Anda di halaman 1dari 16

Berikut jenis-jenis penyakit diare yang paling sering terjadi dalam masyarakat,

meliputi:

Diare akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung antara 7 sampai 14 hari lamanya.
Diare ini ditandai dari frekuensi buang air besar yang meningkat dan
mendadak dengan bentuk tinja yang berair tetapi tidak berdarah.
Penyebab terjadinya diare akut adalah virus (Noravirus, Norwaik Agint),
bakteri (Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae, dan
Campylobacter), dan Parasit (Candida).
Gejala: turgor kulit menjadi berkurang, nadi lemah, mata cekung, suara
parau, kulit dingin, jari-jari kebiruan, bibir kuning, muntah-muntah, lemah otot,
kejang, serta pernapasan cepat dan dalam.
Diare disentri
Diare disentri disebut juga dengan diare berdarah karena terjadinya diare
tidak hanya berupa cairan saja melainkan juga disertai darah. Diare ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan berat badan
dengan cepat (anoreksia) dan kerusakan parah pada dinding (mukosa) usus.
Beberapa mikroba penyebab disentri adalah Salmonella, Campylobacter,
Vibrio parahaemolyticus, Shigella, Enteroinvasive E. Coli, dan Entamoeba
histolytica. Umumnya disentri berlangsung selama 7 hari atau bahkan bisa
lebih lama, sehingga berpotensi menyebabkan dehidrasi parah hingga
kematian.
Gejala: nyeri pada abdomen, mual, dengan atau tanpa muntah, diare
berdarah, penurunan produksi urin, kulit kering, haus yang teramat sangat,
demam dan menggigil, kejang otot, lemas, dan penurunan berat badan.
Diare persisten
Diare persisten merupakan penyebab penting kematian anak di negara-
negara berkembang. Diare ini adalah diare lanjutan akibat pengaruh dari
diare yang terjadi sebelumnya, baik itu diare akut maupun disentri. Oleh
karena kerusakan yang parah pada mukosa usus dan lambatnya
kesembuhan dari kerusakan tersebut, menyebabkan gangguan dalam
penyerapan gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya diare persisten. Diare ini
umumnya berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus, sehingga
dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme tubuh kronis. Beberapa mikroba penyebab diare persisten
adalah Rotavirus, Aeromonas, Campylobacter, Shigella, dan Cryptosporidium.
Gejala: rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah, nyeri
punggung
ASKEP DIARE
Diposting oleh Berti Pradana di 01.52 

LAPORAN PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN DIARE
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau  lendir dalam tinja. Sedangkan menurut
C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 kali/hari ),
serta perubahan isi/volume ( > 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth,
2002).
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bisa lebih dari 4 kali dan untuk
anak lebih dari 3 kali (Hasan R, 1998). Dan terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari
anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000).
Diare ialah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224).

B.     KLASIFIKASI DIARE
a.    Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun,
dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap tahun
di Amerika Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).
Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi
tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare akut
lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan patogen
parasit.
b.    Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair
dengan durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994).
C.    ETIOLOGI
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a.       Faktor Infeksi
1)   Infeksi enterial
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut:
a)  Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
b)    Infeksi bakteri: vibrio, Ecoli, salmonella, shigella.
c) Infeksi parasit: Cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba
hystolytica, giardia lambilia, trichomonas hominis), jamur (candida albicanas)
2)   Infeksi pareteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
b.      Faktor Malabsorbsi
1)      Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2)      Malabsorbsi lemak
3)      Malabsorbsi protein
c.       Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.      Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

D.    PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
            Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan
50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
     Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang    bertambah
hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
            Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

E.     MANIFESTASI KLINIS
a)      Mula-mula bayi cengeng, rewel, gelisah
b)      Suhu tubuh biasanya meningkat
c)      Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d)     Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau karena
bercampur dengan empedu.
e)      Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang tidak
diabsorbsi usus dan sering defikasi.
f)       Muntah disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit.
g)      Bila kehilangan banyak cairan muncul dehidrasi (berat badan turun, turgor kulit kurang, mata
dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut kering).

No Agen Penyebab Karakteristik


1 Viral agent Fever 38 atau lebih
a. Rotavirus Nausea, vomiting
b. Norwalk Abdominal pain
Diare bisa lebih dari 1 minggu
Fever, loss of apetit
Abdominal pain
Diare dan malaise.
2. Bacterial agent Diare cair disertai mukus dan darah
a.       E. Colli Vomiting, abdominal distention, diare dq
b.      Salmonella group gram positif Nausea, vomiting, colic abdominal, diar
c.       S. Thypi darah dan mukus.
d.      Shigella group gram negatif Fever, hiperaktif peristaltic and mild a
e.       Campylobacter jejuni tenderness.
f.       Vibrio cholera group Headache and cerebral manifestation.
Ireguler fever, headache, malaise, letarg
abdominal pain, anoreksia, weight loss d
Fever 40 derajat and cramping, abdom
konvulsi, headache, delirium, diare diser
bisa bercampur darah, abdominal pai
lower quadrant, vomiting.
Fever, abdominal cramping periumbili
disertai darah, vomiting
Diare cair dengan cramp, iritasi an
disertai darah dan mukus.
3 Food Poisoning Nausea, vomiting, severe abdominal cra
a.       Staphylococcus dapat terjadi pada kasus berat, demam ri
b.      Clostridium perfringens Moderate to severe crampy, mid epigastr
c.       Clostridium botulinum Nausea, vomiting, diare, dry mouth dan

F.     KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
a.      Feses
1)      Makroskopis dan Mikroskopis
2)     pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
3)     Biakan dan uji resisten bakteri
b.   Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH
dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c.     Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d.     Elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfat.
e.     Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.

H.    PENATALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat
NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar
Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau
13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau
4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
   - Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg,
jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE

a.       Pengkajian
1.      Identitas Pasien : meliputi Nama, Jenis Kelamin, Umur, Alamat, Agama, Pekerjaan, Suku
Bangsa
2.      Diagnosa Medis
3.      Identitas Penanggung Jawab : meliputi Nama, Pekerjaan, Alamat, Agama, Hubungan dengan
Pasien
4.      Riwayat kesehatan
Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas kolon, otitis media
akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya.
5.      Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan.
6.      Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita penyakit saluran pencernaan.
7.      Keluhan utama
Anak sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan lemas.
8.      Pola kesehatan fungsional
a.       Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan sebelum
makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
b.      Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah.
c.       Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20  per hari.
d.      Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e.       Sensori
Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.
9.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b.      Tanda vital
Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c.       Mata: cekung
d.      Mulut: mukosa kering
e.       Abdomen: turgor jelek
f.       Kulit: kering, kapilari refil > 2’

b.      Diagnosa
1.      Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan
menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3.      Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada mukosa usus.
4.      Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus
5.      Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan sering defekasi.
6.      Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak.
7.      Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.

c.       Intervensi
1. Diagnosa     : Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya
buang air besar dan encer.
Tujuan        :  Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil yang diharapkan :
a.       Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b.      Turgor elastik
c.       Membran mukosa lembab
d.      Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
Intervensi :  
-          Kaji intake dan output, otot dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan
faktor pencetus
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
-          Kaji TTV
Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
-          Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
-          Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
-          Anak diistirahatkan
Rasional : meningkatkan sirkulasi.
-          Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral
Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih.
-          Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai program.
Rasional : menurunkan pergerakan usus dan muntah.

2. Diagnosa     : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya intake absorbsi makanan.
Tujuan        :  Anak-anak toleran diet yang sesuai.
Hasil yang diharapkan :
-          BB dalam batas normal
-          Tidak terjadi kekambuhan diare.
Intervensi :  
-          Timbang BB tiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
-          Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : mengurangi reyurtasi.
-          Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
-          Monitor intake dan output
Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.

3.Diagnosa      : Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan kerusakan pada


mukosa usus.
Tujuan        :  mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
Hasil yang diharapkan :
-          Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi :  
-          Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
-          Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai dasar suhu normal
pasien.
Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi.
-          Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal.
Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh.
-          Kolaborasi pemberian obat anti infeksi à anti gronik.

4.Diagnosa      : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus
Tujuan        :  integritas kulit normal.
Hasil yang diharapkan :
-          Iritasi berkurang
Intervensi :  
-          Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar
Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut.
-          Gunakana kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk membersihkan anus setiap
buang air besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit.
-          Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : mengurangi infeksi secara dini.

5.Diagnosa      : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering defekasi ditandai


dengan mata merah dan sering menguap
Tujuan        :  Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
-          Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
-          Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
Intervensi :  
-          Berikan susu hangat sebelum tidur
Rasional : meningkatkan tidur
-          Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : meningkatkan tidur.
-          Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.
Rasional : meningkatkan tidur.
-          Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur pasien.
Rasional : mengatur pola tidur.

6.Diagnosa      : Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak


Tujuan        :  Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang.
Hasil yang diharapkan :
-          Orang tua aktif marawat anak dan bertanya dengan perawat atau dokter tentang
kondisi atau klasifikasi dan anak tidak menangis.
Intervensi :   
-          Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan
keluhan orang tua dan bersikap empati dengan sentuhan terapeutik.
Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang tua.
-          Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang dihadapinya.
-          Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang tua.
Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
-          Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.
-          Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua mengetahui kondisi anak.

7.Diagnosa      : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Tujuan        :  Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
Hasil yang diharapkan :
-          Keluarga mengerti tentang diare
-          Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan apabila
terjadi lagi diare.
Intervensi :  
-          Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk mengetahui kontaminasi.
-          Jelaskan pentingnya kebersihan
-          Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
-          Membiasakan bersih agar air di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada
lalat.
Rasional : Mencegah penyebaran kuman dan diare.

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta : EGC
Hadits Mengenai Menyembuhkan Diare dengan Minum Madu

Terdapat hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan seseorang yang sakit perut (dalam riwayat lainnya: sakit diare), agar
minum madu beberapa kali. Akhirnya orang tersebut sembuh.

Berikut haditsnya:

ُ‫ ثُ َّم َأتَاه‬.ً‫ ا ْسقِ ِه َع َسال‬:‫ال‬ ْ َ‫ َأ ِخي يَ ْشتَ ِكي ب‬:‫ال‬


َ َ‫ ثُ َّم َأتَاهُ الثَّانِيَة فَق‬.ً‫ اِ ْسقِ ِه َع َسال‬:‫ فَقَا َل‬.ُ‫طنَه‬ َ َ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
َّ ‫صل‬ َّ ِ‫َأ َّن َر ُجالً َأتَى النَّب‬
َ ‫ي‬

ْ َ‫ب ب‬
‫ فَ َسقَاهُ فَبَ َرَأ‬.ً‫ ا ْسقِ ِه َع ْسال‬،َ‫طنُ َأ ِخ ْيك‬ َ ‫ق هللاُ َو َك َذ‬ ُ ‫ فَ َع ْل‬:‫ ثُ َّم َأتَاهُ فَقَا َل‬.ً‫ ا ْسقِ ِه َع َسال‬:‫الثَّالِثَة فَقَا َل‬
َ :‫ فَقَا َل‬.‫ت‬
َ ‫ص َد‬

“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku


mengeluhkan sakit pada perutnya (dalam riwayat lainnya: sakit diare[1]).’

Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’

Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya,

Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’

Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga,

Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan:
‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’

Nabi bersabda: ‘Allah Maha Benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’

Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.”[2]

Ada hal yang perlu diperhatikan di sini yaitu beberapa kali bolak-balik dan bilang belum
sembuh kemudian tetap diperintahkan agar minum madu. Ini mengindikasikan bahwa madu
untuk mengobati diare tidak semata-mata diminum saja tetapi ada aturan dan dosisnya.
Sehingga kurang tepat jika ada orang yang ingin mengobati diare dengan madu tetapi
minumnya asal-asalan dan tidak tahu dosisnya.

Dokter dan ulama besar Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menjelasakan mengenai


hadits ini,

‫ أن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب حال الداء‬:‫وفي تكرار سقيه للعسل معن ًى طبي بديع وهو‬
“Memberikan minum madu dengan berulang kali menunjukkan mengenai ilmu kedokteran
yaitu obat harus sesuai dosis  dan jumlahnya sesuai dengan keadaan penyakitnya.”[3]

Obat juga harus sesuai indikasi dan dosisnya, sesuai dengan umur, jenis makanan, jenis
daerahnya dan jenis rasnya serta keadaan orang tersebut dan ini dipelajari oleh kedokteran di
mana saja

Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu menjelaskan hadits ini,

‫فقد اتفق األطباء على أن المرض الواحد يختلف عالجه باختالف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة‬

‫الطبيعة…ألن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة‬

‫وأحدث ضررا آخر‬

 “Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai
dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi,
kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan
penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika
dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”[4]

Jadi Madu adalah penyembuh dan memang benar serta harus kita yakini, akan tetapi tidak
sembarangan mengobati ada caranya dan perlu ilmunya. Dalam hal ini perlu pengalaman
thabib. Di zaman sekarang ini perlu penelitian ilmiah mengenai hal ini.

Khasiat madu untuk pengobatan tidak diragukan lagi karena Allah telah berfirman tentang
khasiat lebah.

ِ ‫ك ِإلَى النَّحْ ِل َأ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
ِ ‫ْر ُشونَ ثُ َّم ُكلِي ِمن ُك ِّل الثَّ َم َرا‬
ِ ِّ‫ت فَا ْسلُ ِكي ُسب َُل َرب‬
‫ك‬ َ ُّ‫َوَأوْ َح ٰى َرب‬

َ ِ‫اس ۗ ِإ َّن فِي ٰ َذل‬


َ‫ك آَل يَةً لِّقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ ِ َّ‫ف َأ ْل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء لِّلن‬
ٌ ِ‫ُذلُاًل ۚ يَ ْخ ُر ُج ِمن بُطُونِهَا َش َرابٌ ُّم ْختَل‬

Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah,”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-


pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” Kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. [An
Nahl :68,69].

Begitu juga dalam hadits. dari Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas dari Nabi,
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
‫َار َوَأ ْنهَى ُأ َّمتِي ع َِن ْال َك ِّي‬
ٍ ‫ال ِّشفَا ُء فِي ثَاَل ثَ ٍة شَرْ بَ ِة َع َس ٍل َوشَرْ طَ ِة ِمحْ َج ٍم َو َكيَّ ِة ن‬

“Kesembuhan ada dalam tiga perkara; meminum madu, berbekam dengan gelas dan
bakaran api. Tetapi aku melarang umatku melakukan pembakaran dengan besi.”[5]

Anda mungkin juga menyukai