Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GASTROENTRITIS AKUT
DI RUANG PERAWATAN LAVENDER
RS EMC SENTUL

Disusun Oleh:
Yulia
NIK.

RS EMC Sentul. Jl. MH Thamrin Kav. 57. Sentul City – Bogor.


Jawa Barat. 16810
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat allah SWT yang selalu memberikan rahmat
serta kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga selalu di
limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah dengan segala kemampuan yang dimiliki dan berkat kemudahan yang
diberikan Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gastroentritis Akut di Ruang Perawatan Lavender dapat terselesaikan. Laporn ini dibuat sebagai
bukti tertulis bahwa penyusun telah melaksanakan penelaahan kasus yang terdapat diruangan
khususnya RS EMC Sentul.

Bogor, 10 Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis atau penyakit diare adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan
pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi (Cakrawardi et. al,2009). Penyakit ini
ditandai dengan gejalanya terutama diare, muntah atau keduanya dan dapat juga disertai
dengan demam, nyeri abdomen dan anoreksia (Elliott J. E., 2007). Penyakit ini terutama
disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan yang
buruk (Howidi et. Al, 2012).
Gastroenteritis atau penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan (Depkes)
dari tahun 2000 sehingga tahun 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
incidence rate penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahawa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian karena diare perlu tatalaksana yang
cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2011).

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Gastroentritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan
atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang
dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan
bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir). (Suratun, 2010)
Gastroenteritis dapat disebut sebagai Inflamasi yang bersifat sembuh sendiri pada lambung
dan usus halus. (Saputra, Lyndon. 2014)
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan
ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usushalus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-
muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yangmenimbulkan dehidrasi dan gan
gguan keseimbangan elektrolit. (LynnBetz,2009)

2.2 Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsing lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1. Infeksi Bakteri (Salmonella spp, campylobacter jejuni, stafilococcus aureus, bacillus
cereus, clostridium perfringens dan enterohemorrhagic escherichia coli (EHEC)
2. Infeksi Virus (tota-virus, adenovirus enteris, virus norwalk), parasit (biardia lambia,
cryptosporidium). (Suratun. 2010)
3. Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyruis, histolitika, gardia lamblia, tricomona
hominis), jamur (candida albicans)

Infeksi diluar alat pencernaan seperti: otitis media akut (OMA), translitis, aonsilotaringitis,
bronco pneumonia, encetalitis. Beberapa faktor resiko terjadinya diare adalah makanan atau
minuman terkontaminasi bakteri, bepergian kenegara endemis dengan sanitasi lingkungan dan
kebersihan air yang buruk, penggunaan antibiotik yang berkepanjangan, HIV positif atau AIDS
(Suratun. 2010).

2.3 Jenis-jenis Gastroentestinal


a. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan menjadi:
1. Diare non inflamasi. Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi
atau bahkan tidak sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan
penggangi. Tidak ditemukan lekosit pada pemeriksaan feses rutin.
2. Diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin
di kolon. Gejala klinis ditandai mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan
darah pada pemeriksaan feses rutin, dan c=secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
b. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut mapupun yang kronik dapat dibagi menjadi diare
sekresi, diare osmotik, diare eksudatif dan gangguan motilitas.
a) Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh gangguan
transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun
kemampuan absopsi mukosa usus ke dalam lumen usus menurun. Penyebabnya adalah
toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantau
pendek, laksatif non osmotic dan hormon intestinal (gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP).
b) Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorpsi sehingga
osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga
terjadilah diare. Sebagai contoh malabsorpsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau
akibat garam magnesium.
c) Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease
(IBD) atau akibat radiasi.
d) Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit
makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma
usus iritabel atau diabetes melitus dapat muncul diare ini.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Muntah-muntah dan atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri perut
atau kram perut.
c. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil daripada output. Tanda-tanda
tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun , mata cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun dan suara serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang
isotonik.
d. Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) terjadi bila syok berlanjut
dan terdapat asidosis. Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat
terjadi penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat pernapasan
agar bekerja lebih cepat dengan meningkat pernapasan dengan tujuan mengeluarkan asam
karbona sehingga pH kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi
ditandai oleh base excess negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2 normal.
Tanda-tanda dehidrasi berat dan sudah terjadi syok hipovlemik adalah tekanan darah
menurun atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah, sianosis, dan ektremitas dingin. Pada diare
akut dapat terjadi hipokalemia akibat kalium ikut terbuang bersama cairan feses sehingga
beresiko terjadi aritmia jantung.
e. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis tubulus ginjal akut,
dan bila tidak teratasi, klien beresiko menderita gagal ginjal akut. (Suratun. 2010)
f. Tanda-tanda dehidrasi atau klasifikasi dehisrasi
Pemeriksaan Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat
Riwayat:
a. Diare <4x /hari cair 4-10 x / hari cair >10 x / hari cair
b. Muntah sedikit/ tidak beberapa kali haus sangat sering tidak
c. Rasa haus minum biasa tidak sekali , rakus ingin dapat minum
d. Air kemih haus minum banyak Tidak ada dalam 6
Normal Sedikit gelap jam

Periksa
a. Keadaan Sehat ,aktif Tampak sakit, Sangat mengantuk,
umum mengantuk, lesu, lemah, letargi, tidak
rewel, gelisah sadar/koma
b. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
c. Mata Normal Cekung * Kering, sangat
d. Mulut / lidah Basah Kering ** cekung
Sangat kering
e. Nafas Normal Agak cepat Cepat dan dalam
Raba
a. Kulit (dicubit) Kembali cepat kembali lambat *** Kembali sangat
lambat
b. Denyut nadi Normal agak cepat Sangat cepat, lemah
tidak teraba
c. Ubun-ubun Normal cekung Sangat cekung
Kehilangan Berat < 40 g/KgBB 40-100 g/KgBB > 100 g/KgBB
badan
Cairan < 5% BB 5-10% BB > 10% BB

Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu dikonfirmasikan dengan orang
tua ** Kekeringan mulut dan lidah tidak dapat diraba dengan jari bersih dan kering, mulut
selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat
basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak
gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak atau tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah*
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
2.5 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri,
malabsorpsi, atau sebab yang lain. Proses infeksi, proses ini diawali dengan adanya
mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian berkembang biak dalam
lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi
toksin, yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium.infeksi bakteri jenis
enteroinvasif seperti:E.coli, Paratyphi B.Salmonella, Shigella, toksin yang dikeluarkannya
dapat menyebabkan kerusakn dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat
sekretori eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. (Suratun. 2010)
Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi terhadap makanan
atau zat yang mengakibatkan tekana osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
(Suratun. 2010)
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya
jika hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare.
Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asambasa (Asidosis metabolik dan hipokalemi), gangguan nutrisi
(intake kurang, output berlebihan). (Suratun. 2010)
infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air dan


Hiperperistaltik Malabsorpsi KH,lemak,
elektrolit
protein

Isi usus Penyerapan


makanan di usus Mening tekanan osmotik
menurun
Pergeseran air dan
elektrolit di usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas
berlebihan kulit perianal
Nafsu makan menurun

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik


cairan & elektrolit Ketidakseimbangan
Sesak nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Gangguan pertukaran
gas

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)
2.6 Komplikasi
a. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock hipovolemik, dan lehilamgan
elektrolit seperti hipokalemia (kallium <3 meq/liter) dan asidosis metabolik. Pada
hipokalemia, waspadai tanda-tanda penurunan tekanan darah, anoreksia dan mengantuk.
b. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan. Perhatikan
pengeluaran rin <30ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.
c. Sinrom guillain-barre.
d. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
campylobacter, shigella, salmonella, atau yersinia spp.
e. Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan kontraksi
ventrikel prematur akibat gangguan elektolit terutama oleh hipokalemia. (Suratun. 2010)

2.7 Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kada gula dalam feses.
c) Bila perlu diadakan uji bakteri.

Pemeriksaan feses: bila terdapat leukosit menunjukkan adanya inflamasi kolon,


adanya diare yang berdarah perlu dilakuka kultur feses karena dicurigai penyebabnya
adalah EHEC (Enterohemorragic E.coli), (EHEC) 0157:H7 atau bakteri/parasit/virus
lainnya.

2. Pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kretinin), kadar elektrolit darah (natrium, kalium,
klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lngkap perlu dilakukan pada
kasus diare berat.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan lainnya biasanya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi.
b. Pengobatan
a. Penggantian cairan dan elektrolit
1. Rehidrasi oral dilakukan pada semu pasien yang masih mampu minum pada diare
akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. Rehidrasi oral terdiri dari
3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan
20 gram glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendiri oleh pasien
dengan menambahkan ½ sednok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula
perliter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Minum cairan sebanyak mungkin atau berikan oralit.
2. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. naCl atau laktat ringer harus
diberikan dengan suplementasi kalium.
3. Monitor stats hidrasi, tanda-tanda vital dan ouput urine.

Penggantian cairan dapat menggunakan rumus metode Pierce berdasarkan keadaan


klinis yaitu:

a) Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% c KgBB


b) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB
c) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% c KgBB

Atau dapat menggunakan formulasi Goldbeger. Ia mengemukakan beberapa cara


menghitung kebutuhan cairan:

1. Cara I: jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka
kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu. Bila disertai mulut
kering, oliguria, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu. Bila ada
tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5-7 liter pada
orang dewasa dengan berat badan 50Kg.
2. Cara II: jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat nadan 4 Kg
apada fase akut salam dengan defisit air sebanyak 4 liter.
3. Cara III: dengan menggunakan rumus: Na2 x BW2 +Na1 x BW1
Dimana:
Na1 + kadar natrium plasma normal, BW1+ volume air badan normal, biasanya 60%
dari berat adan untuk pria dan 50% untuk wanita; Na2= kadar natrium plasma
sekarang; BW2 = volume air badan sekarang.
Jenis cairan infus
No Jenis Cairan Kegunaan
1 Larutan isotonis Larutan isotonis NaCl dan RL menetap
NaCl (Normal Salin) 0,9% dalam kompartemen vaskuler,
Ringer Laktat (RL) mengembangkan volume vaskuler.
Dektrose 5% dalam air (D5W) D5W adalah isotonik pada awal
pemberian tetapi meneydiakan air
bebas ketika dektrose dimetabolisme,
meningkatkan volume cairan
intraseluler dan ekstraseluler.
2 Larutan Hipotonik Larutan hipotonik untuk restorasi air
naCl 0,45% dan NaCl 0,33% dan menangani dehidrasi seluler.
Larutan ini meningkatkan produk sisa
oleh ginjal.
3 Larutan hipertonik Larutan hipertonik menarik cairan
Dektrose 5% dalam NaCl keluar dari kompartemen intraseluler
Dektrose 5% dalam 0,45 % dan interstitial ke dalam kompartemen
NaCl vaskuler, mengembangkan volume
Dektrose 5% dalam RL vaskuler.

b. Pemberian antibiotik
Pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora
normal usu dan menyebabkan diare menjadi lebih bruk. Pada diare akut infeksi, 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik di dindikasikan pada pasein dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, fese berdarah, leukosit pada feses. Metronidazole merupakan obat yang elektif
dan aman untuk giardia lamblia dan abkteri anaerob yang sering terdapat pada blind
loop sysnrome. Terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman. Campylobacter, salmonella/shigella diberikan ciprofloksasin 500mg oral.
1. Pengobatan dengan obat anti diare, tidak perlu diberikan obat anti diare seperti
kaolin, pektin, difenoksilat (lomotil) karena dapat memperlambat motilitas usus
sehingga enteritis akan memanjang.
2. Pemebrian nutrisi parenteral bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi,
mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, mencegah dan
mengganti kehilangan jaringan tubuh dan mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Meringankan kerja usus, tidak merangsang produksi asam lambung dan dapat
diberikan dalam jumlah yang tepat.
2.8 Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang didapatkan pada
pasien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan dengan proses penyakit.
b. Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya atau tak ada harapan,
faktor stres akut/ kronis , misal hubungan keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi
c. Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering, tak
terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan berlemak (steatorea), melena,
konstipasi hilang timbul, riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tak toleran pada diet/
sensitif misal produk susu, makan berlemak.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot buruk dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.
f. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah, nyeri
abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum), nyeri tekan menyebar ke bagian
periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik, vaskulitis, artritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus), peningkatan suhu 39,6-40°
C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/ produk susu
(mengeluarkan histamin ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
Tanda : Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan,
kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka, pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/ lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki,
ankilosaspondilitis, uveitis, konjungtivitis/ iritis.
h. Interaksi sosial
Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan kondisi. Ketidakmampuan
aktif secara sosial.
i. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus Pertimbangan rencana
pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam
program diet, program obat, dukungan psikologis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan pertukaran gas
d. Resiko syok
e. Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi Keperawatan
a. Diare
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.
Tujuan : melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal,
mengidentifikasi atau menghindari faktor pemberat. Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episodik
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur Rasional :
Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme, jika
infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-
alat tidak dijangkauan tangan.
3) Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan. Rasional : Menurunkan
bau tak sedap untuk menurunkan rasa malu pasien.
4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, misal: sayuran segar dan
buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu. Rasional : Memberikan
istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang cairan/
makanan.
b. Kekurangan Volume Cairan
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan melalui rute normal, diare berat, muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, pengisian kapiler baik , tanda-tanda vital stabil, keseimbangan masukan,
haluaran urine normal dalam konsentrasi dan jumlah Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan
cairan yang tak terlihat, misal: berkeringat. Ukur berat jenis urine, observasi
oliguria. Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian
cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu) Rasional : Hipotensi (termasuk
postural), takhikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/ atau efek
kehilangan cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrisi, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi (takut
makanan menyebabkan diare). Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau
peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak
adanya tanda malnutrisi. Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari Rasional : Memberikan informasi tentang
kebutuhan diit/ keefektifan therapy.
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan Rasional : Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
4) Berikan kebersihan oral Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan
dengan situasi tidak terburu-buru. Rasional : Lingkungan yang menyenangkan
menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misal: produk
susu) Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi. Rasional : Memberikan rasa
kontrol pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/
dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah memulai makan. Rasional :
Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan oleh takut makan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Kolaborasi : - Pertahankan puasa sesuai indikasi. Rasional : Istirahat usus
menurunkan peristaltik dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau
kehilangan nutrien. - Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, misal: cairan jernih
maju menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, rendah serat, tinggi kalori
dan protein. Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali
proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah
bulk menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
d. Gangguan pertukaran gas
1) Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal
3) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
4) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
5) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
6) Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No RM : 00044319
Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1990
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : D3
Agama : Islam
Alamat :Jl. Thamrin No 63, Jakarta Selatan

B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Perawatan Lavender RS EMC Sentul, pada
tanggal 28 November 2018, Pukul 09.00 WIB.

Keluhan Utama SMRS


Diare sudah 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dating dengan keluhan diare sudah 2 hari SMRS, frekuensi BAB perhari 20 kali
dengan konsistensi cair dengan ampas, tidak ada darah dan selaput pada BAB. Pasien
mengatakan terdapat nyeri ulu hati denganVAS 4. Demam disnagkal, terdappat mual
dan muntah disangkal, pasien mengatakan perut tersa melilit, BAK pasien dirumah
normal tidak ada masalah dan keluhan.
Pasien mengatakan sebelumnya Sudha berobat di Poliklinik penyakit dalam oleh dr.
Adi Sp. Pada tanggal 27 November 2018, tetapi BAB dan keluhan belum teratasi.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, Jantung, dan paru-paru

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyait turunanan (disangkal)

Riwayat Sosial
Keluarga pasien beraktivitas sehari-hari sebagai karyawan swasta (kontraktor) di
daerah Sentul (AEON), keluarga pasien mengatakan pasien tinggal di sebuh rumah
Bersama dengan pegawai proyek lainnya.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : 15
Verbal : 5 Psikomotor : 6 Mata : 4
b. Tanda- tanda vital
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Penafasan : 20 x/menit
o
Suhu : 36,8 C

c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher:
Kepala : tidak ada benjolan, kulit bersih, bentuk lonjong
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2) Dada :
Paru :
Ronchi -/-
Wheezing -/-
Jantung :
BJ S1 – S2, Reguler
3) Payudara dan ketiak:
Tidak ada benjolan disekitar daerah payudara dan ketiak
4) Abdomen
Tidak terdapat asites, bising usus 28x/menit
5) Genitalia
Tidak ada masalah, struktur organ reproduksi normal.
6) Integumen
Sedikit kasar, tidak memiliki luka pada kulit
7) Ekstermitas
Atas :
Tangan kanan dan kiri pasien masih dapat digunakan, atau tidak ada masalah
Bawah :
Kaki kanan dan kiri pasien masih dapat digunakan dan tidak ada masalah
d. Pemeriksaan penunjang
1) Labolatorium : dilakukan pemeriksaan BTA
Tanggal Pemeriksaan Hasil
19/11/2018 Sputum. Pewarnaan BTA I Positif 1
20/11/2108 Sputum. Pewarnaan BTA II Positif 1
20/11/2018 Sputum. Pewarnaan BTA III Positif 1
2) Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan
3) CT Scan :tidak dilakukan pemeriksaan
4) USG : tidak dilakukan pemeriksaan

C. Pengkajian Fungsi Kesehatan (Gordon)


1. Pola Persepsi dan Mangemen Kesehatan
Ketidaktahuan pasien tentang informasi dari penyakit dan kondisinya saat ini
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Terdapat mual dan tidak ada muntah
3. Pola Eliminasi
Urine dalam jumlah normal, urine berwarna kuning jernih, terdapat masalah pada
BAB, BAB cair dengan ampas sudah 2 hari SMRS, darah dan lender dalam feses
disangkal, feses berwarna kuning, BAB lebih dari 20 kali perhari
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien merasa sesak saat beraktifitas, kaki pasien sedikit nyeri saat digerkan (pasie
mengatakan di Palembang sering suntik unutk sendinya agar dapat berjalan).
Pasien mengatakan nyeri dada saat beraktivitas tidak ada, dirumah pasien tidak
melakukan aktivitas yang berat.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien cemas dan khawatir terkait dengan kondisinya saat ini, karena pasien dating
ke bogor ingin liburan untk tahun baru, pasien khawatir tidak dapat sembuh
6. Pola Persepsi-Konsep Diri
Pasien merasa sedih karena tinggal terpisah dengan keluarganya dikampung, pasien
hanya tinggal Bersama teman-temannya di rumah kontrakan sehingga tidak ada
yang merawat pasien. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh karena pekerjaanya
banyak yang belum terselesaikan.
7. Pola Tidur dan Istirahat
Pasein mengatakan tidak ada kesulitan dalam tidur dan sering kali sulit untu tidur
malam
8. Pola Peran-Hubungan
Hubugan orang lain baik
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien Sudha menikah, memiliki 2 orang anak dan 1 orang istri
10. Pola Toleransi dan Stress-Kopping
Pasien mampu dalam mentoleransi emosinya, dengan melakukan teknik distraksi
atau pengalihan, sehingga emosinya dapat terkontrol, tidak ada tanda tanda depresi
11. Pola Nilai Kepercayaan
Pasien beragama Islam, dan selalu berdoa
3.2 Diagnosa Keperawatan
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Inflamasi gastrointestinal Diare (Kekurangan
1. Pasien mengatakan sesak 3 jam Volume Cairan)
SMRS
2. Nyeri dada disangkal, nyeri ulu hati
disangkal
3. Pasien mengatakan batuk berdahak
sudah 2 bulan, dan batuk berdahak
aktif sudah 2 minggu
4. Pasein mengatakan sering
berkeringat malam hati, tetapi pasien
mnegabaikannya
5. Psien megatakan memiliki riwayat
hipertensi
6. Pasien mengaakan memiliki riwayat
DM yang tidak terkontrol sejak 2
tahun yang lalu
7. Riwayat asma disangkal
8. Pasien mengatakn sering control ke
Poliklinik Jantung dr. Hasril SpPJ.
Namun obat terhenti sejak tanggal
23/5/2018
9. Pasien mengatakan tinggal Bersama
suamini, suami pasien riwayat TB
Paru tetapi sudah tuntas
10. Pasien mengatakn suaminya sering
mangalami batuk-batuk lagi

DO:
1. KU: Sedang, Kes: CM
2. Terpasang NRM 8 Lpm (dari IGD)
3. Terpasang NTG 30 micro/
menit(dari IGD)
4. Pernafasan dalam dan berat
5. Pemeriksaan Fisik: paru-paru :
Rhonki +/+, Wheezing +/+
6. Pemeriksaan labolatorium
BTA I, II, III (Positif)
7. Pemeriksaan radiologi : thorax
(terdapat infiltat)
8. CRT <2 detik
9. TTV:
TD 215/100 mmHg
N 100x/menit
S: 36oC
RR: 25x/menit
SpO2: 99%

DS: Kurang asupan makan Resiko Kekurangan


1. Pasien mengatakan tinggal bersaa nutrisi kurang dari
suaminya dan riwayat Tb paru saat ini kebutuhan tubuh
suami psien mengalami batuk-batuk
lagi
2. Pasien mengatakan memiliki riwayat
DM tidak terkontrol sejak 2 tahun
yang lalu
3. Pasien mengatakan tidak mengetahui
terkait dengan kondisinya saat ini
4. Pasien mengatakan khawatir dengan
kondisinya saat ini
DO:
1. Keluarga dan pasien belum
memahami terkait dnegan penyakit
yang dialmai oleh pasien
2. Ketika ditanya passion terlihat tidak
mengetahui dan memahmi terkait
dengan kondiisnya saat ini

Diagnosa yang dapat ditegakan dari analisa data diatas yaitu:


1. Diare (kekurangan volume cairan) b.d inflamasi gastrointestinal
2. Resiko Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makan
3.3 Intervensi Keperawatan
Hari/ No Rencana Tindakan Keperawatan TTD
Tanggal DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional dan
Nama
Senin, 19 1 Setelah di lakukan tindakan Manajemen Saluran Cerna: 1. Untuk mengetahui kondisi pasien Erna S
November keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Mengetahui pola pernafasan pasien
2018 diharapkan diare (kekurangan a. Monitor buang air besar termasuk 3. Penurunan bunyi nafas dapat
volume cairan) dapat teratasi frekuensi, konsistensi, bentuk menunjukan atelektasis, ronkhi,
dengan kriteria hasil: volume dan warna dengan cara yang mengi menunjukan akumulasi
a) Warna feses normal coklat tepat sekret
kekuning-kuningan b. Anjurkan anggota pasien/keluarga 4. Posisi membantu memaksimalkan
b) Feses lembut dan berbentuk untuk mencatat warna volume, ekspansi paru dan mengoptimalkan
c) Pola Eliminasi normal frekuensi dan konsistensi tinja pernafasan
d) Diare teratasi 5. Membantu mengurangi sesak nafas
e) Intake cairan tercukupi Terapi Intravena: dan mmengoptimalkan pernafasan
f) Suhu tubuh normal 6. Membantu mengurangi sesak
g) TTV dalam batas normal a. Berikan pengobatan IV, sesuai yang akibat dahak yang tersumbat
h) diresepkan dan monitor untuk 7. Ventilasi maksimal meningkatkan
hasilnya gerakan sekret kedalam jalan napas
b. Lakukan perawatan area IV sesuai bebas untuk dilakukan
protocol institusi 8. Mengetahui kondisi klinis dan
terapi yang diberikan
Manajemen pengobatan:
9. Membantu mengencerkan dahak
a. Tentukan obat apa yangdiperlukan dan mempermudah dalam
dan kelola menurut resep atau pengeluaran sekretx
protocol 10. Melemahkan virus tuberculosis
b. Mengenai efek terapeutik obat dalam paru-paru
11.

c. Monitor Elektrolit
d. Monitor kehilangan cairan
yang kaya dengan
elektrolit

e. Manajemen
Elektrolit/cairan
Aktivitas-aktivitas:
f. Tingkatkan intake atau
asupan cairan peroral
g. Monitor tanda-tanda vital
h. Amati membrane bukal
pasien, sklera dan kulit
terhadap indikasi
perubahan cairan dan
keseimbangan elektrolit

Sennin, 19 2 Setelah dilakukan tindakan 3 x 1. Berikan penjelasan terkait dengan 1. Memberikan pemahaman terkait Erna S
November 20 menit diharapkan deficit penyakit TB Paru dengan proses penyakit
2018 pengetahuan terkat dengan 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan 2. Mencegah dan memiimalisir
proses penyakit dapat teratasi masker resiko penularan bagi orang lain
denga kriteria hasil: 3. Ajarkan pasien dalam etika batuk 3. Mencegah penularan akibat
a. Memahami tentang proses percikan dahak atau air liur saat
penyakit TB Paru batuk
b. Mampu memahami
penyebaran infeksi virus
Tuberculosis

3.1 Implementasi Keperawatan


Hari/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd &
Tanggal, Dx Nama
Jam
Senin, 19 1 Mengobesrvasi tanda-tanda vital RS: psien mengatakan sesak Erna S
November RO:
2018 1. TD:200/93 mmHg
2. N: 98 x/menit
3. RR: 26 x/menit
4. S: 36.1oC
5. SpO2: 98%

1 Memposisikan semi fowler RS: pasien mengatakan lebih nyaman


RO: posisi pasien semi fowler 45o

1 Memberikan O2 NRM 8 Lpm (Kolaborasi) RS:-


RO: terpasang NRM 8 lpm
1 Memberikan terapi nebulizer ventolin + NS 0.9% RS: -
10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

RS: pasien mengatakan rasa sesak berkurang setelah di berikan


1 Melakukan fiioterapi dada dan melatih bauk uap dan dahak sudah dapat keluar sehingga tenggorokan tidka
efektif begutu gatal
RO: dahak dapat dikeluarkan

1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+, dan Ronkhi +/+
Megedukasi keluarga terkait kondiis pasien saat
ini dan rencana dilakukannya pemeriksaan sputum
2 oleh dr. Deva Sp. Paru RS: kleuarga mengatakan pahamm dan mengizikan untuk
dilakukan pemeriksaan sputum
RO: keluarga dapat mengelulang terkait penjelasan dokter yang
Melakukan pemeriksaan BTA 1 S-P-S Sudha diberikan

1 RS: -
RO: Sudha didapatkan sempel sputum 1 dan hasil BTA 1 positif 1
Memberikan terapi nebulizer pulmicord + NS
0.9% 10 cc
1 RS: -
RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
Memberikan terapi nebulizer N Ace + NS 0.9% 10cc
10 cc
1 RS: -
RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
Megobesrvasi TTV 10cc

1 RS: psien mengatakan sesak


RO:
1. TD:180/90 mmHg
2. N: 96 x/menit
3. RR: 26 x/menit
4. S: 36oC
5. SpO2: 98%

Selasa, 20 1 Mengobesrvasi tanda-tanda vital RS: psien mengatakan masih sesak Erna S
November RO:
2018 6. TD:178/92 mmHg
7. N: 89 x/menit
8. RR: 25 x/menit
9. S: 36.3oC
10. SpO2: 99%

1 Memposisikan semi fowler RS: pasien mengatakan lebih nyaman


RO: posisi pasien semi fowler 45o

1 Memberikan O2 NC 4 Lpm (Kolaborasi) RS:-


RO: terpasang NC 4 LPM

1 Memberikan terapi nebulizer ventolin + NS 0.9% RS: -


10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

RS: pasien mengatakan rasa sesak berkurang setelah di berikan


1 Melakukan fiioterapi dada dan melatih bauk uap dan dahak sudah dapat keluar sehingga tenggorokan tidka
efektif begutu gatal
RO: dahak dapat dikeluarkan

1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+, dan Ronkhi +/+

1 Melakukan pemeriksaan BTA II, III S-P-S RS: -


RO: Sudha didapatkan sempel sputum 1 dan hasil BTA I, II positif
1 (TB Paru Bacterial)
2 Megedukasi keluarga terkait kondiis pasien saat
ini dan rencana dilakukannya pemeriksaan sputum RS: kleuarga mengatakan pahamm dan mengizikan untuk
oleh dr. Deva Sp. Paru dilakukan pemeriksaan sputum
RO: keluarga dapat mengelulang terkait penjelasan dokter yang
Sudha diberikan
2 Mengedukasi keluarga terkait dnegan hasil lab dan RS: pasien dan keluarga mengatakan paham dan dapat menerima
penegakan diagnose medis Tb PAru Bacterial terkait dnegan diagnose baru yang diberikan oleh dokter dan
kepada keluarga dan pasien serta pemberian obat Sudha paham terkat dengan proses penyait dan pengobatan
OAT oleh dr. Deva Sp. Paru RO: Keluarag dan pasien dapat mengeluang terkait edukasi yang
disampaikan

2 Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker RS: pasien mengatakan mau dan paham untuk penggunakaan
dan etiak batuk masker dan saat batuk
RO: pasien sudah menggunakna masker dan mampu mengulang
terkait dnegan etika batuk

1 Memberikan terapi nebulizer pulmicord + NS RS: -


0.9% 10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

1 Memberikan terapi nebulizer N Ace + NS 0.9% RS: -


10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

1 Memberikan obat OAT (Betrix, Rifampisin, INH, RS: pasien mengatakan tidak merasa mual setelah minum obat
Etambutol, Pirazimin, Mucopekx Cap) OAT
RO: tidak ada mual muntahh dan tidak ada penurunan nafsu
makan

1 Megobesrvasi TTV RS: psien mengatakan sesak


RO:
6. TD:180/87 mmHg
7. N: 87 x/menit
8. RR: 24 x/menit
9. S: 36.1oC
10. SpO2: 98%

Rabu, 21 1 Mengobesrvasi tanda-tanda vital RS: psien mengatakan masih sesak Erna S
November RO:
2018 11. TD:150/83 mmHg
12. N: 87 x/menit
13. RR: 24 x/menit
14. S: 36oC
15. SpO2: 99%

1 Memposisikan semi fowler RS: pasien mengatakan lebih nyaman


RO: posisi pasien semi fowler 45o

1 Memberikan O2 NC 2 Lpm (Kolaborasi) RS:-


RO: terpasang NC 2 LPM

1 Memberikan terapi nebulizer ventolin + NS 0.9% RS: -


10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

1 Melakukan fiioterapi dada dan melatih bauk RS: pasien mengatakan rasa sesak berkurang setelah di berikan
efektif uap dan dahak sudah dapat keluar sehingga tenggorokan tidka
begutu gatal
RO: dahak dapat dikeluarkan
1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas
RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+ minimal, dan Ronkhi +/+ minimal

2 Megedukasi keluarga terkait kondiis pasien saat RS: kleuarga mengatakan pahamm dan segera akan mencari
ini dan rencana pemindahan keruang perawatan kamar untuk ruang perawatan pasien
oleh dr. Deva Sp. Paru RO: keluarga dapat mengelulang terkait penjelasan dokter yang
Sudha diberikan, pasein mendapatkan ruang Amarilis (Isolasi)

2 Mengobservasi pasien dalam penggunaan masker RS: -


dan etiak batuk RO: pasien masih menggunakan masker dan diganti setiap 2 jam
sekali

1 Memberikan terapi nebulizer pulmicord + NS RS: -


0.9% 10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc

1 Memberikan terapi nebulizer N Ace + NS 0.9% RS: -


10 cc RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
10cc
1 Memberikan obat OAT (Betrix, Rifampisin, INH, RS: pasien mengatakan tidak merasa mual setelah minum obat
Etambutol, Pirazimin, Mucopekx Cap) OAT
RO: tidak ada mual muntahh dan tidak ada penurunan nafsu
makan

1 Megobesrvasi TTV RS: psien mengatakan sesak


RO:
11. TD:140/ 82 mmHg
12. N: 84 x/menit
13. RR: 24 x/menit
14. S: 36.2oC
15. SpO2: 98%

3.1 Evaluasi Keperawatan


Hari/ No Evaluasi Ttd &
Tanggal, Dx Nama
Jam
Senin, 19 1 S: pasien mengatakan masih sesak Erna S
November O:
2018 1. Hasl BTA I Positif 1 (susp Tb Paru)
2. Secret dapat dikeluarkan
3. Pernafasan dalam dan berat
4. Terdengar bunyi whezeeng +/+ dan Ronkhi +/+
5. Terpasang O2 dengan NRM 8 lpm
6. Terpasang IVFD tangan kanan dengan cairan NTG 10 micro/meit dan NaCl 0,9& 500ml/12 jam
7. CRT <2 detik
8. Pasien tenag
9. KU: sednag, Kes: CM
10. TTV : TD : 178/92 mmHG
11. Nadi: 89 x/ menit
12. RR: 25 x/mneit
13. S: 36.3oC
14. Spo2: 99%
A: Bersihan Jalan nafas belum teratasi
P: inervemsi dilanjutkan
1. Observasi TTV
2. Pantau ABC
3. Lakukan pengecekan Sputum BTA II, III Besok pagi S-P-S
4. Posisikan pasien semi fowler
5. Gunakan APD pasien susp Tb paru
6. Beriakn O2 NRM 8 Lpm (sesuai intruksi dokter atau kkondisi klinis pasien)
7. Terapi dilanjutkan
2 S: keluarga dan pasien paham terkait dengan kondisi saat ini Erna S
O: keluarga dan pasien mampu memngulangi terkait penjelasan yang diberikan
A: Defisit pengetahuan sudah teratasi sebagian
P: intervensi dialnjutkan:
1. Edukasi keluarga dan pasien terkait dnegan hasil BTA selanjutnya
2. Edukasi keluarga dan pasien terkait dnegan penggunaan masker dan etika batuk
3. Edkasi keluarga dan pasien terakit dengan rencana selanjutnya
Selasa, 20 1 S: pasien mengatakan masih sesak Erna S
November O:
2018 1. Hasl BTA II, III Positif 1 (Tb Paru Bacteria)
2. Secret dapat dikeluarkan
3. Pernafasan dalam dan berat
4. Terdengar bunyi whezeeng +/+ dan Ronkhi +/+
5. Terpasang masker
6. Terpasang O2 dengan NC 4 lpm
7. Terpasang IVFD tangan kanan dengan cairan NTG 10 micro/meit dan NaCl 0,9& 500ml/12 jam
8. CRT <2 detik
9. Pasien tenag
10. KU: sednag, Kes: CM
11. TTV : TD : 180/87 mmHg
12. Nadi: 87 x/ menit
13. RR: 24 x/mneit
14. S: 36.1oC
15. Spo2: 99%
A: Bersihan Jalan nafas belum teratasi
P: inervemsi dilanjutkan
1. Observasi TTV
2. Pantau ABC
3. Posisikan pasien semi fowler
4. Gunakan APD dan pantau penggunaan masker pada pasien
5. Beriakn O2 NC 4 Lpm (sesuai intruksi dokter atau kkondisi klinis pasien)
6. Terapi dilanjutkan (rencana rawat inap besok)
2 S: keluarga dan pasien paham terkait hasil dan diagnose terbaru dan pengobatan yang diberikan Erna S
O: keluarga dan pasien mampu memngulangi terkait penjelasan yang diberikan
A: Defisit pengetahuan sudah teratasi sebagian
P: intervensi dialnjutkan:
1. Edukasi keluarga dan pasien terkait dnegan penggunaan masker ganti setiap 2 jam sekali dan etika batuk
2. Edkasi keluarga dan pasien terakit dengan rencana selanjutnya
3. Rencana pindah rawat inap besok
Rabu, 21 1 S: pasien mengatakan sesak sudah berkurang Erna S
November O:
2018 1. Secret dapat dikeluarkan
2. Pernafasan normal
3. Terdengar bunyi whezeeng +/+ minimal dan Ronkhi +/+ minimal
4. Terpasang masker
5. Terpasang O2 dengan NC 2 lpm
6. Terpasang IVFD tangan kanan dengan cairan NaCl 0,9& 500ml/12 jam
7. CRT <2 detik
8. Pasien tenag
9. KU: baik, Kes: CM
10. TTV : TD : 140/ 82mmHg
11. Nadi: 84 x/ menit
12. RR: 24 x/mneit
13. S: 36.2oC
14. Spo2: 98%
A: Bersihan Jalan nafas belum teratasi
P: inervemsi dilanjutkan
1. Observasi TTV
2. Pantau ABC
3. Posisikan pasien semi fowler
4. Gunakan APD dan pantau penggunaan masker pada pasien
5. Beriakn O2 NC 2 Lpm (sesuai intruksi dokter atau kkondisi klinis pasien)
6. Terapi dilanjutkan
7. Pasien pindah ruangan ke Amarilis (Isolasii)
2 S: keluarga dan pasien paham terkait dengan kondisi saat ini dan pemindahan ruangan ke rang perawatan Erna S
O: keluarga dan pasien mampu memngulangi terkait penjelasan yang diberikan dan langsung mencari kamar
perawatan, di Amarilis
A: Defisit pengetahuan sudah teratasi
P: intervensi dialnjutkan:
1. Berikan informasi terkait dnegan kondisi terbaru pasien
2. Anjurkan keluarga dan pasien untuk menerapkan terkait edukasi yang diberikan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastroentritis (GE) merupakan adanya radang pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh patogen, makanan yang terkontaminasi oleh patogen. Sehingga
gastroentritis dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi seseorang yang terkena GE.
Dalam GE akut maupun kronis terdapat menifestasi klinis yang sama dimana keduanya
mengalami mual, muntah, dan malabsorbsi. Mual, muntah disebabkan karena adanya
patogen asing yang masuk kedalam saluran pencernaan, karena adanya patogen asing
yang masuk maka asam lambung meningkat sehingga pasien/ penderita dapat
mengalami mual dan muntah dan pada GE terdapat tekanan osmotik yang meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga mneyebabkan ditesni abdomen yang dapat mengakibatkan adanya mual
muntah akibatya nafsu makan menurun dan terjadinya ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.

4.2 Saran
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan pembelajaran untuk lebih memahami terkait
Gastroentritis Akut dan mampu memberikan terapi dan penatalksanakan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, ( Edisi 3 ). Jakarta : EGC


Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta
: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Suriadi. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 1. Jakarta : EGC
Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of Infants and Children. St.Louis : Mosby Year Book

Anda mungkin juga menyukai