Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFENISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2014).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana :
a. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya
kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2015).
b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja
(Suharyono, 2014).
c. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Pitono,
2006).
d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair
(Suriadi, 2015).

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat disertai lendir
atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung
kurang dari dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.

B. ETIOLOGI
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya
perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami
iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
2) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida
albicans)
5) . Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitismediaakut (OMA),Tonsilofaringitis,Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :
a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis
metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin terhadap
elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan.
Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat
mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
D. PENYIMPANGAN KDM
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
a. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
b. Suhu badannya meninggi.
c. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
e. Anusnya lecet.
f. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
g. Muntah sebelum atau sesudah diare.
h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
i. Dehidrasi

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat,
sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004). Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
a. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur urine.
G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b. Syok hipovolemik.
c. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
e. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
II. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi),
BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila
diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila
berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010).
c. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada
diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada
urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.
d. Riwayat kesehatan
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat
berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1.) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan
infeksi yang serius.
2.) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
3.) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum seperti
biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum. Pada
dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
g. Pemeriksaan fisik
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) Berat badan
Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan sebagai berikut:
Tabel 1
Tingkat Dehidrasi
Kehilangan Berat Badan Dalam %
Tingkat Dehidrasi
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah
sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan menggunakan
penilaian keadaan anak.
3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara
mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali
dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali
dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor
kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
4) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami
dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami dehidrasi berat
kelopak matanya sangat cekung.
6) Mulut dan lidah
a. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
b. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
c. Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
7) Abdomen
a) Kemungkinan distensi.
b) Mengalami kram.
c) Bising usus yang meningkat.
8) Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang
berlebihan.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap
diare.
d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungandengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi danketerbat
asan kognitif.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Tidak terjadi dehidrasi
2) TTV dalam batas normal
3) Turgor kulit kembali elastis
4) Kulit tidak kering
5) Mukosa bibir basah
6) Tidak pucat lagi
NIC : Manajemen cairan dan elektrolit
1) Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.
2) Support
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya
rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.
3) Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk
mengganti cairan yang hilang.
4) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.
Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian
obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.
b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganoutput yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Pasien tidak lagi mual muntah
2) Pasien sudah bisa makan
3) BB pasien kembali normal
NIC : Manajemen nutrisi
1) Guidance
Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien
Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki
defisit.
2) Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
3) Teaching
Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program
diet.
Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status
nutrisinya.
4) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien.
Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi
pasien.
c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Suhu tubuh pasien tidak meningkat
2) Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5C)
3) Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)
NIC : Manajemen suhu tubuh
1) Guidance
Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk mengetahui adanya
infeksi,
2) Support
Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.
Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi panas
tubuh.
3) Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang meningkat
pada diare.
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare dan
dapat waspada.
4) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.
Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh yang
meningkat pada pasien.
d. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Mau menerima tindakan keperawatan
2) Klien tampak tenang dan tidak rewel
NIC : Manajemen ansietas
1) Guidance
Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang
salah pada perawat dan rumah sakit.
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah
sakit.
2) Support
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal.
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.
3) Teaching
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
4) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak.
Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.
e. DiagnosaV: Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhanterapi
berhubungandengan pemaparan informasi terbatas,salah interpretasi informasidan keterbata
san kognitif.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien
2) Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya
NIC : Manajemen informasi
1) Guidance
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran,termasuk pengetahuantentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental
serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2) Support
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadapkebutuhan
Perawatan diri anaknya.
3) Teaching
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya,
penyebab dan akibatnya terhadapgangguan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari dan aktivitas sehari-hari.
Rasional: Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkanpartisipasi kel
uarga klien dalam proses perawatan klien.
4) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan bersih.
Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.
4. Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk

menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan menilai keefektifitasan

rencana atau strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi ialah

keefektifitasan asuhan keperawatan tersebut dan apakah perubahan perilaku pasien

sesuai yang diharapkan. Dalam penafsiran hasil evaluasi disebutkan apakah tujuan

tercapai, tujuan tercapai sebagian, atau tujuan sama sekali tidak tercapai.

Anda mungkin juga menyukai