of
Hypertension. NICE Clinical Guideline 127. London.
Novita Lusiana. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia
Pada Ibu Bersalin Di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 3, No. 1, Nopember 2015.

POGI. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. Himpunan
Kedokteran Fetomaternal.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Purwaningsih, Wahyu. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas . Yogyakarta : Nuha
Medika.

Ratnawati, A. T., Amdad, A., & Nurdiati, D. S. (2018). Upaya ibu hamil risiko tinggi untuk
mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyo. BKM Journal of Community
Medicine and Public Health, 67-71.

Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Yogyakarta: Nuha


Medika.

TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Wagiyo,Ns, Putranto. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru
Lahir Fisiologis dan patologis. Yogyakarta : CV Andi.
Walyani, Elisabeth siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai