Disusun Oleh :
Selman Syukur
NPM : 202391032
Kelompok : Imogene
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Armina, M.Kep, Sp. Kep. An
Ns. Dwi Kartika, M.Kep
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Ada juga yang memberi batasan
diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
Diare akut diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari
14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya
akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak
a. Faktor lingkungan
b. Gizi
c. Kependudukan
d. Pendidikan
f. Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun
kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi
berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang
tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan
faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang
tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau
membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi
masing-masing keluarga.
3. Etiologi
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri,
dan parasit.
Etiologi diare akut dapat dihubungkan dengan bakteri, viral atau parasit yang
a. Bakteri
b. Virus
c. Parasit
a. Defek Anatomik
b. Malabsorpsi
c. Endokrinopati
d. Keracunan
e. Neoplasma
f. Lain-Lain
atau
4. Patogenesis
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri
dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala
dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan
tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolalitas
dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya
magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin
yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu,
asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon
intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory
transit usus menjadi lebih cepar. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
menimbulkan diare.
sebagainya).
bertambah.
c. Hipoglikemia.
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan
Bakteri
Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili
atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi
cairan.
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat
dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya
darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan
kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
Parasit
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
menyebabkan diare.
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.
Obat-obatan
diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang
tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang
bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga
antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora tinja secara
PATHWAY
5. Manifestasi Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering.
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan
a. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan
kurang.
b. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
jumlah tinja
c) Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
obat,oralit)
b. Pemeriksaan Fisik
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan,
yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan
d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
f) Akral hangat
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
Tambahan
d) Turgor kurang
e) Akral hangat
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
d) Turgor buruk
e) Akral dingin
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik infeksi
maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa
cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin,
7. Pengobatan
a. Atasi dehidrasi
1) Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
<1 tahun : 50-100 cc
5 tahun : semaunya
parenteral :
BB 10 – 15 kg = 175 cc/kgBB/24jam
3) Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat 100
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.
b. Seng (Zinc)
Pasien juga diberikan tablet zinc 1x20 mg. Tablet zinc diberikan selama 14
hari walaupun diare sudah berhenti. Zinc digunakan untuk memperbaiki epitel
c. Nutrisi
Makanan dengan menu yang sama saat anak sehat tetap diberikan, dengan
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan
e. Edukasi
demam, BAB berdarah, sangat haus, makan / minum sedikit, diare lebih
air matang.
(1) Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
(2) Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar. Edukasi termasuk kebersihan botol susu yang digunakan
pasien.
g. Probiotik
h. Vitamin A
pencegahan diare.
8. Pemantauan
a. Terapi
barat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi maka dilakukan
b. Tumbuh Kembang
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi
9. Komplikasi
b. Syok hipovolemik
d. Hipoglikemia.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
10. Prognosis
11. Pencegahan
d. Imunisasi campak.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
b. Keluhan Utama
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5
hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
1. Pertumbuhan
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
2. Perkembangan
Fase anal :
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
hitungan (GK)
3. Pemeriksaan Fisik
menurun.
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
terhadap diare
frekwensi diare.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RR : < 40 x/mnt ).
Intervensi :
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
5) Kolaborasi :
IMPLEMENTASI:
4) Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
5) Berkolaborasi :
EVALUASI:
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40
x/mnt ), turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, dan
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
IMPLEMENTASI:
2) Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
EVALUASI:
- Nafsu makan meningkat dan BB meningkat atau normal sesuai umur.
tubuh dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5
C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa).
Intervensi :
infeksi)
panas tubuh
IMPLEMENTASI:
EVALUASI:
- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi
Intervensi :
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
IMPLEMENTASI:
3) Mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
EVALUASI:
Intervensi :
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
kemampuannya
5) Rasional: Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa
IMPLEMENTASI:
pengobatan
EVALUASI:
- Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel.
DAFTAR PUSTAKA
4. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal :49-52
5. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.