Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gasrtoenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
defekasi yang meningkat (Padila, 2013).
Menifestasi klinis penyakit Gasrtoenteritis bervariasi. Berdasarkan
salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%),
muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanykan pasien. Tanda-tanda dehidrasi
sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor
kulit, atau perubahan status mental, tedapat pada <10% pada hasil
pemriksaan. Gejala pernafasan yang mencakup radang tenggorokan, batuk,
dan rinorea dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al, 2012).
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di jawa
tengah berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis di rumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilans terpadu tahun 2010 jumlah kasus
diare di dapatkan15,3% di puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05% pasien rawat jalan.
Dari data dinas kesehatan provinsi jawa tengah, cakupan penemuan
dan penanganan di provinsi jawa tegah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih
tinggi di bandingkan tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota,
diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah
kota pekalongan (106,85%) dan rendah adalah kabupaten boyolali (16,42%).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari gastroenteritis?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari gastroenteritis?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui konsep medis dari gastroenteritis
2. Untuk dapat mengetahui konsep keperawatan dari gastroenteriris
BAB II
I. KONSEP MEDIS
2.1 Definisi Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan
di usus yang menyebabkan kehilangan banyak cairan dan
elektrolit melalui feses (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat
adanya peradangan pada saluran perncernaan yang
disebabkan oleh infeksi dengan dejalanya terutama adalah
muntah, dehidrasi dan diare Pada dasarnya diare
didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar
dan konsistensi feses menjadi cair (Dharmika, 2014).

Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang


ditandai oleh perubahan bentuk konsistensi tinja, serta
bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau
lebih dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna
hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah, yang juga
berupa lendir saja. (Mufidah, 2012)

Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan


bahwa gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi
larutan di usus yang terjadi akibat peradangan pada saluran
pencernaan yang terjadi secara mendadak akibat infeksi
dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.

2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut


Menurut mufidah (2012), terjadinya gastroenteritis dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah
permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan
elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan
sistem transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi Virus
1) Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi,
sering didahului atau disertai dengan muntah, timbul
sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
2) Enterovirus : biasanya timbul pada musim panas
3) Adenovirus : timbul sepanjang tahun, menyebabkan
gejala pada saluran pencernaan/pernafasan
4) Norwalk : epidemik, dapat sembuh sendiri
b. Infeksi Bakteri
1) Stigella
2) Salmonella
3) Escherichia coli
4) Campylobacter
5) Yersinia Enterecolitica
2. Faktor Malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian
akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah gastroenteritis
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
3. Faktor makanan : mampu
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
menyerap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan
peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesemapatan untuk menyerap makanan. Seperti :
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk
allergy, food allergy, down milk protein senditive
enteropathy CMPSE)
4. Faktor psikologi
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic
usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan
makanan.

2.3 Manifestasi Klinis Gastroenteritis Akut


Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis akut adalah :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer
2. Dehidrasi (turgor kulit jelek)
3. Demam
4. Nafsu makan berkurang
5. Mual dan muntah
6. Anoreksia
7. Lemah
8. Pucat
9. Nyeri abdomen

2.4 Patofisiologi Gastroenteritis Akut


Menurut Mutaqqin dan Kumala Sari (2011) kondisi peradangan pada
gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada
mukosa dan memproduksi enterotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorbsi cairan sehingga
akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi :
1. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau
zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isis rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.
2.5 Klasifikasi Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasikan berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a.Akut: berlangsung < 5 hari
b.Persisten : berlangsung 15-30 hari
c.Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologi :
a.Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b.Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya :
a.Diare tanpa dihindrasi
b.Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c.Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak :
a.Infektif
b.Noninfeksif
2.6 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi cairan
Untuk menetukan jumlah cairan yang perlu diberikan pada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntah-muntah
PWL (Previous Watter Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urine dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant Water Losses).
Ada 2 jenis cairan yaitu :
1) Cairan rehidrasi oral (CRO) : cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung osmolalitas 333 mOsm/L,
karbohidrat 20 g/L, kabri 85 cal/L, elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, pottasium 20 mEq/L chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral :
a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya : larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia dirumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan rehidrasi parenteral (CRP) cairan ringer laktat sebagai cairan
rihidrasi perenteral tunggal. Selama pemberian cairan perenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi :
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi
2. Obat-obatan (antibiotik)
Pemberian antibiotik secara empiris jarang di indikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian antibiotik. Pemebrian antibiotik di indikasikan :
pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immonucompromised. Contoh antibiotik
untuk diare Ciprofloksasin 500 mg oral (2x sehari, 3-5 hari), Tetrasiklin
500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300 mg (oral, dosis tunggal ),
Ciprofloksacin 500 mg, Metronidajole 250-500 mg (4x sehari, 7-14 hari,
7-14 oral atau IV).
Obat anti diare : loperamid HCI serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari,
loperamid 2-4 mg/ 3-4x sehari lomotil 5 mg 3-4x sehari. Efek kelompok
obat tersebut meliputi pengahmbatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan syndrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
3. Diatetik (pembeian makanan)
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapaun hal yang perlu
diperhatikan memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan dignosis
yang tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun yang perlu
dikerjakan menurut Suraatmaja (2007) adalah :
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan
kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagi
antibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca, K dan P melnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang
(proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan
kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit faal ginjal
Untuk mengetahui kaadar Natrium, Kalium, Kalsium dan
Bikarbonat.

4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan gatroenteritis akut menurut
IDAI (2011) :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada kedaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan pada diare akut :
a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur dan tes
kepekatan terhadap antibiotika.
b. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
c. Tinja :
1) Pemeriksaan makroskopik : tinja perlu dilakukan pada semua penderita
diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang
watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar infeksi
saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus.
2) Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya lekosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta
adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi
sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.
2.8 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik )
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (denga gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elekrto kardiaogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan diifisiensi
enzim laktase
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Mal nutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
PATHWAY

Faktor malabsorbsi
Faktor makanan basi, Faktor infeksi (bakteri dan (karbohidrat, protein,
beracun, alergi makanan virus) lemah

Makanan tidak diserap


Masuk kedalam tubuh
oleh vili usus

Mencapai usus halus Infeksi usus halus Peningkatan tekanan


osmotic dalam lumen usus

Menstimulus dinding usus


halus Malabsorbsi makanan & Pergeseran air dan osmotic
cairan ke rongga usus

Peningkatan isi (rongga )


Gastroenteritis Isi rongga usus meningkat
lumen usus

Frekuensi Defekasi Cairan yang keluar banyak Inflamasi saluran Suplai O2 nutrisis Iritasi Anus
pencernaan inadekuat

BAB encer dengan atau Dehidrasi


tanpa darah Agen patogenik Ketidakmampuan tubuh
menyiapkan energy yang Nyeri akut
Resiko Hipovolemi adekuat
Diare Suhu tubuh meningkat

Apt sedikit
Hipertermia
Resiko
ketidakseimban Gangguan aktivitas fisik
gan elektrolit
Intoleransi Kelemahan
Aktivitas
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Jenis kelamin :
Pendidikan : -
Suku bangsa :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
No register :
Diagnose medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Hub. Dengan pasien :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Saat ini
1) Keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak :
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Tidak Terkaji
2) Pernah Dirawat : Tidak Terkaji
3) Alergi : Tidak Terkaji
4) Kebiasaan( merokol,alcohol,dll) : Tidak Terkaji
a. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah klien pernah mengalami hipotensi
b. Diagnosa medis dan therapy
Leukemia
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Bio-psiko-sosio-kultural-spritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan : Tidak Terkaji
b. Pola nutrisi metabolik
- Sebelum sakit : Tidak Terkaji
- Saat Sakit : Tidak Terkaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum Sakit : Tidak Terkaji
- Saat Sakit :Tidak Terkaji
2) BAK
- Sebelum Sakit :
-Saat Sakit :
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas :
2) Latihan
c. Pola kognitif dan presepsi
d. Pola presepsi-konsep diri
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola peran-hubungan
g. Pola seksual-reproduksi
h. Pola toleransi stress-koping
i. Pola nilai-kepercayaan
1. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum :
b. Tanda-tanda vital
- TB/BB :
- R :
- N :
- TD :
c. Keadaan fisik
a) Kepala
b) Mata
c) Mulut
d) Leher
e) Dada/pernapasan
f) Jantung
g) Paru
h) Abdomen
i) Punggung
j) Ekstermitas
k) Genitalia
l) Integument
2. Pemeriksaan penunjang
1) Data Laboratorium :
2) Pemeriksaan radiologi:
3) Hasil Konsultasi :
B. Diagnosa Keperawatan
1) Diare (D.0020)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Makanan
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
3) Resiko Hipovolemia (D.0034)
Kategori: fisiologiss
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
4) Hipertermia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
5) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
6) Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
NO SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Diare Eliminasi Fekal Manajemen Diare Manajemen Diare
Definisi: Setelah dilakukan Tindakan 1. Agar pasien dapat mengetahui serta
Pengeluaran fese yang sering, tindakan keperawatan Observasi: dapat menidentifikasi penyebab
lunak dan tidak berbentuk selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi penyebab diare (mis. diare (mis. inflamasi
Penyebab: Eliminasi Fekal pasien inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, iritasi
Fisiologis dapat membaik dengan gastrointestinal, proses infeksi, gastrointestinal, proses infeksi,
1. Inflamasi gastrointestinal Kriteria Hasil: malabsorbsi, ansietas, stress, efek malabsorbsi, ansietas, stress, efek
2. Iritasi gastrointestinal 1. Control pengeluaran obat obatan, pemberian botol susu) obat obatan)
3. Proses infeksi feses meningkat 2. Identifikasi riwayat pemberian 2. Agar pasien dapat mengotrol
4. Malabsorbsi 2. Keluhan defekasi makanan kebutuhan cairan
Psikologis lama dan sulit 3. Monitor warna, volume, frekuensi, 3. Agar dapat mempertahankan
1. Kecemasan menurun dan konsistensi tinja frekuensi nadi, tekanan darah,
2. Tingkat stress tinggo 3. Mengejan saat 4. Monitor tanda dan gejala turgor kulit agar tetap dalam
Situasional defekasi menurun hipovolemia (mis. takikardia, nadi keadaan yang normal
1. Terpapar kontaminan 4. Urgensi menurun teraba lemah, tekanan darah turun, 4. Agar dapat memperhitungkan dan
2. Terpapar toksin 5. Nyeri abdomen turgor kulit turun, mukosa mulut memantau jumlah pengeluaran
3. Penyalahgunaan laksatif menurun kering, CRT melambat, BB turun) diare supaya sehingga tidak terjadi
4. Penyalahgunaan zat 6. Kram abdomen 5. Monitor jumlah pengeluaran diare pengeluaran diare yang berlebihan
5. Program pengobatan menurun 6. Monitor keamanan penyiapan dan dapat mempertahankannya
6. Perubahan air dan makanan 7. Konsistensi feses makanan dalam keadaan yang semestinya
7. Bakteri pada air membaik Terapeutik atau dalam keadaan normal
Gejala dan Tanda Mayor 8. Frekuensi BAB 1. Berikan asupan cairan oral (mis. 5. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
Subjektif membaik garam gula, oralit, pedialyte, dan elektrolit yakni dengan
9. Peristaltic usus renalyte) memberikan asupan oral, jalur
Objektif membaik 2. Pasang jalur intravena (mis. ringer intravena akibat kehilangan banyak
1. Defekasi lebih dari tiga kali laktat, ringer asetat jika perlu) cairan.
dalam 24 jam 3. Ambil sampel darah
dan Agar dapat menghindari makanan yang
tidak dianjurkan supaya diare tidak
2. Feses lembek atau cair pemeriksaan darah lengkap dan
bertambah parah
Gejala dan Tanda Minor elektrolit
Subjektif 4. Ambil sampel fesef dan kultur, jika
1. Urgency perlu
2. Nyeri/kram abdomen Edukasi
Objektif 1. Anjurkan makan porsi kecil dan
1. Frekuensi peristaltic secara bertahap
meningkat 2. Anjurkan menghindari makanan
2. Bising usus hiperaktif pembentuk gas , pedas dan
Kondisi klinis terkait mengandung laktosa
1. Iritasi usus Kolaborasi
Gastritis 1. Kolaborasi pemberian obat
antimolitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik (mis.
paverine, ekstak belladonna,
mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses (mis. atapulgit, smeklit,
kaolin-pektin)
2. Defisit nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119) Tindakan
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Definisi :
Subkategori : Nutrisi dan cairan keperawatan selama 1. Untuk mengetahui statusnutrisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan
3x24 jam maka perfusi pasien
nutrisi yang seimbang.
Definisi : perifer napas pasien 2. Untuk mengethaui alergi dan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk dapat meningkat, Tindakan : intoleransi makanan pada pasien
memenuhi kebutuhan dengan: Observasi : 3. Untuk menambha nafsu makan
metabolism. 1. Identifikasi status nutrisi pasien
Kriteria Hasil 2. Identifikasi alergi dan intoleransi 4. Untuk mengethau kebutuhan kalori
Penyebab : 1. Porsi makan yang makanan dan nutrisi yang dibutuhkan
1. Kurangnya asupan makanan dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai 5. Untuk mengethaui apakah pasien
2. Ketidakmampuan menelan 2. Kekutan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan memelurkan penggunaan selang
makanan meningkat jenis nutrien nasogastrik
3. Ketidakmampuan mencerna 3. Pengetahuan tentang 5. Identifikasi perlunya penggunaan 6. Untuk mengethaui asupan makanan
makanan standar asupan nutrisi selang nasogastrik yang dikonsumsi pasien
4. Ketidakmampuan yang tepat meningkat 6. Monitor asupan makanan 7. Untuk mengethaui bertambah dan
mengabsorpsi nutrient 4. Nyeri abdomen 7. Monitor berat badan berkurangnya berat badan
Gejala dan tanda mayor menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan 8. Untuk mengetahui hasil
Subjektif : - 5. Berat badan membaik laboratorium pemerikasaan labratorium pasien
Objektif : 6. Indeks massa tubuh Terapeutik : Terapeutik :
1. Berat badan menurun minimal (IMT) membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Untuk menghindari terjadinya
10% dibawah rentang ideal 7. Frekuensi makan makan, jika perlu infeksi
membaik 2. Fasilitas menentukan pedoman (mis. 2. Untuk mempertahan aupan nutrisi
Gejala dan tanda minor 8. Nafsu makan Piramida mkanan) pada pasien
Subjektif : membaik 3. Sajikan mkananan secara menarik 3. Untuk menambah nafsu makan
1. Kram/nyeri abdomen dan suhu yang sesuai pasien
2. Nafsu makan menurun 4. Berikan makanan tinggi serat untuk 4. Untuk memperlancar sistem
Objektif : mencegah konstipasi pencernaan pasien
1. Otot menelan lemah 5. Berikan makanan tingi kalori dan 5. Agar klien mau makan makanan
2. Serum albumin turun tinggi protein yang tinggi akan kalori dan protein.
3. Membrane mukosa pucat 6. Berikan suplemen makanan, jika 6. Untuk mendorong agar klien mau
4. Diare perlu makan.
Kondisi klinis terkait 7. Hentikan pemberian makan melalui 7. Untuk mengurangi risiko cedera
selang nasogatrik jika asupan oral pada saluran pencernaan klien
dapat ditoleransi Edukasi :
Edukasi : 1. Agar pasien bisa makan dalam posisi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi :
Kolaborasi : Agar pasien bisa makan dengan jumlah
1. Kolaborasi pemberian medikasi kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3. Resiko Hipolovemia (D.0034) Status cairan Manajemen Hipovolemia Manajemen Hipovolemia
Definisi : Setelah dilakukan Observasi 1. Agar dapat memantau dan
Beresiko mengalami penurunan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala mempertahankan frekuensi nadi,
volume cairan intravaskuler, selama 3x24 jam masalah hipovolemia (mis. Frekuensi nadi tekanan darah, turgor kulit, dan
interstisiel, dan/atau intraseluler status cairan dengan meiningkat, nadi teraba lemah, kadar hematokrit dalam keadaan
indicator : tekanan darah menurun, tekanan normal.
Penyebab 1. Kekuatan nadi nadi menyempit, turgor kulit 2. Untuk mengontrol kebutuhan cairan
1. Kehilangan cairan aktif (Sedang) menurun, membrane mukosa kering, dan intake tubuh pasien.
2. Gangguan absorbs cairan 2. output urin (Sedang) volume urin menurun, hematokrit 3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
3. Usia lanjut 3. membrane mukosa meningkat, haus, lemah) pasien.
4. Kelebihan berat badan lemabab (Sedang) 2. Monitor intake dan output cairan 4. Agar pasien tidak bergantung pada
5. Status hipermetabolik 4. edema anasarka Terapeutik ciran yang diberikan melalui intra
6. Kegagalan mekanisme regulasi (Sedang) 1. Hitung kebutuhan cairan vena.
7. Evaporasi 5. berat badan (Sedang) 2. Berikan asupan cairan oral 5. agar pasien dapat mengontrol cairan
6. Perasan lemah Edukasi tubuhnya.
Kondisi klinis terkait 1. Anjurkanmemperbanyak asupan 6. Untuk menghindari perdarahan
1. Penyakit Addison cairan oral kembali pada daerah yang luka.
(menurun)
2. Trauma/perdarahan 2. Anjurkan menghindari perubahan 7. Cairan isotonis dapat meningkatkan
7. Frekuensi nadi
3. Luka bakar posisi mendadak energy pasien.
( membaik)
4. AIDS Kolaborasi
8. Tekanan darah
5. Penyakit Crohn 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
tekanan
6. Muntah isotonis (mis. Nacl, RL)
nadi( membaik)
7. Diare 2. Kolaborasi pemberian
9. Turgor kulit
8. Kolitis ulseratif
( membaik)
10. berat badan
( membaik)
11. oliguria ( membaik)
12. intake cairan
( membaik)

4. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermi Manajemen Hipertermi


Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan Definisi : Observasi :
Subkategori : Keamanan dan tindakan keperawatan mengidentifikasi dan mengelola 1. Untuk mengetahui penyebab
Proteksi selama 3x24 jam maka peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
termoregulasi pasien termoregulasi lingkungan panas, pengguanaan
Definisi membaik. Dengan inkubator)
Suhu tubuh meningkat diatas kriteria hasil : Tindakan 2. Untuk mengetahui suhu tubuh dari
rentang normal tubuh . 1. Kekuatan nadi Observasi : pasien
Penyebab meningkat 1. Identifikasi penyebab hipertermia 3. Untuk mengetahui komplikasi akibat
2. Pucat menurun
1. Dehidrasi (mis. Dehidrasi, terpapar hipertermia yang bisa saja terjadi
3. Akral dingin menurun
2. Terpapar lingkungan panas lingkungan panas, pengguanaan pada pasien
4. Tekanan nadi
3. Ketidaksesuaian pakaian inkubator) Terapeutik :
membaik
dengan suhu lingkungan 2. Monitor suhu tubuh 1. Untuk mempermudah penguapan
5. Suhu tubuh membaik
4. Aktivitas berlebihan 3. Monitor komplikasi akibat panas Basahi atau kipasi
hipertermia permukaan tubuh
Gejala dan Tanda mayor Terapeutik : 2. Agar suhu tubuh pasien tidak
Objektif : 1. Longgarkan atau lepaskan pakaian bertambah
1. Suhu tubuh diatas nilai 2. Basahi atau kipasi permukaan 3. Untuk memenuhi kebutuhan
normal tubuh oksigen dari pasien
Gejala dan Tanda Minor 3. Berikan oksigen , jika perlu Edukasi :
Objektif 1. untuk mengurangi aktifitas tubuh
1. Kulit merah Edukasi : yang dapat meningkatkan suhu
2. Takikardi 1. Anjurkan tirah baring tubuh pasien
Takipnea Kolaborasi :
Kolaborasi : untuk memenuhi kebutuhan elektrolit
pasien
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi Observasi :
Kategori : Fisiologis Setelah melakukan Observasi : 1. Mengetahui sebab dan lokasi yang
Subkategori : Aktivitas dan tindakan keperawatan 1. Monitor kelelahan fisik dan dapat menyebabkan kelelahan dan
Istirahat selama 3x24 jam maka emosional ketidaknyamanan melakukan
toleransi aktivitas pada 2. Monitor lokasi dan aktivitas
Definisi : pasien dapat meningkat, ketidaknyamanan selama melakukan Terapeutik :
Ketidakcukupan energy untuk dengan Kriteria hasil: aktivitas 1. Meminimalisir kelelahan yang
melakukan aktivitas sehari-hari. 1. Kemudahan melakukan 3. Monitor pola dan jam tidur dirasakan klien
aktivitas sehari-hari 4. Monitor lokasi dan ketidak Kolaborasi :
Penyebab : meningkat nyamanan selama melakukan Meningkatkan asupan makanan
sehingga dapat mencegah terjadinya
1. Ketidakseimbangan antara 2. Keluhan lelah menurun aktivitas
kelelahan fisik yang terjadi
suplai dan kebutuhan oksigen 3. Dispnea saat aktivitas Terapeutik
2. Kelemahan dan setelah aktivitas 1. Sediakan lingkungn yang nyaman
3. Imobilitas menurun dan rendah stimulus (mis. cahaya,
4. Perasaan lemah suara,)
Gajala dan Tanda Mayor : menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
- Subjektif dan atau aktif
1. Mengeluh lelah 3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenagkan
- Objektif Edukasi
1. Frekuensi jantung 1. Anjurkan tirah baring
meningkat >20% dari 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
kondisi istirahat bertahap
Gejala dan Tanda Minor : 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
- Subjektif tanda dan gejala kelelahan tidak
1. Dispnea saat/setelah berkurang
aktivitas 4. Ajarkan strategi koping untuk
2. Merasa tidak nyaman mengurangi kelelahan
setelah beraktivitas Kolaborasi
3. Merasa lemah Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
- Objektif
1. Tekanan darah >20% dari
kondisi istirahat
2. Sianosis
Kondisi klinis terkait :
1. Anemia
2. Penyakit paru obstruktif
paru
3. Gangguan metabolic
6. Resiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Pemantauan Elektrolit 1. Agar pasien dapat mengetahui
Elektrolit (D.0037) Elektrolit Observasi: penyebab penyebab apa saja yang
Kategori: Fisiologis Setelah melakukan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab dapat menyebabkan
Subkategori: Nutrisi dan Cairan tindakan keperawatan ketidakseimbangan elektrolit ketidakseimbangan elektrolit
Definisi: selama 3x24 jam maka 2. Monitor kadar elektrolit serum 2. Untuk mengetahui kadar elektrolit
Beresiko mengalami perubahan keseimbangan elektrolit 3. Monitor mual, muntah dan diare serum dalam tubuh
kadar serum elektrolit pada pasien dapat 4. Monitor kehilangan cairan , jika 3. Untuk mengetahui keadaan pasien
Faktor Resiko: membaik, dengan perlu 4. Agar dapat mengetahui seberapa
1. Ketidakseimbangan cairan Kriteria hasil: 5. Monitor tanda dan gejala banyak pasien sudah kehilangan
(mis. dehidrasi dan 1. Serum natrium hipokalemia (mis. kelemahan otot, cairan
intoksikasi air) membaik interval, QT memanjang, 5. Untuk mengetahui apakah pasien
2. Kelebihan volume cairan 2. Serum kalium gelombang T datar atau terbalik, sudah memiliki tanda dan gejala
3. Gangguan mekanisme membaik depresi segmen ST, gelombang U, mengalami hipokalemia.
regulasi (mis. diabetes) 3. Serum klorida kelelahan, parastesia, penurunan 6. Untunk mengetahui apaka pasein
4. Efek samping prosedur membaik reflex, anoreksia, konstipasi, sudah memiliki tanda dan gejala
(mis. pembedahan) 4. Serum kalsium motilitas usus menurun, pusing, hiperkalemia.
5. Diare membaik depresi pernafasan) 7. Untuk mengetahui apakah pasien
6. Muntah 5. Serum 6. Monitor tanda dan gejala sudah mengalami tanda dan gejalah
7. Disfungsi ginjal magnesium hiperkalemia (mis. peka rangsang, hiponatremia.
8. Disfungsi regulasi membaik gelisah, mual, muntah, takikardi 8. Untuk mengetahui apakah pasien
endokrin 6. Serum fosfor mengarah ke bradikardi, fibrilasi/ sudah mengalami taanda dan gejala
Kondisi Klinis Terkait membaik takikardi ventrikel, gelombang T hiprtermia
1. Gagal ginjal tinggi., gelombang P datar, 9. Untuk mengetahui apakah pasien
2. Anoreksia nervosa kompleks QRS tumpul, blok sudah mengalami taanda dan gejala
3. Diabetes mellitus jantung mengarah asistol) hipokalsemia
4. Penyakit chron 7. Monitor tanda dan gejala 10. Untuk mengetahui apakah pasien
5. Gastroenteritis hiponatremia (mis. disorientasi, sudah mengalami taanda dan gejala
6. Pangkreatitis otot berkedut, sakit kepala, hiperkalsemia
7. Kanker membrane mukosa kering, 11. Untuk mengetahui apakah pasien
8. Cedera kepala hipotensi postural, kejang, letargi, sudah mengalami taanda dan gejala
9. Trauma multiple penurunan kesadaran) hipomaksemia
10. Luka bakar 8. Monitor tanda dan gejala 12. Untuk mengetahui apakah pasien
11. Anemia sel sabit hipernatremia (mis. haus, demam, sudah mengalami taanda dan gejala
mual, muntah, gelisah, peka hipermaksemia
rangsang, membrane mukosaTerapeutik
kering, takikardi, hipotensi, letargi, 1. Untuk menjaga kenyamanan
konfusi, kejang) pasien
9. Monitor tanda dan gejala 2. Agar dapat bisa melaporkan
hipokalsemia (mis. peka rangsang, keadaan pasien pada dokter
tanda Chvostek [spasme otot dengan benar
wajah], tanda Trousseau [spasme Edukasi
karpal], kram otot, interval QT 1. Agar pasien menyetujui ketika
memanjang perawat melakukan pemantauan
10. Monitor tanda dan gejala 2. Agar pasien tidak merasakan
hiperkalsemia (mis. nyeri tulang, cemas dengan keadaanya.
haus, anoreksi, letargi, kelemahan
otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks
QRS, interval PR memanjang
11. Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. depresi
pernafasan, apatis, tanga Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
12. Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia (mis. kelemahan
otot, hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, depresi)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan


gejala diare, dengan atau disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan
suhu tubuh.

3.2 Saran

Dalam melakukan perawatan Gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati,


cermat dan teliti selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mmepercepat
proses penyembuhan.

Perawat perlu mengetahui tanda dan gejala adanya diare serta derajat
dehidrasi pada pasien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara
keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam
pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang penyakit, penyebab diare, pencegahan, dan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Bresee, J. S., et al. 2012. The Etiology Of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults
Visiting Emergency Departements In The United States. The Journal Of
Infectious Disias, 205 : 1374-1381.

Djojonigrat, Dharmika. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2011). Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Mufidah, Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit Yang rentang Diderita Anak Usia
Sekolah. Yogyakarta: FlashBooks.

Mutaqqin & kumala sari. 2011. Gangguan Gastriintestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Padila, 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

Suraatmaja, sudaryat. (2007). Gastroenterologi anak. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sodikin. 2012. Keperawatan Anak : Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai