Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu keadaan dimana ginjal
secara bertahap dan progresif kehilangan fungsi nefronnya. PGK ditandai
dengan berkurangnya fungsi ginjal, sebagaimana ditentukan oleh laju filtrasi
glomerulus (LFG), atau kerusakan ginjal (dengan atau tanpa proteinuria).
Penurunan fungsi ginjal ini bersifat kronis dan irreversibel. PGK juga ditandai
adanya penurunan laju filtrasi glomerulus hingga kurang dari 60ml/menit/1,73
m2 selama 3 bulan atau lebih.
PGK merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. The
Third National Health and Examination Survey (NHANES III) menunjukkan
prevalensi PGK di Amerika Serikat meningkat dari 10% pada tahun 1988-
1994 menjadi 13,1% pada tahun 1999-2004. Penelitian di Eropa, Australia,
dan Asia juga mengkonfirmasikan meningkatnya prevalensi dari penyakit
ginjal kronik.5 Berdasarkan data NHANES III diperkirakan 19,2 juta orang
dewasa di Amerika Serikat pada derajat 1, 2, 3, dan 4 serta 300.000 derajat 5
(gagal ginjal).
Menurut WHO, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Survey
yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia pada tahun 2009,
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti
terdapat 18 juta orang dewasa Indonesia yang menderita gagal ginjal kronik.
Sedangkan menurut yayasan peduli ginjal, tahun 2008 di Indonesia terdapat
40.000 penderita gagal ginjal kronik dan pada tahun 2010 akan meningkat
menjadi 70.0005.
Penyebab Gagal Ginjal Kronik di Indonesia Glomerulonefritis Kronik
(40,12%), Obtruksi dan Infeksi (36,07 %), DM (6,13%), Idiopati (5,52%),
Lupus Eritomatosus (4,17%), Ginjal Polikistik (2,21%), Hipertensi Essensial
(2,09%).6 Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).
Peranan sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) dalam
pengaturan tekanan darah dan keseimbangan cairan dan elektrolit telah diakui
selama beberapa dekade.8 Sistem intrarenal berperan penting dalam
patogenesis hipertensi dan penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal
menyebabkan naiknya tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam jangka
waktu lama dapat mengganggu ginjal. Di klinik sukar membedakan kedua
keadaan ini terutama pada penyakit ginjal menahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penulisan ini, yaitu:
“Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan
sistem perkemihan: gagal ginjal kronik?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
gangguan sistem perkemihan: gagal ginjal kronik.
2. Tujuan khusus
a. Memahami pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah
gangguan sistem perkemihan: gagal ginjal kronik.
b. Memahami perumusan diagnosa keperawatan (NANDA) pada klien
dengan masalah gangguan sistem perkemihan: gagal ginjal kronik
c. Memahami penentuan kriteria hasil (NOC) pada klien dengan masalah
gangguan sistem perkemihan: gagal ginjal kronik.
d. Memahami perumusan intervensi keperawatan (NIC) pada klien
dengan masalah gangguan sistem perkemihan: gagal ginjal kronik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI :
1. Gagal Ginjal :
1. Glumerulonefritis kronik/pielonefritis
2. Diabetes melitus
3. Keracunan analgesik
5. Penyakit autoimmune
1. Morfologi
2. Etiologi
a. Diabetes melitus
E. PATHOFISIOLOGI :
1. Fase pertama :
2. Fase kedua :
Sampah metabolik mulai tertimbun dalam darah karena nefron tidak dapat
mengkompensasi (BUN, creatinin, asam urat, phosfor, . Tahap insufisiensi
tergantung dari GFR : 40%-80% ringan, 15%-40% sedang, 2% - 20% berat
( Briker & Kirschenbaum, 1984).
F. GEJALA KLINIK
1. Sistem gastrointestinal
b. Uremik --> ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri
menjadi amoniak. Somatitis dan parotitis.
3. Sistem hematologi
Penyebabnya :
1) Hipersegmentasi leukosit
a. Restless leg syndrome: pegal pada tungkai bawah dan selalu menggerak-
gerakan kakinya.
b. Burning feet syndrome : Rasa kesemutan dan rasa terbakar terutama pada
telapak kaki.
c. Encefalopati metabolik :
3) Kejang-kejang.
5. Sistem kardiovaskuler
6. Sistem endokrin
1. Radiologi
Menilai bentuk dan besar ginjal sera adakah batu/obstruksi lain. Disertai
tomogram memberi keterangan lebih baik.
--> beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, DM dan
nefropati asam urat.
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenhim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kepadatan parenhim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi gnjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vaskuler, parenhim,
ekkresi) serta sisa fungsi ginjal.
10. EKG
72 X kreatinin serum
j. Asidosis metabolik
3. hipertensi
J. PENATALAKSANAAN
Sindrom uremik dapat disebabkan oleh penumpukan zat-zat yang tidak berhasil
dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang menurun faalnya.
Hormon natriuretik
Mukopolisakarid asam
Pengobatan konservatif :
Penatalaksanaan konservatif dapat bermanfaat bila faal ginjal masih pada tahap
insufisiensi dan gagal ginjal kronik dengan nilai faal 10 - 50% atau nilai kreatinin
2 - 10mg%.
1. Dehidrasi
Infeksi saluran kemih yang disertai kelainan urologik akan memperburuk faal
ginjal (batu, striktur atau gangguan faal ginjal).
Penatalaksanaan ditujukan pada kelainan urologik dan pemberian antibiotik
terpilih. Produksi kreatinin harus diperhatikan saat pemberian antibiotik agar
efek nefrotoksik segera diketahui.
3. Uropati obstruktif :
Penyumbatan saluran kemih antara lain dapat disebabkan oleh papil ginjal yang
nekrotik ( DM, nefropati analgesik, hipertropi prostat batu dan kateter yang
menetap. Terapi ditujukan terhadap penyebabnya.
Laju filtrasi glomerulus menurun pada gagal ginjal jantung sehingga faal ginjal
akan menurun pula.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pemberian diuretik yang kuat, pemberian
obat digitalis.
6. Katabolisme ;
Katabolisme dapat meningkat sebagai akibat dari intake makanan yang kurang,
sedangkan kebutuhan makanan tetap bahkan meningkat.
7. Akibat obat.
8. Nefrotoksisitas kontras
9. Hiperkalemia
Dehidrasi dan kekurangan garam : beri hidrasi 3 lt air sehingga urin yang
terbentuk 2 - 2,5 lt.
2. Kalium :
Diet rendah protein diberikan secara bertahap mulai dengan 60 g protein/hari. Bila
faal ginjal makin menurun dan tetap maka protein diturunkan menjadi 40 g
(LFG <>
4. Anemia
5. Asidosis metabolik :
Diet rendah protein mengurangi produksi asam. Bila ada gejala asidosis maka
harus diberikan bikarbonat. Kelebihan cairan beri furosemid dan diet rendah
natrium.
7. Hiperlipidemia
8. Hiperurimesia :
Beri alopurinol (100 - 300 mg) apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau terdapat
riwayat penyakit Gout.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus:
Pasien laki-laki 41 tahun yang memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus
datang ke UGD dengan keluhan gatal-gatal, lesu, bengkak di daerah kaki, mual
dan muntah. Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan tekanan darah 180/110
mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 24 kali/menit dan suhu 38 oC. Berat badan
76,5 kg. Direncanakan akan dilakukan pemeriksaan funduskopi. Pemeriksaan
jantung terdapat kelainan pada S1, S2 dan S4. Edema ekstremitas bawah 2+ dan
terdapat excoriations. Hasil ultrasound ginjal kanan 9x6,0 cm, dan ginjal kiri
9,2x5,8 cm. Kedua ginjal menggambarkan hyperechogenicity dan tidak ada
hidronefrosis.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2. Keluhan utama
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 38 oC.
c. Pemeriksaan fisik
Klien mengatakan nafsu makan kurang, porsi makan tidak dihabiskan
dan tampak lemah. Klien mengeluh demam dan sakit kepala ditandai
dengan kulit teraba panas. Hasil pemeriksaan jantung menunjukkan
terdapat kelainan pada S1, S2 dan S4. Edema ekstremitas bawah 2+
dan terdapat excoriations.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
b. Urinalisis
pH 6,0
Specific gravity 1.010
Protein 1+
Glucose netaive
Acetone negative
Occult blood negatif
Bile negatif
Waxy casts
c. USG
Hasil ultrasound ginjal kanan 9x6,0 cm, dan ginjal kiri 9,2x5,8 cm.
Kedua ginjal menggambarkan hyperechogenicity dan tidak ada
hidronefrosis.
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminaSi
Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal
jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
Monitor berat
badan
Monitor serum dan
elektrolit urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor BP, HR,
dan RR
Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan
irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik
infasif
Catat secara akutar
intake dan output
Monitor adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan
gejala dari odema
Beri obat yang
dapat meningkatkan
output urin
c. Intoleransi aktivitas
Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat