GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan
ubun – ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut (corwin, 2009).
GE juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti
malaria dan campak, begitu juga dengan keracunan kimia. Perubahan gut
flora (bacteri usus) yang dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena
pertumbuhan kelebihan dan toksin dari clostridium difficile (bakteri gram
positif anaerob dalam usus besar).
2. Penyebab
Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh
beberapa Faktor antara lain :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama GE
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis,
Encefalitis, Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :
4. Klasifikasi
Jenis-jenis gastroenteritisMenurut Suratun & Lusianah (2010,
polimorfonuklear.
gangguan motilitas.
akibat radiasi.
5. Patofisiologi
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi
Rotavirus. Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi
lisis sel enterosit traktus gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya
melalui rute fekal-oral dari makanan dan minuman yang terkontamisnasi agen
kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke mulut akan menginfeksi lapisan
mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke dalam
lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil (
Jahja,2017). Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat,sehingga
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus mengeluarkanya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus .
c. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatka bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula .
(WijayaPutri,2013)
Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastro enteritis adalah
meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan
akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Pathway
Malabsorbsi Makanan
infeksi
Mual dan
BAB sering dengan nflamasi saluran
Muntah
Diare
konsistensiencer pencernaan
Anoreksia
agen pirogenik
Kulit di
airan yangkeluar kuensidefek seimbangan nutrisi
sekisekitar
banyak Suhu tubuh
asi kurang dari
anus lecet
meningkat
kebutuhan
Dehidrasi BAB encer
dengan atau Hipertermi
kemerahan tanpa
dan kurangan berdarah
gatal volume
cairan
Diare
siko kerusakan
integritaskulit
(Sumber : Kardiyudiani&Susansti,2019)
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur feses dan Mikroskopik
2) pHdan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga
terdapat intoleransi gula.
3) Serologi untuk toksin :
E. Coli
Shigella
Campylobacter
7. Komplikasi
b. Syok hipovolemik
8. Penatalaksaan medis
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Wicaksono, 2011)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L,
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral
(2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500
mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
gastroenteritis adalah :
a. Pengkajian
1) Identitas klien
1. Subjektif : lemah
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal
(diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang
terbatas.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit,
jaringan.
e. Cemas berhubungan dengan faksot psikologis/rangsangan simpatit
(proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi,
kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi
No Kode (SDKI)/ RencanaKeperawatan
Diagnosis Keperawatan SL SIKI
KI
1 (D.0070) Nyeri akut, ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x Utama:
24 jam, diharapakan: - Manajemen nyeri
Utama: - Pemberian analgesik Pendukung:
- Tingkat - Dukungan pengungkapan kebutuhan
nyeri Tambahan:
- Edukasi efek samping obat
- Fungsi gastrointestinal
- Edukasi manajemen nyeri
- Kontrol nyeri
- Edukasi proses penyakit
- Mobilitas fisik
- Edukasi teknik napas
- Penyembuhan luka
- Kompres dingin
- Perfusi miokard
- Kompres panas
- Perfusi perifer
- Konsultasi
- Pola tidur
- Latihan pernapasan
- Status kenyamanan
- Manajemen efek samping obat
- Manajemen kenyamanan lingkungan
- Manajemen medikasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat topical
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi Perawatan kenyamanan
- Terapi relaksasi
2 (D.0020) Diare, ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan selama 1 x 24 jam - Manajemen Diare
diharapkan diare teratasi. - Pemantauan Cairan
Intervensi Pendukung:
Luaran Utama : - Dukungan Perawatan Diri :
- Eliminasi Fekal BAB/BAK
Luaran Tambahan : - Dukungan Kepatuhan Program
- Fungsi gastrointestinal Pengobatan
- Keseimbangan cairan - Edukasi Kemoterapi
- Konsultasi
- Keseimbangan elektrolit
- Irigasi kolostomi
- Kontinensia Fekal
- Insersi Intravena
- Status cairan - Manajemen cairan
- Tingkat infeksi - Manajemen elektrolit
- Tingkat nyeri - Manajemen eliminasi fekal
- Manajemen kemoterapi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nutrisi parenteral
- Pemantauan elektrolit
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian obat
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pengontrolan infeksi
- Perawatan kateter sentral perifer
- Perawatan perineum
- Perawatan selang gastrointestinal
- Perawatan stoma
- Promosi berat badan
- Reduksi ansietas
- Terapi intravena
19
DAFTAR PUSTAKA
Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.
EGC : Jakarta.
Carpenito. L J, 2010. Hand Book of Nursing Diagnosa. ECG : Jakarta.
Doenges, Marilynm E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC
: Jakarta.
Suriadi, Rita Yuliani : 2011. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam .Edisi 1.
Agung Seto. Jakarta.
Sudaru, Heru. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta
20