Anda di halaman 1dari 2

F.

PROSES PENYUSUNAN APBN

1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka


ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
2) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan poko-pokok kebijakan fiska,
Pemerintahan Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum
dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementriannegara/
lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
3) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.
4) Renacana kerja dan anggaran (RKA) disussun berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai dan disertai dengan prakiraan belanja.
5) RKA disampaikan kepada Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaran
pendahuluan rancangan APBN.
6) Hasil pembahasan rencana keeerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN
tahun berikutnya.
7) Pemerinta Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai
nota keuanagn dan dokumen-dokumen pendugkungnya kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
8) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
9) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undangtentang
APBN, sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
10) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

G. Proses penyusunan APBD

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran brikutnya


sejalan dengan rencana kerja pemerintah daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD
kepada DPRD.

2. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telh disepakati dengan DPRD, Pemerintah
daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk di jadikan
acuan bagi setiap satuan kerja perngkat daerah.
3. Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku
pengguna anggaran meyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) satuan kerja perangkat
daerah tahun berikutnya.

4. Rencana kerja dan Anggaran (RKA) satuan kerja perangkat kerja daerah disusun dengan
pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan prakiraan belanja.

5. Rencana kerja dan anggaran (RKA) disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaran pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelolah
keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD
tahun berikutnya.

7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD, disertai


penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.

8. Pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan ndang-
undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.

9. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD, sepanjang tidak
mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.

10. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah
tersebut untuk membiayai keperluan setiap bulan, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan
pengeluaran setingi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai