Disusun Oleh:
Yulia
NIK.
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat allah SWT yang selalu memberikan rahmat
serta kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga selalu di
limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah dengan segala kemampuan yang dimiliki dan berkat kemudahan yang
diberikan Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gastroentritis Akut di Ruang Perawatan Lavender dapat terselesaikan. Laporn ini dibuat sebagai
bukti tertulis bahwa penyusun telah melaksanakan penelaahan kasus yang terdapat diruangan
khususnya RS EMC Sentul.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Gastroentritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan
atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang
dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan
bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir). (Suratun, 2010)
Gastroenteritis dapat disebut sebagai Inflamasi yang bersifat sembuh sendiri pada lambung
dan usus halus. (Saputra, Lyndon. 2014)
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan
ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usushalus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-
muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yangmenimbulkan dehidrasi dan gan
gguan keseimbangan elektrolit. (LynnBetz,2009)
2.2 Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsing lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1. Infeksi Bakteri (Salmonella spp, campylobacter jejuni, stafilococcus aureus, bacillus
cereus, clostridium perfringens dan enterohemorrhagic escherichia coli (EHEC)
2. Infeksi Virus (tota-virus, adenovirus enteris, virus norwalk), parasit (biardia lambia,
cryptosporidium). (Suratun. 2010)
3. Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyruis, histolitika, gardia lamblia, tricomona
hominis), jamur (candida albicans)
Infeksi diluar alat pencernaan seperti: otitis media akut (OMA), translitis, aonsilotaringitis,
bronco pneumonia, encetalitis. Beberapa faktor resiko terjadinya diare adalah makanan atau
minuman terkontaminasi bakteri, bepergian kenegara endemis dengan sanitasi lingkungan dan
kebersihan air yang buruk, penggunaan antibiotik yang berkepanjangan, HIV positif atau AIDS
(Suratun. 2010).
Periksa
a. Keadaan Sehat ,aktif Tampak sakit, Sangat mengantuk,
umum mengantuk, lesu, lemah, letargi, tidak
rewel, gelisah sadar/koma
b. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
c. Mata Normal Cekung * Kering, sangat
d. Mulut / lidah Basah Kering ** cekung
Sangat kering
e. Nafas Normal Agak cepat Cepat dan dalam
Raba
a. Kulit (dicubit) Kembali cepat kembali lambat *** Kembali sangat
lambat
b. Denyut nadi Normal agak cepat Sangat cepat, lemah
tidak teraba
c. Ubun-ubun Normal cekung Sangat cekung
Kehilangan Berat < 40 g/KgBB 40-100 g/KgBB > 100 g/KgBB
badan
Cairan < 5% BB 5-10% BB > 10% BB
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu dikonfirmasikan dengan orang
tua ** Kekeringan mulut dan lidah tidak dapat diraba dengan jari bersih dan kering, mulut
selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat
basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak
gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak atau tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah*
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
2.5 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri,
malabsorpsi, atau sebab yang lain. Proses infeksi, proses ini diawali dengan adanya
mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian berkembang biak dalam
lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi
toksin, yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium.infeksi bakteri jenis
enteroinvasif seperti:E.coli, Paratyphi B.Salmonella, Shigella, toksin yang dikeluarkannya
dapat menyebabkan kerusakn dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat
sekretori eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. (Suratun. 2010)
Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi terhadap makanan
atau zat yang mengakibatkan tekana osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
(Suratun. 2010)
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya
jika hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare.
Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asambasa (Asidosis metabolik dan hipokalemi), gangguan nutrisi
(intake kurang, output berlebihan). (Suratun. 2010)
infeksi Makanan Psikologi
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas
berlebihan kulit perianal
Nafsu makan menurun
2.7 Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kada gula dalam feses.
c) Bila perlu diadakan uji bakteri.
2. Pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kretinin), kadar elektrolit darah (natrium, kalium,
klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lngkap perlu dilakukan pada
kasus diare berat.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan lainnya biasanya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi.
b. Pengobatan
a. Penggantian cairan dan elektrolit
1. Rehidrasi oral dilakukan pada semu pasien yang masih mampu minum pada diare
akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. Rehidrasi oral terdiri dari
3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan
20 gram glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendiri oleh pasien
dengan menambahkan ½ sednok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula
perliter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Minum cairan sebanyak mungkin atau berikan oralit.
2. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. naCl atau laktat ringer harus
diberikan dengan suplementasi kalium.
3. Monitor stats hidrasi, tanda-tanda vital dan ouput urine.
1. Cara I: jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka
kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu. Bila disertai mulut
kering, oliguria, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu. Bila ada
tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5-7 liter pada
orang dewasa dengan berat badan 50Kg.
2. Cara II: jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat nadan 4 Kg
apada fase akut salam dengan defisit air sebanyak 4 liter.
3. Cara III: dengan menggunakan rumus: Na2 x BW2 +Na1 x BW1
Dimana:
Na1 + kadar natrium plasma normal, BW1+ volume air badan normal, biasanya 60%
dari berat adan untuk pria dan 50% untuk wanita; Na2= kadar natrium plasma
sekarang; BW2 = volume air badan sekarang.
Jenis cairan infus
No Jenis Cairan Kegunaan
1 Larutan isotonis Larutan isotonis NaCl dan RL menetap
NaCl (Normal Salin) 0,9% dalam kompartemen vaskuler,
Ringer Laktat (RL) mengembangkan volume vaskuler.
Dektrose 5% dalam air (D5W) D5W adalah isotonik pada awal
pemberian tetapi meneydiakan air
bebas ketika dektrose dimetabolisme,
meningkatkan volume cairan
intraseluler dan ekstraseluler.
2 Larutan Hipotonik Larutan hipotonik untuk restorasi air
naCl 0,45% dan NaCl 0,33% dan menangani dehidrasi seluler.
Larutan ini meningkatkan produk sisa
oleh ginjal.
3 Larutan hipertonik Larutan hipertonik menarik cairan
Dektrose 5% dalam NaCl keluar dari kompartemen intraseluler
Dektrose 5% dalam 0,45 % dan interstitial ke dalam kompartemen
NaCl vaskuler, mengembangkan volume
Dektrose 5% dalam RL vaskuler.
b. Pemberian antibiotik
Pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora
normal usu dan menyebabkan diare menjadi lebih bruk. Pada diare akut infeksi, 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik di dindikasikan pada pasein dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, fese berdarah, leukosit pada feses. Metronidazole merupakan obat yang elektif
dan aman untuk giardia lamblia dan abkteri anaerob yang sering terdapat pada blind
loop sysnrome. Terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman. Campylobacter, salmonella/shigella diberikan ciprofloksasin 500mg oral.
1. Pengobatan dengan obat anti diare, tidak perlu diberikan obat anti diare seperti
kaolin, pektin, difenoksilat (lomotil) karena dapat memperlambat motilitas usus
sehingga enteritis akan memanjang.
2. Pemebrian nutrisi parenteral bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi,
mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, mencegah dan
mengganti kehilangan jaringan tubuh dan mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Meringankan kerja usus, tidak merangsang produksi asam lambung dan dapat
diberikan dalam jumlah yang tepat.
2.8 Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang didapatkan pada
pasien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan dengan proses penyakit.
b. Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya atau tak ada harapan,
faktor stres akut/ kronis , misal hubungan keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi
c. Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering, tak
terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan berlemak (steatorea), melena,
konstipasi hilang timbul, riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tak toleran pada diet/
sensitif misal produk susu, makan berlemak.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot buruk dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.
f. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah, nyeri
abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum), nyeri tekan menyebar ke bagian
periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik, vaskulitis, artritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus), peningkatan suhu 39,6-40°
C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/ produk susu
(mengeluarkan histamin ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
Tanda : Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan,
kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka, pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/ lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki,
ankilosaspondilitis, uveitis, konjungtivitis/ iritis.
h. Interaksi sosial
Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan kondisi. Ketidakmampuan
aktif secara sosial.
i. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus Pertimbangan rencana
pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam
program diet, program obat, dukungan psikologis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan pertukaran gas
d. Resiko syok
e. Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
a. Diare
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.
Tujuan : melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal,
mengidentifikasi atau menghindari faktor pemberat. Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episodik
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur Rasional :
Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme, jika
infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-
alat tidak dijangkauan tangan.
3) Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan. Rasional : Menurunkan
bau tak sedap untuk menurunkan rasa malu pasien.
4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, misal: sayuran segar dan
buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu. Rasional : Memberikan
istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang cairan/
makanan.
b. Kekurangan Volume Cairan
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan melalui rute normal, diare berat, muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, pengisian kapiler baik , tanda-tanda vital stabil, keseimbangan masukan,
haluaran urine normal dalam konsentrasi dan jumlah Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan
cairan yang tak terlihat, misal: berkeringat. Ukur berat jenis urine, observasi
oliguria. Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian
cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu) Rasional : Hipotensi (termasuk
postural), takhikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/ atau efek
kehilangan cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrisi, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi (takut
makanan menyebabkan diare). Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau
peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak
adanya tanda malnutrisi. Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari Rasional : Memberikan informasi tentang
kebutuhan diit/ keefektifan therapy.
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan Rasional : Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
4) Berikan kebersihan oral Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan
dengan situasi tidak terburu-buru. Rasional : Lingkungan yang menyenangkan
menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misal: produk
susu) Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi. Rasional : Memberikan rasa
kontrol pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/
dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah memulai makan. Rasional :
Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan oleh takut makan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Kolaborasi : - Pertahankan puasa sesuai indikasi. Rasional : Istirahat usus
menurunkan peristaltik dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau
kehilangan nutrien. - Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, misal: cairan jernih
maju menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, rendah serat, tinggi kalori
dan protein. Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali
proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah
bulk menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
d. Gangguan pertukaran gas
1) Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal
3) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
4) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
5) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
6) Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No RM : 00044319
Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1990
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : D3
Agama : Islam
Alamat :Jl. Thamrin No 63, Jakarta Selatan
B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Perawatan Lavender RS EMC Sentul, pada
tanggal 28 November 2018, Pukul 09.00 WIB.
Riwayat Sosial
Keluarga pasien beraktivitas sehari-hari sebagai karyawan swasta (kontraktor) di
daerah Sentul (AEON), keluarga pasien mengatakan pasien tinggal di sebuh rumah
Bersama dengan pegawai proyek lainnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : 15
Verbal : 5 Psikomotor : 6 Mata : 4
b. Tanda- tanda vital
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Penafasan : 20 x/menit
o
Suhu : 36,8 C
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher:
Kepala : tidak ada benjolan, kulit bersih, bentuk lonjong
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2) Dada :
Paru :
Ronchi -/-
Wheezing -/-
Jantung :
BJ S1 – S2, Reguler
3) Payudara dan ketiak:
Tidak ada benjolan disekitar daerah payudara dan ketiak
4) Abdomen
Tidak terdapat asites, bising usus 28x/menit
5) Genitalia
Tidak ada masalah, struktur organ reproduksi normal.
6) Integumen
Sedikit kasar, tidak memiliki luka pada kulit
7) Ekstermitas
Atas :
Tangan kanan dan kiri pasien masih dapat digunakan, atau tidak ada masalah
Bawah :
Kaki kanan dan kiri pasien masih dapat digunakan dan tidak ada masalah
d. Pemeriksaan penunjang
1) Labolatorium : dilakukan pemeriksaan BTA
Tanggal Pemeriksaan Hasil
19/11/2018 Sputum. Pewarnaan BTA I Positif 1
20/11/2108 Sputum. Pewarnaan BTA II Positif 1
20/11/2018 Sputum. Pewarnaan BTA III Positif 1
2) Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan
3) CT Scan :tidak dilakukan pemeriksaan
4) USG : tidak dilakukan pemeriksaan
DO:
1. KU: Sedang, Kes: CM
2. Terpasang NRM 8 Lpm (dari IGD)
3. Terpasang NTG 30 micro/
menit(dari IGD)
4. Pernafasan dalam dan berat
5. Pemeriksaan Fisik: paru-paru :
Rhonki +/+, Wheezing +/+
6. Pemeriksaan labolatorium
BTA I, II, III (Positif)
7. Pemeriksaan radiologi : thorax
(terdapat infiltat)
8. CRT <2 detik
9. TTV:
TD 215/100 mmHg
N 100x/menit
S: 36oC
RR: 25x/menit
SpO2: 99%
c. Monitor Elektrolit
d. Monitor kehilangan cairan
yang kaya dengan
elektrolit
e. Manajemen
Elektrolit/cairan
Aktivitas-aktivitas:
f. Tingkatkan intake atau
asupan cairan peroral
g. Monitor tanda-tanda vital
h. Amati membrane bukal
pasien, sklera dan kulit
terhadap indikasi
perubahan cairan dan
keseimbangan elektrolit
Sennin, 19 2 Setelah dilakukan tindakan 3 x 1. Berikan penjelasan terkait dengan 1. Memberikan pemahaman terkait Erna S
November 20 menit diharapkan deficit penyakit TB Paru dengan proses penyakit
2018 pengetahuan terkat dengan 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan 2. Mencegah dan memiimalisir
proses penyakit dapat teratasi masker resiko penularan bagi orang lain
denga kriteria hasil: 3. Ajarkan pasien dalam etika batuk 3. Mencegah penularan akibat
a. Memahami tentang proses percikan dahak atau air liur saat
penyakit TB Paru batuk
b. Mampu memahami
penyebaran infeksi virus
Tuberculosis
1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+, dan Ronkhi +/+
Megedukasi keluarga terkait kondiis pasien saat
ini dan rencana dilakukannya pemeriksaan sputum
2 oleh dr. Deva Sp. Paru RS: kleuarga mengatakan pahamm dan mengizikan untuk
dilakukan pemeriksaan sputum
RO: keluarga dapat mengelulang terkait penjelasan dokter yang
Melakukan pemeriksaan BTA 1 S-P-S Sudha diberikan
1 RS: -
RO: Sudha didapatkan sempel sputum 1 dan hasil BTA 1 positif 1
Memberikan terapi nebulizer pulmicord + NS
0.9% 10 cc
1 RS: -
RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
Memberikan terapi nebulizer N Ace + NS 0.9% 10cc
10 cc
1 RS: -
RO: telah diberiak terapi Nebulazer dengan Ventolin dan NS 0,9%
Megobesrvasi TTV 10cc
Selasa, 20 1 Mengobesrvasi tanda-tanda vital RS: psien mengatakan masih sesak Erna S
November RO:
2018 6. TD:178/92 mmHg
7. N: 89 x/menit
8. RR: 25 x/menit
9. S: 36.3oC
10. SpO2: 99%
1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+, dan Ronkhi +/+
2 Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker RS: pasien mengatakan mau dan paham untuk penggunakaan
dan etiak batuk masker dan saat batuk
RO: pasien sudah menggunakna masker dan mampu mengulang
terkait dnegan etika batuk
1 Memberikan obat OAT (Betrix, Rifampisin, INH, RS: pasien mengatakan tidak merasa mual setelah minum obat
Etambutol, Pirazimin, Mucopekx Cap) OAT
RO: tidak ada mual muntahh dan tidak ada penurunan nafsu
makan
Rabu, 21 1 Mengobesrvasi tanda-tanda vital RS: psien mengatakan masih sesak Erna S
November RO:
2018 11. TD:150/83 mmHg
12. N: 87 x/menit
13. RR: 24 x/menit
14. S: 36oC
15. SpO2: 99%
1 Melakukan fiioterapi dada dan melatih bauk RS: pasien mengatakan rasa sesak berkurang setelah di berikan
efektif uap dan dahak sudah dapat keluar sehingga tenggorokan tidka
begutu gatal
RO: dahak dapat dikeluarkan
1 Mengobservasi pernafasan dan suara nafas
RS: psien mengatakan nafas masih sesak, tetapi sedikit berkurang
RO: nafas pasien masih dalam dan berat, terdengar bunyi
whezeeng +/+ minimal, dan Ronkhi +/+ minimal
2 Megedukasi keluarga terkait kondiis pasien saat RS: kleuarga mengatakan pahamm dan segera akan mencari
ini dan rencana pemindahan keruang perawatan kamar untuk ruang perawatan pasien
oleh dr. Deva Sp. Paru RO: keluarga dapat mengelulang terkait penjelasan dokter yang
Sudha diberikan, pasein mendapatkan ruang Amarilis (Isolasi)
4.1 Kesimpulan
Gastroentritis (GE) merupakan adanya radang pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh patogen, makanan yang terkontaminasi oleh patogen. Sehingga
gastroentritis dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi seseorang yang terkena GE.
Dalam GE akut maupun kronis terdapat menifestasi klinis yang sama dimana keduanya
mengalami mual, muntah, dan malabsorbsi. Mual, muntah disebabkan karena adanya
patogen asing yang masuk kedalam saluran pencernaan, karena adanya patogen asing
yang masuk maka asam lambung meningkat sehingga pasien/ penderita dapat
mengalami mual dan muntah dan pada GE terdapat tekanan osmotik yang meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga mneyebabkan ditesni abdomen yang dapat mengakibatkan adanya mual
muntah akibatya nafsu makan menurun dan terjadinya ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
4.2 Saran
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan pembelajaran untuk lebih memahami terkait
Gastroentritis Akut dan mampu memberikan terapi dan penatalksanakan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA