Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTRITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan
diare adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer
dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi, 2010).
Sedangkan menurut Suryadi (2001) GE adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
Bab dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005)
GE adalah Bab dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja
yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuwensi
defekasi yang meningkat.
GE adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml / 24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuwensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat
/ tanpa disertai lendir dan darah.

GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan
ubun – ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut (corwin, 2009).
GE juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti
malaria dan campak, begitu juga dengan keracunan kimia. Perubahan gut
flora (bacteri usus) yang dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena
pertumbuhan kelebihan dan toksin dari clostridium difficile (bakteri gram
positif anaerob dalam usus besar).

2. Penyebab
Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh
beberapa Faktor antara lain :
a. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama GE
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans ).
b. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis,
Encefalitis, Broncopneumonia.
c. Faktor Malabsorbsi :

1) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis


dalam susu formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat ,
tinja berbau asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE seperti ini,
maka bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.

Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut


dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah
lemak menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan
penyerapan sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase
karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini
fecesnya berlemak.
2) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein
d. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu,
makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
e. Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas Menurut Kardiyudiani &Susanti,
(2019). Penyebab gastroenteritis yang paling umum adalah virus. Jenis
utama adalah rotavirus dan norovirus.
Menurut Manjour dkk (2003)Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam
beberpa faktor yaitu :

a. Faktor infeksi Internal : infeksi pencernaan yang disebabkan


oleh bakteri Shigella, sallmonel, dan E- Coli.
b. infeksi Parentral : di sebabkan oleh penyakit lain, infeksi diluar
alat pencernaan makanan, misal pada anak penyakit telinga,
kadang disertai dengan diare.
c. Faktor Malabsorbsi : Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein,
dan intoleransi laktosa yang sering terjadi pada bayi dan anak-
anak.
d. Faktor makanan : Keracunan makanan, alergi pada makanan,
dan mengkonsumsi makanan basi.
e. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas dapat mempengaruhi diare.

3. Tanda dan gejala


GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah,
suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja cair berlendir
kadang bercampur darah, turgor kulit jelek, BB menurun, mata cekung, ubun-
ubun kedalam (pada balita) . keadaan ini merupakan gejala infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit (crown,2009).
Sedangkan menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :
1 Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas kulit menurun
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir kering).
3 Kram abdominal.
4 Demam,mual,muntah dan anorxia
5 Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)
Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE. Pada anak-
anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, menangis
tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat
cenderung mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan, badan lemas dan
tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, mulut kering, pusing dan nyeri kepala.

4. Klasifikasi
Jenis-jenis gastroenteritisMenurut Suratun & Lusianah (2010,

h. 137) jenis-jenis diare :

1. Gastroenteritis akutadalah gastroenteritis yang


serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14

hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan :

a. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini

disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan

gastroenteritis cair dengan volume yang besar tanpa

lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang atau

bahkan tidak sama sekali.

b. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan

invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon.

Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri

seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala

dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat

lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan

secara mikroskopis terdapat sel leukosit

polimorfonuklear.

2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang

berlangsung selama lebih dari 14 hari. Mekanisme

terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang kronik

dapat dibagi menjadi gastroenteritis sekresi,

gastroenteritis osmotrik, gastroenteritis eksudatif, dan

gangguan motilitas.

a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume

feses banyak biasanya disebabkan oleh gangguan

transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan

sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi


mukosa ke usus ke dalam lumen usus menurun.

Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin

kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai

pendek, dan hormon intestinal.

b. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel

yang tidak dapat diabsorbsi sehingga osmolaritas

lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen

usus sehingga terjadilah gastroenteritis.

c. Gastroenteritis eksudatif, inflamassi akan

mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus

maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat

terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi atau

akibat radiasi.

d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang

mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di

usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin,

sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa

muncul gastroenteritis ini.

5. Patofisiologi
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi
Rotavirus. Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi
lisis sel enterosit traktus gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya
melalui rute fekal-oral dari makanan dan minuman yang terkontamisnasi agen
kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke mulut akan menginfeksi lapisan
mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke dalam
lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil (
Jahja,2017). Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat,sehingga
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus mengeluarkanya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus .
c. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatka bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula .
(WijayaPutri,2013)
Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastro enteritis adalah
meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan
akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Pathway

Malabsorbsi Makanan
infeksi

§ Toksin tidak dapat


Kuman masuk dan T ekanan
diabsorbsi
berkembang dalam usus osmotikmeningka

rgeseran air dan elektrolit ke Hiperperistaltik


toksin dalam dinding
rongga usus
usus halus

Isi rongga usus meningkat


Hipersekresi air dan Kemampuan absorbsi
elektrolit
ususmeningkat

Mual dan
BAB sering dengan nflamasi saluran
Muntah
Diare
konsistensiencer pencernaan

Anoreksia
agen pirogenik

Kulit di
airan yangkeluar kuensidefek seimbangan nutrisi
sekisekitar
banyak Suhu tubuh
asi kurang dari
anus lecet
meningkat
kebutuhan
Dehidrasi BAB encer
dengan atau Hipertermi
kemerahan tanpa
dan kurangan berdarah
gatal volume

cairan
Diare

siko kerusakan
integritaskulit

(Sumber : Kardiyudiani&Susansti,2019)

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur feses dan Mikroskopik

2) pHdan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga
terdapat intoleransi gula.
3) Serologi untuk toksin :

 E. Coli

 Shigella

 Campylobacter

4) Sigmoindoskopi dan biopsi hanya diindikasikan jika gejala menetap >2


minggu.

5) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

7. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat


terjadi berbagai macam komplikasi,seperti :

a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)

b. Syok hipovolemik

c. Hipokalemia(dengan gejala hipotoni otot, lemah,


bradikardi,perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia

e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase


karena kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita


juga mengalami kelaparan. ( WijayaPutri,2013)

8. Penatalaksaan medis

Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan


dehidrasi pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip
penatalaksanaan adalah pemberian cairan untuk rehidrasi, antibotik bila
diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi.(Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Wicaksono, 2011)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L,

potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro


et.al., 2005).
c. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan


glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah
dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
3) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi :
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral
(2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500
mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat


(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3
– 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare.
Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
B. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dan paling penting dalam
menyusun proses keperawatan. Pengkajian meliputi proses
pengumpulan data, validasi, dan klasifikasi data. Pengkajian
keperawatan terdiri atas data subjektif dan data objektif yang keduanya
di dapatkan dari pemeriksaan diagnostik,pengkajian individu terdiri atas
riwayat kesehatan ( data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif).
( Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut Wijaya putri (2013) pengkajian yang akan di dapat pada pasien

gastroenteritis adalah :

a. Pengkajian
1) Identitas klien

Pengkajian meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama, suku,


pendidikan,status perkawinan,pekerjaan,alamat,tanggal masuk
Rs,tanggal pengkajian
2) Riwayat kesehatan

3) Riwayat kesehatan sekarang PQRS

P : apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah


dilakukan, diare dapat disebabkan infeksi,faktor makanan dan
faktor malabsorbsi.

Q : frekuensi Bab lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir,


konsistensi cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.

R : Perut terasa sakit, anus terasa perih.

S: skala/keparahan, kondisi lemah dapatmenurunkan aktifitas sehari-hari

T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu , lamanya diare akut 3-5 hari.


Diare berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
4) Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media
akut (OMA)
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
6) Lingkungan Rumah dan Komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang
mudah terkena kuman penyebab diare
7) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Bak/Bab di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang


baik, sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
8) Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
9) Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap
diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan
dapat menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan
dehidrasi.
10) Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah atau
lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap kehilangan
cairan lewat urin
11) Pola Iatirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
12) Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang
lemah, sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya

13) Pemeriksaan Fisik (Robert Prihajo,1995)


Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow
Coma Skale), (composmentis,apatis,somnolen,delirium,sopor atau
koma ).
a) Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat
pertama pengkajian
b) Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia

c) Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika


terdengar timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara.
Jika terdengar pekak,berarti mengenai organ padat
d) Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area
perut selama beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah
normal,hiperaktif,hipoaktif, atau tidak ada bising usus,serta
perhatikan frekuensi dan karakternya.
14) Sistem penginderaan

a) Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan


berkunang-kunang
b) Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan
kebersihan kepala.
c) Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah
anemis,sklera adakah ikterus,reflek mata dan pupil terhadap
cahaya,pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syock
hipovolemik reflek pupil (-)
d) Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat
menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah
alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil
O2, nampak adanya pernafasan cuping hidung
15) Sistem Integumen

a) Subjektif : kulit kering

b) Inspeksi : kulit kering,sekresi sedikit, selaput mukosa kering,


turgor kulit tidak efektif
16) Sistem pernafasan

a) Subjektif : Adakah sesak atau tidak

b) Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat


kedalaman pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
c) Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan
d) Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vaskuler, adakan suara nafas tambahan .
17) Sistem Pencernaan

a) Subjektif, merasa lapar atau haus

b) Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih


dari 3 kali dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
c) Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1
menit
d) Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar
dan lkien tidak membesar suara tymphani.
18) Sistem perkemihan

a) Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning


pekat,dan bau khas urin
b) Ispeksi : observasi output tiap 24 jm

19) Sistem Muskoloskeletal

1. Subjektif : lemah

2. Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun

3. Palpasi, hipotoni,kulit kering,turgor kulit tidak elastisit.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal
(diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang
terbatas.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit,
jaringan.
e. Cemas berhubungan dengan faksot psikologis/rangsangan simpatit
(proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi,
kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi
No Kode (SDKI)/ RencanaKeperawatan
Diagnosis Keperawatan SL SIKI
KI
1 (D.0070) Nyeri akut, ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x Utama:
24 jam, diharapakan: - Manajemen nyeri
Utama: - Pemberian analgesik Pendukung:
- Tingkat - Dukungan pengungkapan kebutuhan
nyeri Tambahan:
- Edukasi efek samping obat
- Fungsi gastrointestinal
- Edukasi manajemen nyeri
- Kontrol nyeri
- Edukasi proses penyakit
- Mobilitas fisik
- Edukasi teknik napas
- Penyembuhan luka
- Kompres dingin
- Perfusi miokard
- Kompres panas
- Perfusi perifer
- Konsultasi
- Pola tidur
- Latihan pernapasan
- Status kenyamanan
- Manajemen efek samping obat
- Manajemen kenyamanan lingkungan
- Manajemen medikasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat topical
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi Perawatan kenyamanan
- Terapi relaksasi
2 (D.0020) Diare, ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan selama 1 x 24 jam - Manajemen Diare
diharapkan diare teratasi. - Pemantauan Cairan
Intervensi Pendukung:
Luaran Utama : - Dukungan Perawatan Diri :
- Eliminasi Fekal BAB/BAK
Luaran Tambahan : - Dukungan Kepatuhan Program
- Fungsi gastrointestinal Pengobatan
- Keseimbangan cairan - Edukasi Kemoterapi
- Konsultasi
- Keseimbangan elektrolit
- Irigasi kolostomi
- Kontinensia Fekal
- Insersi Intravena
- Status cairan - Manajemen cairan
- Tingkat infeksi - Manajemen elektrolit
- Tingkat nyeri - Manajemen eliminasi fekal
- Manajemen kemoterapi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nutrisi parenteral
- Pemantauan elektrolit
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian obat
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pengontrolan infeksi
- Perawatan kateter sentral perifer
- Perawatan perineum
- Perawatan selang gastrointestinal
- Perawatan stoma
- Promosi berat badan
- Reduksi ansietas
- Terapi intravena
19

DAFTAR PUSTAKA

Bidup John, 2009. Keperawatan kesehatan anak untuk petugas


penyuluhan kesehatan dan bidan desa. Gajah Mada University Press
: Yogyakarta.

Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.
EGC : Jakarta.
Carpenito. L J, 2010. Hand Book of Nursing Diagnosa. ECG : Jakarta.
Doenges, Marilynm E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC
: Jakarta.

Suriadi, Rita Yuliani : 2011. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam .Edisi 1.
Agung Seto. Jakarta.

Ngastiyah, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam . Edisi 1.


EGC, Jakarta

Sudaru, Heru. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta
20

Anda mungkin juga menyukai