Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KONSEP DASAR PROFESI


KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

HESTRI FRANSISKA

212133020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Clinical Teacher Clinical Instructor

Ns.Asep Nugraha Kusdiana, S.Tr. Kep

Mahasiswa

Hestri Fransiska
Nim. 212133020
I. Konsep Dasar
Definisi
Cairan tubuh terdistribusi dalam dua komparteman, yaitu cairan eksterna;
(CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan
intersisial dan cairan intravaskuler. Lima belas persen berat tubuh
meruupakan cairan intestinal. Cairan intravaskuler terdiri dari plasma
bagian,cairan limfe. Kekurangan volume Ekstraseluler atau Hipovolemia
(FVD) adalah kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan
natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume
isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.

Etologi
A. Faktor infeksi
1) Infeksi virus
a) Rotavirus, penyebab tersering pada bayi disertai dengan
muntah, biasanya terjadi pada musim dingin.
b) Enterovirus, biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus, timbul sepanjang tahun, dapat menyebabkan
gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk, dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam.
2) Infeksi bakteri
a) Shingella, semusim, sering terjadi pada anak usia 1-5 tahun.
b) Salmonella, dapat terjadi pada semua umur, ada peningkatan
temperature,
c) Escherichia coli, jarang terjadi pada pasien bayi.
d) Campylobacter, kram abdomen yang hebat.
e) Yersinia enterecolitica, diare selama 1-2 minggu, sering
menyerupai ependictis.
B. Faktor makanan
Sering terjadi pada makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, sayuran mentah dan kurang matang.
C. Faktor lingkungan
Kurangnya air bersih dengan sanitasi yang jelek, penggunaan sarana
air yang mudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan
dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan yang kotor
merupakan penyebab terjadinya gastroenteritis akut.

Klasifikasi
Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Klasifikasi gastroenteritis akut
sebagai berikut :
A. Gastroenteritis non inflamasi, disebabkan oleh enterotoksin dan
menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume yang besar tanpa
lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang atau bahkan tidak sama
sekali.
B. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri
dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,
gejala dan tanda dehidrasi.

Tanda dan Gejala


A. Gejala Umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis, bahkan gelisah.
B. Gejala spesifik
1) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.

Komplikasi
A. Dehidrasi (ringan, sedang, berat).
B. Rejatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
C. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
D. Hipoglikemia.
E. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisensi
enzim lactase.
F. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
G. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama
atau kronik).

Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan tinja, dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta
diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit
tidak dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan dengan
penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita salmonella, E.
Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan
dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH
tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar
glukosa tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare
bersifat tidak menular.
B. Pemeriksaan darah Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum,
kreatinin dan berat jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan
karena terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak
cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
C. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

Penatalaksanaan
A. Rehidrasi oral, Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan
cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian
mengganti kekurangan cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
(terapi rumatan). Keuntungan dari rehidrasi oral di Rumah Sakit pada
gastroenteritis akut dapat menghemat cairan intravena. Penggunaan
cairan oral (oralit) yang diberikan mulai di rumah mempunyai
keuntungan, diantaranya gastroenteritis dapat dicegah secara dini dan
kunjungan ke pelayanan kesehatan akan berkurang.
B. Medikamentosa, umumnya digunakan zinc/seng yang terbukti
bermanfaat untuk gastroenteritis. Terkadang diperlukan antibiotik
pada gastroenteritis bakterialis. Obat lain yang bersifat suportif,
seperti antiemetik dan antidiare. Pada orang dewasa dapat diberikan
antidiare, sedangkan pada anak tidak disarankan memberi antidiare

WOC
Terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan factor diantaranya pertama factor infeksi, proses ini dapat
diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Kedua, faktor
malabsorbsi merupakan kegagalan yang dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah gastroenteritis. Ketiga, factor makanan, ini dapat terjadi
apabila toksik yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makananan yang kemudian menyebabkan gastroenteritis.
Keempat, factor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya penyerapan
makanan yang dapat mengakibatkan gastroenteritis.

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak dapat


dan berkembang meningkat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air Hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit ke
dinding usus halus rongga usus
Kemampuan
absorbsi
Hipersekresi air Isi rongga usus menurun
dan elektrolit meningkat
usus meningkat

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

BAB sering dengan Inflamasi saluran


kossistensi encer pencernaan

Frekuensi Cairan yang Reflek spasme Mual dan


Defekasi keluar banyak otot dinding muntah
perut

BAB encer Dehidrasi Anoreksia


dengan atau Nyeri akut
tanpa darah
Resiko Defisit nutrisi
ketidakseimba
Diare
ngan cairan

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas : Meliputi nama inisial, umur, jenis kelamin, tanggal lahir,
tempat lahir, suku bangsa
B. keluhan utama : Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
<4 kali dan cair (gastroenteritis tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan
cair (dehidrasi berat). Apabila gastroenteritis berlangsung 14 hari atau
lebih adalah gastroenteritis persisten.
C. Riwayat kesehatan sekarang : Tinja makin cair, mungkin disertai
lendir atau lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah gastroenteritis.
D. Riwayat kesehatan keluarga, meliputi penyakit yang pernah/ masih di
derita ataupun penyakit keturunan keluarga serta genogram, kultur dan
kepercayaan keluarga, perilaku keluarga yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan persepsi keluarga terhadap pasien.
E. Riwayat Kesehatan, riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotic) karena factor ini merupakan salah satu kemungkinan
penyakit gastroenteritis.
F. Riwayat nutrisi, diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
G. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
H. Pola hygiene, kebiasaan mandi setiap harinya.
I. Aktivitas, akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen
J. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
b) Gelisah (dehdrasi ringan atau sedang).
c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat).
2) Kulit
Untuk mengetahui kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor
yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua
ujung ibu jari (bukan dengan kedua kuku).
3) Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubunubunnya biasanya cekung.
4) Mata
Anak yang gastroenteritis tanpa dehidrasi bentuk kelopak
matanya normal, apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak mata cekung atau cowong, sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
5) Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan atau sedang).
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
6) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising
usus yang meningkat.
7) Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya.
8) Pemeriksaaan penunjang, Pemeriksaan laboratorium penting,
artinya dalam menegakkan diagnose (kausal) yang tepat, sehingga
dapat memberikan terapi yang tepat, pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada anak yang mengalami gastroenteritis, yaitu:
a) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun
mikroskopi dengan kultur.
b) Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini, test).
Lemak dan kultur urine.
Diagnosa, Intervensi dan Rasional Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Diare (D.0020) (L.04033) (I.03101)
Penyebab : Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi
Fisiologis keperawatan selama 1x24 jam, maka a. Identifikasi penyebab diaress
1. Inflamasi eliminasi fekal membaik, dengan Rasional : untuk mengetahui penyebab diare pasien, seperti
gastrointestinal kriteria hasil : inflamasi gastrointestinal, proses infeksi, ansietas, stres,
2. Iritasi gastrointestinal 1. Keluhan defekasi lama dan sulit obat-obatan.
3. Proses infeksi menurun b. Identifikasi riwayat pemberian makanan
4. Malabsorpsi 2. Mengejan saat defekasi Rasional : untuk mencari tahu penyebab dari diare yang
Psikologis menurun dialami pasien
1. Kecemasan 3. Distensi abdomen c. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
2. Tingkat stres tinggi 4. Nyeri abdomen menurun Rasional : sebagai bahan kajian untuk tindakan selanjutnya.
Situasional 5. Kram abdomen menurun d. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
1. Terpapar kontaminan 6. Konsistensi feses membaik Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya gejala
2. Terpapar toksin 7. Frekuensi defekasi membaik hipovolemia, sehingga apabila terdapat tanda dan gejalanya
3. Penyalahgunaan dapat segera diberi tindakan.
laktasif e. Monitor jumlah pengeluaran diare
4. Penyalahgunaan zat Rasional : untuk mengetahui kadar output pasien.
5. Program pengobatan 2. Terapeutik
6. Perubahan air dan a. Berikan asupan cairan oral
makanan Rasional : mempercepat penyembuhan dengan asupan oral
7. Bakteri pada air b. Pasang jalur intravena
Gejala dan tanda mayor Rasional : mempercepat penyembuhan pasien
Subjektif : c. Berikan cairan intravena
(tidak tersedia) Rasional : untuk menambah asupan cairan tubuh pasien.
d. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
Objektif : elektrolit
1. Defekasi lebih dari tiga Rasional : sebagai data penunjang untuk menentukan
kali dalam 24 jam tindakan selanjutnya.
2. Feses lembek atau cair 3. Edukasi
Gejala dan tanda minor a. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara berharap
Subjektif : Rasional : untuk memenuhi nutrisi tubuh pasien.
1. Urgency b. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
2. Nyeri/kram abdomen mengandung laktosa
Objektif : Rasional : karena makanan yang mengandung gas, pedas
1. Frekuensi peristaltik dan laktosa dapat memperparah diare yang dialami.
meningkat 4. Kolaborasi
2. Bising usus hiperaktif a. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
Rasional : untuk menghambat gerakan usus, sehingga usus
dilumpuhkan dan frekuensi diare berkurang.
b. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmilitik
Rasional : merupakan obat yang dapat membantu
mengurangi kejang otot dan merilekskannya, obat ini
bekerja pada otot polos, seperti di dalam usus.
c. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
Rasional : membantu mengeraskan feses yang cair.

2. Hopovolemia Setelah dilakukan intervensu Manajemen hipovolemia


Penyebab keperawatan selama 1 x 24 jam maka 1. Observasi
1. Kehilangan cairan aktif status cairan membaik, dengan a. Periksa tanda dan gejala
2. Peningkatan kriteria hasil b. Monitor intake dan output cairam
permeabilitas kapiler 1. Turgor kulit meningkat 2. Terapeutik
2. Output urine meningkat a. Hitung kebutuhan cairan
Gejala dan tanda mayor 3. Kekuatan nadi meningkat b. Berikan asupan cairanoral
Subjektif 4. Frekuensi nadi membaik 3. Edukasi
1. Kekurangan intake 5. Tekanan darah membaik a. Anjurkan memperbanyak cairan oral
cairan 6. Tekanan nadi membaik 4. Kolaborasi
Objektif 7. Membrane mukosa membaik a. Kolaborasi pemberian cairan intravena (cairan isotonis,
1. Tampak meringis 8. Frekuensi nadi membaik hipotonis, dan koloid)
2. Bersikap protektif 9. Kadar hematokrit membaik b. Kolaborasi pemberian produk darah
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
menigkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri berfokus
pada diri sendiri
6. Diaforesis
3. Gangguan pola tidur (I.03119)
Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi
keperawatan selama 1x24 jam, maka a. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
gangguan pola tidur membai, dengan b. Identifikasi faktor penganggu tidur (fisik dan/psikologis)
kriteria hasil: 2. Terapeutik
1. a. a, Modifikasi lingkungan (mis pencahayaan, kebisisngan,
suhu, matras dantempat tidur)
b. batasi waktu tidur siang, jika perlu
c. fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
d. tetapkan jadwal tidur rutin
e. lakukan prosedur untuk emningkatkankenyamanan,
(misalnya, pijat, pengaturan posisi,terapi akupuntur)
f. sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
3. Edukasi
a. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
menganggu tidur
d. Anjurkan penggunaanobat tidur yang tidak mengandung
supreso terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur( misalnya, psikologis:gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
.
4. Resiko ketidakseimbangan (L.03020) (I.03098)
cairan (D.0036) Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi
Faktor resiko keperawatan selama 1x24 jam maka a. Monitor status hidrasi
1. Prosedur pembedahan keseimbangan cairan meningkat, Rasional : merupakan gambaran keseimbangan keluar
mayor dengan kriteria hasil : masuknya air dalam tubuh
2. Trauma/perdarahan 1. Asupan cairan meningkat b. Monitor berat badan harian
3. Luka bakar 2. Kelembaban membran mukosa Rasional : mengetahui pertumbuhan gizi pasien
4. Aferesis meningkat c. Mengetahui berat badan sebelum dan sesudah dianalisis
5. Asites 3. Asupan makanan meningkat Rasional : mengetahui ada tidaknya pertambahan berat
6. Obstruksi intestinal 4. Edema menurun badan pasien
7. Peradangan pankreas 5. Dehidrasi menurun d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
8. Penyakit ginjal dan 6. Tekanan darah membaik Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya
kelenjar 7. Mata cekung membaik 2. Terapeutik
9. Disfungsi intestinal 8. Turgor kulit membaik a. Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
9. Berat badan membaik Rasional : untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran
cairan
b. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
c. Berikan cairan intravena, jika perlu
Rasional : memenuhi asupan cairan melalui intravena
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Rasional : untuk mengurangi penumpukan cairan tubuh
melalui urin
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Sari, Rosa Indra. (2017). Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Gastroenteritis
Akut Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng
Taroenadebrata Purbalingga. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Usman, Tifani Anatesia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Gastroenteritis Dengan Masalah Keperawatan Resiko
Ketidakseimbangan Nutrisi. Program studi D III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai