LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANAK DENGAN DIARE
DI SUSUN OLEH :
RIKA RAHMAWATI
12202015
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan konsistensi (feces cair).
Hal ini biasanya dihubungkan dengan adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada
sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas usus (Zein, 2016).
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di USA dengan
penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi
setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun
sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan
terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit
didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama
disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli,
dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli.
3. PENYEBAB / ETIOLOGI
Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain
yang dapat menimbulkan diare akut adalah cacing, toksin dan obat. Penyebab diare
dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu (Guyton & Hall, 2011):
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare)
1) Infeksi Virus
a) Retavirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai
dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Timbul sepanjang tahun.
Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk
Epidemik
Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Infeksi Bakteri
a) Stigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
Muntah yang tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Sel batang dalam darah
b) Salmonella
Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
Mungkin ada peningkatan temperature
Muntah tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
enterotoksin.
Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Sifatnya infasiv pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain.
Kram abdomen yang hebat
Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans) (Depkes, 2010).
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
c. Faktor Makanan
Makanan yang beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Penyebab lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
5. KLASIFIKASI
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai
7 atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang
dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai dengan
peradangan.
6. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul
luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi
usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang
memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung
menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah
dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, serta nafas cepat dan dalam
(pemafasan kusmaul) (Sarwono, 2001).
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan terjadi renjatan hipovolemik. Kekurangan cairan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila
terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin
dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi
ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera
diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut (Brunner & Suddart, 2002).
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi :
1) Klien tampak muntah
2) Klien tampak sering buang air besar dengan konsistensi yang cair
3) Ubun-ubun dapat ditemukan tampak cekung
4) Membran mukosa kering
5) Daerah anus tampak lecet-lecet
6) Klien tampak lemas
7) Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
8) Mata tampak cekung
b. Auskultasi :
1) Bising usus >12 detik per menit
c. Palpasi :
1) Denyut nadi meningkat
2) Turgor kulit menurun
d. Perkusi :
1) Adanya distensi abdomen
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan diare meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation ( pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Pemeriksaan Urine Lengkap
e. Pemeriksaan Biakan Empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat
dianjurkan.
9. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang mendukungnya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
d. Dimana tempat tinggal penderita.
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak
darah pada feses, panas > 38,5o C, diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian
luar biasa (KLB).
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Keterangan:
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
11. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari diare meliputi (Price, 2005) :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1)Kehilangan berat badan
b) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi Kuat Sedang Lemah
Keterangan :
Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
3) Gejala Klinis
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi derajat dehidrasi berdasarkan penilaian
observasi
OBSERVASI
Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan umum
tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung dan
Mata
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Tidak mau minum
Rasa haus
tidak haus minum banyak
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor Kulit
lambat
4) Turgor Kulit
Menentukan elastisitas turgor kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
1 detik : elastisitas turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik : elastisitas turgor kulit kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : elastisitas turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
12. PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits
berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali dalam sehari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
2) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa
(meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan interpersonal, bermain).
b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian,
BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya
perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
c) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
Meniru membuat garis lurus (GH)
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
Melepasa pakaian sendiri (BM)
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur
1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat
> 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam
), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
toksin, parasit jam diharapkan diare Identifikasi factor penyebab diare gangguan dan adanya perubahan
berkurang dengan kriteria Ukur haluaran diare pada sekresi usus, absorpsi
ditandai dengan
hasil : Pantau dan kaji warna, volume, frekuensi mukosal, atau motilitas usus
defekasi feces cair >
NOC : Bowel Elimination dan konsistensi feses. Memberikan intervensi sesuai
3 kali dalam 24 jam
Pola eliminasi normal Edukasi pemberian diet rendah serat dengan factor penyebab diare
dan bising usus
Melaporkan diare Kolaborasi pemberian antidiare (zink) 1 Untuk mengetahui frekuensi diare
hiperaktif.
berkurang tablet (20 mg) per hari selama 10 hari dan jumlah feses
Untuk mengetahui adanya kelainan
NOC : Gastrointestinal NIC : Fluid/Electrolyte Management dalam feses
Function Mengurangi beban kerja usus
Monitor tanda ketidakseimbangan elektrolit
Klien dapat mentoleransi Mengurangi gejala diare
Monitor vital sign
makanan dan minuman
Monitor kehilangan cairan melalui diare dan
muntah NIC : Fluid/Electrolyte Management
NOC : Fluid Balance ketidakseimbangan elektrolit
Monitor hasil LAB yang mengacu pada
Nadi teraba menandakan tubuh mengalami
kehilangan cairan
Turgor kulit kembali dehidrasi
Catat intake dan output cairan
dalam < 2 detik vital sign menggambarkan keadaan
Edukasi keluarga mengenai pentingnya
Serum elektrolit dalam umum pasien
pemberian cairan peroral
batas normal mengetahui jumlah cairan yang
Kolaborasi pemberian cairan
Jika ada akses IV, berikan cairan keluar agar dapat memberikan
NOC : Electrolyte & 100ml/kgBB dalam 3 jam dengan terapi cairan dengan tepat
Acid/Base Balance pembagian 30ml/kgBB pada 30 menit untuk mengetahui jenis cairan yang
pH dalam batas normal pertama dan dilanjutkan 70ml/kgBB dalam diberikan kepada pasien
bikarbonat dalam datas 2,5 jam berikutnya. mengetahui status balance cairan
normal Jika tidak ada akses IV maka berikan oralit pasien
pCO2 dalam batas melalui NGT atau oroparingeal gastric tube pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
normal dengan dosis 20ml/kgBB selama 6 jam atau pasien yang hilang
sampai adanya akses IV.
NOC : Hydration NIC : Nutrition Management
fungsi kognitif normal NIC : Nutrition Management berat badan dapat mengindikasikan
intake cairan adekuat Monitor berat badan pasien adanya kekurangan cairan
Dorong intake makanan yang adekuat sesuai agar nutrisi klien dapat terpenuhi
kondisi pasien (tinggi protein dan tinggi ASI mengandung imunitas
kalori). Susu sebagai nutrisi tambahan bagi
Lanjutkan pemberian ASI jika pasien
memungkinkan. Mencukupi kebutuhan nutrisi klien
Berikan susu formula untuk anak tidak
diberi ASI jika penyebab diare bukan karena NIC : Skin Surveilance
susu (rekomendasi International Child Mengetahui adanya gangguan
Health Review Collaboration, 2011). integritas kulit akibat peningkatan
Berikan makan sedikit tapi sering. frekuensi BAB
Edukasi pemberian dietyang sesuai Agar tidak terjadi infeksi dan
Kolaborasi pemberian jenis makanan jika irirtasi
diindikasikan.
NIC : Acid Base Management :
NIC : Skin Surveilance Metabolic Alkalosis
Observasi warna kulit di area anogenital Nilai AGD dapat menunjukkan
Pertahankan daerah anogenital tetap kering keadaan asam dan basa dalam
tubuh akibat diare
NIC : Acid Base Management : Metabolic
Alkalosis
Monitor kehilangan asam
Monitor nilai AGD
Kolaborasi pemberian antiemetic jika
diperlukan
Kolaborasi pemberian isotonic hydrocloride
jika diperlukan
2 Hipertermi NOC : Thermoregulasi NIC : Fever Treatment Fever Treatment
berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Kaji tanda dan gejala awal hipertermi Hipertermi menunjukkan proses
proses penyakit keperawatan selama 3 x24 Cek tanda vital sign klien penyakit infeksi akut, dimana pola
jam, diharapkan Selimuti klien demam dapat menunjukkan
(reaksi antibodi yang
Termoregulasi klien adekuat Kompres klien pada lipat paha dan aksila diagnosis
mempengaruhi pusat
dengan kriteria hasil : dengan air hangat Tanda vital merupakan acuan untuk
termoregulasi di
Suhu tubuh dalam Ajarkan keluarga melakukan kompres hangat mengetahui keadaan umum klien
hipotalamus)
rentang normal 36-37˚ C Pemberian obat-obatan antipiretik
Kolaborasikan dengan tim medis untuk
ditandai dengan
takipnea, kulit terasa Nadi dan RR dalam pemberian anti piretik seperti paracetamol tablet dapat
hangat dan suhu rentang normal Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena membantu menurunkan demam
39,0 0C. warna kulit dan tidak ada Jelaskan penggunaan kompres hangat atau Selimuti klien untuk mencegah
pusing dingin, alasan untuk pengobatan, dan hilangnya kehangatan tubuh klien
bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi Pemberian cairan intravena sering
gejala nyeri klien digunakan untuk mencegah
Kaji kemungkinan kontraindikasi terhadap dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
kompres dingin atau hangat, seperti berlebihan
penurunan atau tidak ada sensasi, penurunan Kompres air hangat pada lipat paha
sirkulasi, dan penurunan kemampuan untuk dan aksila efektif menyebabkan
berkomunikasi suhu tubuh menurun melalui
Tentukan ketersediaan dan kondisi kerja peristiwa konduksi
yang aman terhadap semua peralatan yang
digunakan untuk aplikasi kompres hangat
atau dingin
Pilih bagian yang akan di kompres, pilih
daerah alternatif ketika aplikasi langsung
tidak memungkinkan
Gunakan kain lembab diatas permukaan
kulit untuk menambah sensasi dari terapi
kompres dingin / hangat, bila perlu
Intruksikan kepada klien atau keluarga klien
untuk menghindari penggunaan kompres
hangat atau dingin di daerah kulit yang
terdapat luka
Pantau temperatur terapi, terutama ketika
menggunakan kompres hangat
Tentukan durasi yang tepat dari tindakan ini
sesuai dengan respon klien
Periksa daerah yang di kompres dengan hati-
hati untuk mengetahui adanya tanda-tanda
iritasi kulit atau kerusakan jaringan pada 5
menit pertama dan kemudian lanjutkan
selama prosedur masih diterapkan
Evaluasi kondisi umum, keamanan, dan
kenyamanan klien terhadap pengobatan
Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi hangat / dingin yang telah
dilakukan
3 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan Skin Care: Topical Treatment
kulit berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Pantau tanda dan gejala kerusakan 1. Dapat segera mengetahui jika
dengan iritasi jam diharapkan kerusakan integritas kulit terjadi kerusakan integritas kulit
integritas kulit klien 2. Untuk menghindari adanya luka
ditandai dengan
berkurang dengan kriteria 2. Berikan bedak tabur pada pasien sesuai pada kulit akibat garukan
kemerahan pada area
hasil : indikasi
anogenital dan
Allergic response: localized 3. Jaga agar linen tetap bersih, kering, dan
kerusakan lapisan - Lokasi ruam (-) bebas kerutan. 3. Mandi dapat membantu
kulit (lecet). - Kemerahan pada kulit (-) 4. Ajarkan klien dan keluarga untuk tidak membersihkan kulit dari kuman
- Rasa gatal pada kulit menggaruk terlalu keras atau menggaruk untuk menghindari adanya infeksi
berkurang dengan menggunakan kain atau ujung – 4. Untuk membantu mengurangi rasa
ujung jari. gatal yang timbul
Tissue Integrity: Skin and 5. Ajarkan pasien mandi dan membersihkan 5. Mencegah penyebaran kuman ke
Mucous Membranes kulit dengan sabun antibacterial kulit melalui linen
- Integritas kulit yang baik 6. Kolaborasi pemberian obat antimikrobial 6. Obat topical dapat membantu
bisa dipertahankan dan inflamasi topikal. mempercepat proses penyembuhan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, Skin surveillance Skin surveillance
pigmentasi) 1. Inspeksi kulit klien untuk melihat adanya 1. Dapat segera mengetahui jika
- Tidak ada luka/lesi pada kemerahan dan lesi. terjadi kerusakan pada kulit
kulit sehingga dapat diberikan perawatan
lebih awal
2. Monitor kulit klien terhadap kekeringan 2. Kondisi kulit terlalu kering dan
dan kelembaban yang berlebihan. Monitor terlalu lembab dapat memudahkan
adanya lesiserosi kulit lebih lanjut. terjadinya kerusakan pada kulit
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016). Referat Penatalaksanaan Diare Menurut Who Tahun 2005. (Online),
(Available at : http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-penatalaksanaan-
diare-menurut_166.html, diakses 10 januari 2021)
Guyton, Arthur C., dkk. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Joanne & Gloria. (2008). Nursing Intervension Classification Fifth Edition, USA : Mosby
Elsevier
Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
NANDA. (2015). Diagnose Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta :
EGC
Sarwono, W. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. (2008). Nursing Outcomes Classification Fifth Edition,
USA : Mosby Elsevier
Wong, Donna L., (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi Keempat. Jakarta: EGC.