Oleh :
INDAH CANTIKA WAHADI
P07120320044
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2010).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2012).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gastroenterits atau
diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga
dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari
4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Enterovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
C. Pathway
Menyebabkan
Merangsang/menstimulasi infeksi pada usus
dinding usus halus Pergeseran air dan halus
elektrolit kedalam
lumen usus
GASTROENTERITIS
AKUT
GASTROENTERITIS
AKUT
Dehidrasi Merangsang
Mual&
muntah Nyeri akut hypothalamus
Kehilangan cairan
yang aktif melalui Mengaktifkan
Intake tidak
feses muntahan adekuat androgen dan
pyrogen
Hipovolemia
Defisit Nutrisi Hipertermi
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
5. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,
urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolaritas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85
cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2009).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang
tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,
3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4x sehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
I. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku,
identitas penanggung jawab.
2. Pengkajian Primer
a. Airway :
Pada pengkajian airway pada pasien Gastroenteritis Akut tidak adanya cairan /
secret pada jalan nafas dan tidak terdapat suara nafas tambahan.
b. Breathing :
Pada pengkajian, breathing, pasien Gastroenteritis akut tidak terdapat masalah,
tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terdengar suara nafas tambahan, dan
kualitas nafas normal/regular.
c. Circulation :
Pada pengkajian circulation, pasien dengan Gastroenteritis akut tingkat
kesadaran normal, mukosa bibi kering, CRT < 3 dtk, muka pucat, nyeri pada daerah
perut bagian atas, Akral teraba dingin dan Nadi teraba lemah.
d. Disability :
Pada disability pada kondisi yang berat dapat terjadi kehilangan cairan aktif
secara terus menerus sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
3. Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
b. Riwayat kejadian sekarang: Awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
d. Riwayat penyakit keluarga.
4. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat anti diare, terapi
intravena, dan antibiotic.
5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena
gejala penyakit.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif melalui feses dan
muntah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (inflamasi)
3. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
5. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
6. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil
(SDKI) (SLKI)
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Definisi: tindakan keperawatan Observasi:
Penurunan volume selama …...x…... menit Periksan tanda dan gejala
cairan instravaskular, diharapkan Hypovolemia hipovolemias (mis. Nadi
interstisial, dan/atau Membaik dengan kriteria meningkat, nadi teraba
intraseslukler. hasil: lemah, tekanan darah
Penyebab: Status Cairan: mneurun, tekanan nadi
Kehilangan cairan Kekuatan nadi (5) menyempit, turgor kulit
aktif Turgor kulit (5) menurun, membrane mukosa
Kegagalan Output urine (5) kering, volume urine
mekanisme Pengsisian vena (5) menurun, hematokrit
regulasi Frekuensi nadi (5) meningkat, haus, lemah)
Peningkatan Tekanan darah (5) Monitor intake dan output
permeabilitas Tekanan nadi (5) cairan
kapiler Membrane mukosa (5) Terapeutik
Kekurangan Jugular Venous Hitung kebutuhan cairan
intake cairan Pressure (JVP) (5) Berikan posisi modified
Evaporasi Integritas Kulit dan Trendelenburg
Gejala dan Tanda Jaringan: Berikan asuoan cairan oral
Mayor: Elastisitas (5) Edukasi
Subjektif Hidrasi (5) Anjurnkan memperbanyak
- asupan cairan oral
Perfusi jaringan (5)
Objektif:
Kerusakan jaringan (5) Anjurkan menghindari
Frekuensi nadi perubahan posisi mendadak
Kerusakan lapisan kulit
meningkta Kolaborasi
(5)
Nadi teraba lemah Kolaborasi pemberian cairan
Tekanan darah IV isotonis (mis. NaCl, RL)
menurun Kolaborasi pemberian cairan
Tekanan nadi IV hipotonis (mis. Glukosa
menyempit 2,5%, NaCl 0,4%)
Turgor kulit Kolaborasi pemberian cairan
menurun koloid (mis. Albumin,
Membrane Plasmanate)
mukosa kering Kolaborasi pemberian
Volume urine produk darah.
menurun Manajemen Syok Hipovolemik
Hematokrit Observasi
meningkat Monitor status
Gejala dan Tanda kardiopulmonal (frekuensi
Minor danb tekanan nadi, frekuensi
Subjektif; napas, TD, MAP)
Merasa lemah Monitor status oksigenasi
Mengeluh haus (oksimetri nadi, AGD)
Objektif: Monitor status cairan
Pengisian vena (masukan dan haluaran,
menurun turgor kulit, CRT)
Status mental Terapeutik
berubah Pertahankan jalan napas
Suhu tubuh paten
meningkat Berikan oksigen untuk
Konsentrasi urine mempertahankan satirasi
meningkat oksigen >94%
Diare epinefrin
Kolaborasi pemberian
Colitis ulseratif
dipenhidramin, jika perlu
Hipoalbuminemia
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
Kolaborasi intubasi
endotracheal, jika perlu
Kolaborasi pemberian
resusitasi cairan, jika perlu
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
Definisi: selama .... X .... jam menit Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik diharapkan Nyeri Akut karakteristik, durasi,
atau emosional yang Berkurang dengan frekuensi, kualitas , intensitas
berkaitan dengan kriteria hasil : nyeri
kerusakan jarigan Tingkat nyeri : Identifikasi skala nyeri
actual atau fungsional, Keluhan nyeri (5) Identifikasi respons nyeri
dengan onset Meringis (5) non verbal
mendadak atau lambat Sikap protektif (5) Identifikasi faktor yang
dan berintensitas Gelisah (5) memperberat nyeri dan
ringan hingga berat memperingan nyeri
Kesulitan tidur (5)
yang berlangsung Identifikasi pengetahuan dan
Menarik diri (5)
kurang dari 3 bulan keyakinan tentang nyeri
Berfokus pada diri
sendiri (5) Identifikasi pengaruh budaya
Penyebab: terhadap respon nyeri
Diaforesis (5)
Agen pencedera Identifikasi pengaruh nyeri
Perasaan depresi
fisiologis (mis. pada kualitas hidup
(tertekan) (5)
Inflamai,iskemia,
Perasan takut Monitor keberhasilan terapi
neoplasma
mengalami cedera komplementer yan sudah
Agen pencedera diberikan
berulang (5)
kimiawi (mis.
Anoreksia (5) Monitor efek samping
Terbakar, bahan
Perineum terasa penggunaan analgetik
kimia iritan)
tertekan (5)
Agen pencedera
Uterus teraba
fisik (mis. Abses,
membulat (5)
amputasi, Terapeutik
terbakar, Ketegangan otot (5) Berikan teknik
terpotong, Pupil dilatasi (5) nonfarmakologis untuk
mengangkat berat, Muntah (5) mengurangi rasa nyeri (mis.
prosedur operasi, Mual (5) TENS, hypnosis, akupresur,
trauma, latihan terapi music, biofeedback,
Frekuensi nadi (5)
fisik berlebih) terapi pijat, aromaterapi,
Pola napas (5)
teknik imajinasi terbimbing,
Tekanan darah (5)
Gejala dan Tanda kompres hangat/dingin,
Proses berpikir (5)
Mayor terapi bermain)
Fokus (5)
Subjektif Kontrol lingkungan yang
Fungsi kemih (5)
Mengeluh nyeri memperberat rasa nyeri (mis.
Perilaku (5)
Objektif Suhu ruangan, pencahayaan,
Nafsu makan (5)
Tampak meringis kebisingan)
Pola tidur (5) Fasilitas istirahat dan tidur
Bersikap protektif
(mis. Waspada, Pertimbangkan jenis dan
Kontrol Nyeri
posisi sumber nyeri dalam
menghindari Melaporkan nyeri pemilihan strategi meredakan
nyeri) terkontrol (5) nyeri
Gelisah Kemampuan
mengenali onset nyeri Edukasi
Frekuensi nadi
(5) Jelaskan penyebab, periode,
meningkat
Kemampuan dan pemicu
Sulit tidur
mengenali penyebab Jelaskan strategi meredakan
nyeri (5) nyeri
Gejala dan Tanda
Kemampuan Anjurkan memonitor nyeri
Minor
menggunakan teknik secara mandiri
Subjektif
non-farmakologis (5)
- Anjurkan menggunakan
Objektif Dukungan orang analgetik secara tepat
terdekat (5)
Tekanan darah Ajarkan teknik
Keluhan nyeri (5)
meningkat Penggunaan analgesic nonfarmakologis untuk
Pola napas (5) mengurangi rasa nyeri
berubah
Nafsu makan Kolaborasi
berubah Kolaborasi pemberian
Proses berpikir analgetik, jika perlu
terganggu
Menarik diri Pemberian Analgesik
pembedahan obat
Terapeutik
Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapu dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
3 Hipertermia Setelah dilakukan Regulasi Temperatur
Definisi intervensi keperawatan Observasi :
Suhu tubuh meningkat selama ....x... jam, maka Monitor suhu tubuh
di atas rentang normal Termoregulasi membaik sampai stabil
tubuh dengan kriteria hasil : Monitor suhu tubuh anak
Penyebab : Menggigil menurun tiap dua jam, jika perlu
Dehidrasi (5) Monitor tekanan darah,
Terpapar Kulit kemerahan frekuensi pernafasan dan
lingkungan panas menurun (5) nadi
Proses penyakit Kejang menurun (5) Monitor warna dan suhu
(mis: infeksi, Pucat menurun (5) kulit
kanker) Takikardi menurun Monitor dan catat tanda
Ketidaksesuaian (5) dan gejala hipertermia
pakaian dengan Takipnea menurun (5) Terapeutik :
suhu lingkungan Bradikardi menurun Pasang alat pemantauan
Peningkatan laju (5) suhu kontinu, jika perlu
metabolisme Suhu tubuh membaik Tingkatkan asupan cairan
Respon trauma (5) dan nutrisi yang adekuat
Aktivitas Suhu kulit membaik Kolaborasi :
berlebihan (5) Kolaborasi pemberian
Penggunaan Tekanan darah antipiretik, jika perlu
incubator membaik (5)
Gejala dan Tanda
Mayor :
Subjektif
-
Objektif
Suhu tubuh diatas
nilai normal
Gejalan dan Tanda
Minor :
Subjektif
-
Objektif
Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa
hangat
Kondisi Klinis
Terkait
Proses infeksi
Hipertiroid
Stroke
Dehidrasi
Trauma
Prameturitas
4 Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi
Definisi : keperawatan selama …x… Observasi
Asupan nutrsi tidak jam, diharapkan kebutuhan Identifikasi status nutrisi
cukup memenuhi nutrisi pasien terpenuhi Identifikasi alergi dan
kebutuhan dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
metabolisme Status nutrisi Identifikasi makanan yang
Penyebab : Porsi makanan yang disukai
Ketidakmampuan dihabiskan Identifikasi kebutuhan kalori
menelan makanan meningkat (5) dan jenis nutrien
Ketidakmampuan Kekuatan otot Identifikasi perlunya
mencerna pengunyah meningkat penggunaan selang
makanan (5) nasogastik
Ketidakmampuan Kekuatan otot menelan Monitor asupan makanan
mengabsorbsi meningkat (5) Monitor berat badan
nutrien Serum albumin Monitor hasil pemeriksaan
Peningkatan meningkat (5) laboratorium
kebutuhan Verbalisasi keinginan Terapeutik
mentabolisme untuk meningkatkan Lakukan oral hygiene
Faktor ekonomi nutrisi meningkat (5) sebelum makan, jika perlu
(mis. finansial Pengetahuan tentang Fasilitasi menentukan
tidak mencukupi) pilihan makanan sehat pedoman diet (mis. piramida
Faktor psikologis meningkat (5) makanan)
(mis. stres, Pengetahuan tentang Sajikan makanan secara
keengganan standar asupan nutrisi menarik dan suhu sesuai
makan) sehat meningkat (5)
Gejala dan Tanda Penyiapan dan Berikan makanan tinggi serat
Mayor penyimpanan makanan untuk mencegah konstipasi
Subjektif aman meningkat (5) Berikan makanan tinggi
- Sikap terhadap kalori dan tinggi protein
Objektif makanan/minuman Berikan suplemen makanan,
Berat badan sesuai dengan tujuan jika perlu
menurun minimal kesehatan meningkat Hentikan pemberian makan
10% di bawah (5) melalui selang nasogastrik
rentang ideal Perasaan cepat jika asupan orak dapat
Gejala dan Tanda kenyang menurun (5) ditoleransi
Minor Nyeri abdomen Edukasi
Subjektif menurun (5) Anjurkan posisi duduk, jika
Cepat kenyang Sariawan menurun (5) mampu
setelah makan Rambut rontok Ajarkan diet diprogramkan
Kram/nyeri menurun (5) Kolaborasi
abdomen Diare menurun (5) Kolaborasi pemberian
Nafsu makan Berat badan Indeks medikasi sebelum makan
menurun Massa Tubuh (IMT) (mis. pereda nyeri,
membaik (5) antimetik), jika perlu
Objektif Frekuensi makan Kolaborasi dengan ahli gizi
Bising usus membaik (5) menentukan jumlah kalori
hiperaktif Nafsu makan membaik dan jenis nutrien dibutuhkan
Otot pengunyah (5) Promosi Berat Badan
lemah Bising usus membaik Observasi
Otot menelan (5) Identifikasi kemungkinan
Membran mukosa Tebal lipatan kulit penyebab BB
pucat trisep membaik (5) Monitor adanya mual dan
Sariawan Membran mukosa muntah
Serum albumin membaik (5) Monitor jumlah kalori yang
turun dikonsumsi sehari-hari
Rambut rontok Monitor berat badan
berlebihan Monitor albumin, limfosit
Diare dan elektrolit serum
Terapeutik
Kondisi Klinis Berikan perawatan mulut
Terkait sebelum pemberian makan,
Stroke jika perlu
Parkinson Sediakan makanan yang tepat
Mobius syndrome sesuai kondisi pasien (mis.
Cerebral paisy makanan dengan tekstru
ferosulfat, Teraupeutik
Rasa cukup
Mengeluh mual
Manajemen Mual
Merasa ingin
Observasi
muntah
Identifikasi karakteristik
Tidak berminat
makan muntah (mis. warna,
Objektif : konsistensi, adanya darah,
(tidak tersedia) waktu, frekuensi dan durasi)
Gejala dan Tanda Periksa volume darah
Minor Identifikasi riwayat diet (mis.
Subjektif : makanan yang disuka, tidak
Merasa asam di disukai dan budaya)
mulut Identifikasi faktor penyebab
Sensasi mual (mis. pengobatan dam
panas/dingin prosedur)
Sering menelan Identifikasi kerusakan
Objektif : esofagus dan faring posterior
Saliva meningkat jika muntah terlalu lama
Pucat Monitor efek manajemen
Diaforesis muntah secara menyeluruh
Takikardia Monitor keseimbangan cairan
Guyton & Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis
Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah. (Diakses 19 Oktober 2020:
http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
Ratnawati, Dwi. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di
Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 19 Oktober 2020 :
etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT