PENDAHULUAN
pada
pasien
gastroentritis?
d) Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Kolitis?
1.3 Tujuan Masalah
a) Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Gastroeneteritis.
b) Untuk mengetahui pengertian dari peyakit Kolitis.
c) Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
gastroenteritis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gastroentritis
2.1.1 Definisi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan
Salmonella,Shigella,
Vibrio
dll)
parasit
(protozoa:E.
Hiperperistaltik
2.1.6
Pathway
GASTROENTERITIS
Dehidrasi
Agen Pirogenic
Anoreksia
2.1.7
Komplikasi
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipovolemik
c) Kejang
d) Bakterimia
e) Mal nutrisi
f) Hipoglikemia
g) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
2.1.8
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Feses
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
pada feses
2) Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan
Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg jenis makanan :
a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
3) Obat-obatan
a) Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30
mg. Klorpromazin dosis 0,5 1 mg /kg bb /hari.
b) Obat spasmolitik.
c) Antibiotik (Ngastiyah, 1997).
f)
dan
bibir
kering,
berat
badan
menurun,
anus
kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen
Palpasi : turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus
Pemeriksaan tumbuh kembang
Pemeriksaan penunjang
2) Diagnosa Keperawatan
a) Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b) Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
penurunan intake makanan
d) Cemas b/d perubahan status kesehatan
3) Intervensi
DX. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24
jam terjadi peningkatan
keseimbangan cairan
Kriteria Hasil
: Mempertahankan urine output sesuai dengan
umur
Tanda tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi
Turgor kulit baik
Intervensi
1. Observasi intake dan output cairan
R/ mengetahui adanya dehidrasi pada klien
2. Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
8
2.2 KOLITIS
2.2.1 PENGERTIAN
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi
cytokine
yang
mengganggu
ikatan
antar
sel
epitel
sehingga
pedas.
Kurang
kesadaran
untuk
berobat
dini.
2.2.2
ETIOLOGI
spp,
Campylobacter
Escherichia
coli,
Prototheca,
spp,
Yersinia
Histoplasma
enterolitica,
capsulatum,
dan
Phycomycosis.
2) Faktor familial/genetik
3) Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
4) Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
10
5) Polyps rektokolon
6) Intususepsi ileokolon
7) Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous,
histiocytic
8) Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
9) Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
2.2.3
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis
amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
2) Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns
kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik
(simple colitis). Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang
sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu kolitis
amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta infeksi E.coli
patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare
kronik di Indonesia.
2.2.4
PATOFISIOLOGI
11
malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung
nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir
seluruhnya berisi darah dan nanah.
Faktor Genetik & Saluran Cerna
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang
kaukasia, termasuk
keturunan
Yahudi.
Puncak
Reaksi
Inflamasi
di lapisan
& insidens
dinding adalah
usus pada usia 30-50
tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik
dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami
karsinoma kolon.
Kolitis
ulseratif
mempengaruhi
mukosa
superfisisal
kolon
dan
Pembengkakan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan
deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai
Ulserasi
akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi
diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat
mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
Lesi pada Mukosa Usus
Infeksi Kuman
Mengeluarkan Toksin
Pembentukan Abses
Abses Pecah
Diare
Gangguan Metabolisme Air & Elektrolit d
Kehilangan
2.2.5
PATHWAY
Ketidakseimbangan
Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh Cairan & Elektrolit
Isi Rongga Usus menurun
12
Volume Cairan Kurang dari Kebutuhan
Dehidrasi
2.2.6
MANIFESTASI KLINIS
13
2.2.7
KOMPLIKASI
a) Perdarahan parah
b) Terjadi lubang di usus (peforasi usus)
c) Dehidrasi berat
d) Penyakit pada hati (jarang)
e) Batu ginjal
f) Osteoporosis
g) Radang kulit, sendi dan mata
h) Peningkatan risiko kanker usus besar
i) Pembengkakan usus dengan cepat (megakolon toksik)
(massa,
tumor,
obstruksi/striktura)
Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah
GI tract.
Tidak memerlukan persiapan khusus
14
struktur
organ
sehingga
komputer
dapat
1. Contoh
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
feses
(pemeriksaan
digunakan
dalam diagnosa
awal
dan
Masa protromlain:
memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan
oleh kekurangan vitamin K.
15
2.2.10 PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Medis
a) Terapi Obat obatan
Terapi
obat-obatan.
Obat-obatan
sedatif
dan
16
b) Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres
pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya
untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena
kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).
17
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
f)
Pemerikasaan fisik.
Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
Pemeriksaan penunjang.
18
kebutuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
19
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
therafi
cairan
Lakukan
pemerikasaan
fisik
abdomen
palpasi,perkusi,dan
auskultasi ).
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
c) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
20
Tujuan
21
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Gastroentritis merupakan suatu
22
DAFTAR PUSTAKA
Betz,
Cecily
Lynn.
Keperawatan
Pediatri.
Jakarta:
EGC,
2009.
2005.
Perawatan
Anak
Sakit.
Jakarta;
EGC.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta :
Salemba Medika.
Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta; EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC
23