Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT


TANGGAL 15 – 19 FEBRUARI 2021

Oleh :
INDAH CANTIKA WAHADI
P07120320044

KELAS B – PRODI NERS – SEMESTER II

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2010).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2012).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gastroenterits atau
diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga
dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari
4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Enterovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
C. Pathway

Faktor makanan Faktor malabsorpsi Faktor infeksi


(makanan basi, (karbohidrat, protein, (bakteri & virus)
beracun, alergi lemak)
terhadap
makanan).

Makanan tidak Masuk ke dalam tubuh


terserap oleh vili bersama makanan dan
Masuk ke dalam
virus minuman yang tercemar
tubuh

Mencapai usus Peningkatan Mencapai usus


halus tekanan osmotic
dalam lumen usus

Menyebabkan
Merangsang/menstimulasi infeksi pada usus
dinding usus halus Pergeseran air dan halus
elektrolit kedalam
lumen usus

Peningkatan isi Malabsorpsi


(rongga) lumen makanan dan
usus cairan
Peningkatan percepatan
kontak antara makanan dan
air dengan mukosa usus
Hiperperistaltik

Penyerapan makanan, air,


dan elektrolit terganggu

GASTROENTERITIS
AKUT
GASTROENTERITIS
AKUT

Kehilangan cairan dan Distensi Reflek spasme otot Sirkulasi darah


elektrolit Abdomen pada dinding perut menurun

Dehidrasi Merangsang
Mual&
muntah Nyeri akut hypothalamus

Kehilangan cairan
yang aktif melalui Mengaktifkan
Intake tidak
feses muntahan adekuat androgen dan
pyrogen

Hipovolemia
Defisit Nutrisi Hipertermi

Sumber : Guyton & Hall (2010)

D.  Tanda dan Gejala


1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
E. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2.  Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
b. berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15%
yang berakhir dalam 14 hari.
c. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 2011).

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
5. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
H.  Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,
urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolaritas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85
cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2009).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang
tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,
3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4x sehari, 7-14 hari, 7-14 hari  oral atau IV).
3.  Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

I. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku,
identitas penanggung jawab.
2. Pengkajian Primer
a. Airway :
Pada pengkajian airway pada pasien Gastroenteritis Akut tidak adanya cairan /
secret pada jalan nafas dan tidak terdapat suara nafas tambahan.
b. Breathing :
Pada pengkajian, breathing, pasien Gastroenteritis akut tidak terdapat masalah,
tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terdengar suara nafas tambahan, dan
kualitas nafas normal/regular.
c. Circulation :
Pada pengkajian circulation, pasien dengan Gastroenteritis akut tingkat
kesadaran normal, mukosa bibi kering, CRT < 3 dtk, muka pucat, nyeri pada daerah
perut bagian atas, Akral teraba dingin dan Nadi teraba lemah.
d. Disability :
Pada disability pada kondisi yang berat dapat terjadi kehilangan cairan aktif
secara terus menerus sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
3. Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
b. Riwayat kejadian sekarang: Awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
d. Riwayat penyakit keluarga.
4. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat anti diare, terapi
intravena, dan antibiotic.
5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena
gejala penyakit.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif melalui feses dan
muntah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (inflamasi)
3. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
5. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
6. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil
(SDKI) (SLKI)
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Definisi: tindakan keperawatan Observasi:
Penurunan volume selama …...x…... menit  Periksan tanda dan gejala
cairan instravaskular, diharapkan Hypovolemia hipovolemias (mis. Nadi
interstisial, dan/atau Membaik dengan kriteria meningkat, nadi teraba
intraseslukler. hasil: lemah, tekanan darah
Penyebab: Status Cairan: mneurun, tekanan nadi
 Kehilangan cairan  Kekuatan nadi (5) menyempit, turgor kulit
aktif  Turgor kulit (5) menurun, membrane mukosa
 Kegagalan  Output urine (5) kering, volume urine
mekanisme  Pengsisian vena (5) menurun, hematokrit
regulasi  Frekuensi nadi (5) meningkat, haus, lemah)
 Peningkatan  Tekanan darah (5)  Monitor intake dan output
permeabilitas  Tekanan nadi (5) cairan
kapiler  Membrane mukosa (5) Terapeutik
 Kekurangan  Jugular Venous  Hitung kebutuhan cairan
intake cairan Pressure (JVP) (5)  Berikan posisi modified
 Evaporasi Integritas Kulit dan Trendelenburg
Gejala dan Tanda Jaringan:  Berikan asuoan cairan oral
Mayor:  Elastisitas (5) Edukasi
Subjektif  Hidrasi (5)  Anjurnkan memperbanyak
- asupan cairan oral
 Perfusi jaringan (5)
Objektif:
 Kerusakan jaringan (5)  Anjurkan menghindari
 Frekuensi nadi perubahan posisi mendadak
 Kerusakan lapisan kulit
meningkta Kolaborasi
(5)
 Nadi teraba lemah  Kolaborasi pemberian cairan
 Tekanan darah IV isotonis (mis. NaCl, RL)
menurun  Kolaborasi pemberian cairan
 Tekanan nadi IV hipotonis (mis. Glukosa
menyempit 2,5%, NaCl 0,4%)
 Turgor kulit  Kolaborasi pemberian cairan
menurun koloid (mis. Albumin,
 Membrane Plasmanate)
mukosa kering  Kolaborasi pemberian
 Volume urine produk darah.
menurun Manajemen Syok Hipovolemik
 Hematokrit Observasi
meningkat  Monitor status
Gejala dan Tanda kardiopulmonal (frekuensi
Minor danb tekanan nadi, frekuensi
Subjektif; napas, TD, MAP)
 Merasa lemah  Monitor status oksigenasi
 Mengeluh haus (oksimetri nadi, AGD)
Objektif:  Monitor status cairan
 Pengisian vena (masukan dan haluaran,
menurun turgor kulit, CRT)
 Status mental Terapeutik
berubah  Pertahankan jalan napas
 Suhu tubuh paten
meningkat  Berikan oksigen untuk
 Konsentrasi urine mempertahankan satirasi
meningkat oksigen >94%

 Berat badan turun  Perispaan intubasi dan

tiba-tiba ventilasi mekanis, jika perlu

Kondisi Klinis  Berikan posisi syok


Terkait: (modified Trendelenberg)
 Penyakit Addison  Pasang jalur IV
 Trauma atau  Pasang katetr urine untuk
perdarahan menilai produksi urine
 Luka bakar  Pasang selang nasogastric

 AIDS untuk dekompresi lambung,

 Penyakit Crohn jika perlu

 Muntah  Kolaborasi pemberian

 Diare epinefrin
 Kolaborasi pemberian
 Colitis ulseratif
dipenhidramin, jika perlu
 Hipoalbuminemia
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
 Kolaborasi intubasi
endotracheal, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
resusitasi cairan, jika perlu
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
Definisi: selama .... X .... jam menit  Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik diharapkan Nyeri Akut karakteristik, durasi,
atau emosional yang Berkurang dengan frekuensi, kualitas , intensitas
berkaitan dengan kriteria hasil : nyeri
kerusakan jarigan Tingkat nyeri :  Identifikasi skala nyeri
actual atau fungsional,  Keluhan nyeri (5)  Identifikasi respons nyeri
dengan onset  Meringis (5) non verbal
mendadak atau lambat  Sikap protektif (5)  Identifikasi faktor yang
dan berintensitas  Gelisah (5) memperberat nyeri dan
ringan hingga berat memperingan nyeri
 Kesulitan tidur (5)
yang berlangsung  Identifikasi pengetahuan dan
 Menarik diri (5)
kurang dari 3 bulan keyakinan tentang nyeri
 Berfokus pada diri
sendiri (5)  Identifikasi pengaruh budaya
Penyebab: terhadap respon nyeri
 Diaforesis (5)
 Agen pencedera  Identifikasi pengaruh nyeri
 Perasaan depresi
fisiologis (mis. pada kualitas hidup
(tertekan) (5)
Inflamai,iskemia,
 Perasan takut  Monitor keberhasilan terapi
neoplasma
mengalami cedera komplementer yan sudah
 Agen pencedera diberikan
berulang (5)
kimiawi (mis.
 Anoreksia (5)  Monitor efek samping
Terbakar, bahan
 Perineum terasa penggunaan analgetik
kimia iritan)
tertekan (5)
 Agen pencedera
 Uterus teraba
fisik (mis. Abses,
membulat (5)
amputasi, Terapeutik
terbakar,  Ketegangan otot (5)  Berikan teknik
terpotong,  Pupil dilatasi (5) nonfarmakologis untuk
mengangkat berat,  Muntah (5) mengurangi rasa nyeri (mis.
prosedur operasi,  Mual (5) TENS, hypnosis, akupresur,
trauma, latihan terapi music, biofeedback,
 Frekuensi nadi (5)
fisik berlebih) terapi pijat, aromaterapi,
 Pola napas (5)
teknik imajinasi terbimbing,
 Tekanan darah (5)
Gejala dan Tanda kompres hangat/dingin,
 Proses berpikir (5)
Mayor terapi bermain)
 Fokus (5)
Subjektif  Kontrol lingkungan yang
 Fungsi kemih (5)
 Mengeluh nyeri memperberat rasa nyeri (mis.
 Perilaku (5)
Objektif Suhu ruangan, pencahayaan,
 Nafsu makan (5)
 Tampak meringis kebisingan)
 Pola tidur (5)  Fasilitas istirahat dan tidur
 Bersikap protektif
(mis. Waspada,  Pertimbangkan jenis dan
Kontrol Nyeri
posisi sumber nyeri dalam
menghindari  Melaporkan nyeri pemilihan strategi meredakan
nyeri) terkontrol (5) nyeri
 Gelisah  Kemampuan
mengenali onset nyeri Edukasi
 Frekuensi nadi
(5)  Jelaskan penyebab, periode,
meningkat
 Kemampuan dan pemicu
 Sulit tidur
mengenali penyebab  Jelaskan strategi meredakan
nyeri (5) nyeri
Gejala dan Tanda
 Kemampuan  Anjurkan memonitor nyeri
Minor
menggunakan teknik secara mandiri
Subjektif
non-farmakologis (5)
-  Anjurkan menggunakan
Objektif  Dukungan orang analgetik secara tepat
terdekat (5)
 Tekanan darah  Ajarkan teknik
 Keluhan nyeri (5)
meningkat  Penggunaan analgesic nonfarmakologis untuk
 Pola napas (5) mengurangi rasa nyeri
berubah
 Nafsu makan Kolaborasi
berubah  Kolaborasi pemberian
 Proses berpikir analgetik, jika perlu
terganggu
 Menarik diri Pemberian Analgesik

 Berfokus pada Observasi

diri sendiri  Identifikasi karakteristik

 Diaforesis nyeri (mis. Pencetus, pereda,


kualitas, lokasi, intensitas,

Kondisi klinis terkait frekuensi, durasi)

 Kondisi  Identifikasi riwayat alergi

pembedahan obat

 Cedera traumatis  Identifikasi kesesuaian jenis


analgesic (mis. Narkotika,
 Infeksi
non narkotika, atau NSAID)
 Sindrom koroner
dengan tingkat keparahan
akut
nyeri
 Glaukoma
 Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
 Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapu dan efek
samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
3 Hipertermia Setelah dilakukan Regulasi Temperatur
Definisi intervensi keperawatan Observasi :
Suhu tubuh meningkat selama ....x... jam, maka  Monitor suhu tubuh
di atas rentang normal Termoregulasi membaik sampai stabil
tubuh dengan kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh anak
Penyebab :  Menggigil menurun tiap dua jam, jika perlu
 Dehidrasi (5)  Monitor tekanan darah,
 Terpapar  Kulit kemerahan frekuensi pernafasan dan
lingkungan panas menurun (5) nadi
 Proses penyakit  Kejang menurun (5)  Monitor warna dan suhu
(mis: infeksi,  Pucat menurun (5) kulit
kanker)  Takikardi menurun  Monitor dan catat tanda
 Ketidaksesuaian (5) dan gejala hipertermia
pakaian dengan  Takipnea menurun (5) Terapeutik :
suhu lingkungan  Bradikardi menurun  Pasang alat pemantauan
 Peningkatan laju (5) suhu kontinu, jika perlu
metabolisme  Suhu tubuh membaik  Tingkatkan asupan cairan
 Respon trauma (5) dan nutrisi yang adekuat
 Aktivitas  Suhu kulit membaik Kolaborasi :
berlebihan (5)  Kolaborasi pemberian
 Penggunaan  Tekanan darah antipiretik, jika perlu
incubator membaik (5)
Gejala dan Tanda
Mayor :
Subjektif
-
Objektif
 Suhu tubuh diatas
nilai normal
Gejalan dan Tanda
Minor :
Subjektif
-
Objektif
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa
hangat
Kondisi Klinis
Terkait
 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 Prameturitas
4 Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi
Definisi : keperawatan selama …x… Observasi
Asupan nutrsi tidak jam, diharapkan kebutuhan  Identifikasi status nutrisi
cukup memenuhi nutrisi pasien terpenuhi  Identifikasi alergi dan
kebutuhan dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
metabolisme Status nutrisi  Identifikasi makanan yang
Penyebab :  Porsi makanan yang disukai
 Ketidakmampuan dihabiskan  Identifikasi kebutuhan kalori
menelan makanan meningkat (5) dan jenis nutrien
 Ketidakmampuan  Kekuatan otot  Identifikasi perlunya
mencerna pengunyah meningkat penggunaan selang
makanan (5) nasogastik
 Ketidakmampuan  Kekuatan otot menelan  Monitor asupan makanan
mengabsorbsi meningkat (5)  Monitor berat badan
nutrien  Serum albumin  Monitor hasil pemeriksaan
 Peningkatan meningkat (5) laboratorium
kebutuhan  Verbalisasi keinginan Terapeutik
mentabolisme untuk meningkatkan  Lakukan oral hygiene
 Faktor ekonomi nutrisi meningkat (5) sebelum makan, jika perlu
(mis. finansial  Pengetahuan tentang  Fasilitasi menentukan
tidak mencukupi) pilihan makanan sehat pedoman diet (mis. piramida
 Faktor psikologis meningkat (5) makanan)
(mis. stres,  Pengetahuan tentang  Sajikan makanan secara
keengganan standar asupan nutrisi menarik dan suhu sesuai
makan) sehat meningkat (5)
Gejala dan Tanda  Penyiapan dan  Berikan makanan tinggi serat
Mayor penyimpanan makanan untuk mencegah konstipasi
Subjektif aman meningkat (5)  Berikan makanan tinggi
-  Sikap terhadap kalori dan tinggi protein
Objektif makanan/minuman  Berikan suplemen makanan,
 Berat badan sesuai dengan tujuan jika perlu
menurun minimal kesehatan meningkat  Hentikan pemberian makan
10% di bawah (5) melalui selang nasogastrik
rentang ideal  Perasaan cepat jika asupan orak dapat
Gejala dan Tanda kenyang menurun (5) ditoleransi
Minor  Nyeri abdomen Edukasi
Subjektif menurun (5)  Anjurkan posisi duduk, jika
 Cepat kenyang  Sariawan menurun (5) mampu
setelah makan  Rambut rontok  Ajarkan diet diprogramkan
 Kram/nyeri menurun (5) Kolaborasi
abdomen  Diare menurun (5)  Kolaborasi pemberian
 Nafsu makan  Berat badan Indeks medikasi sebelum makan
menurun Massa Tubuh (IMT) (mis. pereda nyeri,
membaik (5) antimetik), jika perlu
Objektif  Frekuensi makan  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Bising usus membaik (5) menentukan jumlah kalori
hiperaktif  Nafsu makan membaik dan jenis nutrien dibutuhkan
 Otot pengunyah (5) Promosi Berat Badan
lemah  Bising usus membaik Observasi
 Otot menelan (5)  Identifikasi kemungkinan
 Membran mukosa  Tebal lipatan kulit penyebab BB
pucat trisep membaik (5)  Monitor adanya mual dan
 Sariawan  Membran mukosa muntah
 Serum albumin membaik (5)  Monitor jumlah kalori yang
turun dikonsumsi sehari-hari
 Rambut rontok  Monitor berat badan
berlebihan  Monitor albumin, limfosit
 Diare dan elektrolit serum
Terapeutik
Kondisi Klinis  Berikan perawatan mulut
Terkait sebelum pemberian makan,
 Stroke jika perlu
 Parkinson  Sediakan makanan yang tepat
 Mobius syndrome sesuai kondisi pasien (mis.
 Cerebral paisy makanan dengan tekstru

 Cleft lip halus, diblender, bentuk cair

 Cleft palate diberikan melalui NGT atau


gastroestomi, total parental
 Amyotropic lateral
nutrition sesuai indikasi)
sclerosis
 Hidangkan makanan secara
 Kerusakan
menarik
neuromuskular
 Berikan suplemen, jika perlu
 Luka bakar
 Berikan pujian pada
 Kanker
pasien/keluarga untuk
 Infeksi
peningkatan yang dicapai
 AIDS
Edukasi
 Penyakit Chrohn’s
 Jelaskan jenis makanan yang
 Enterokolitis
bergizi tinggi, namun, tetap
 Fibrosis kistik
terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
5 Diare Setelah dilakukan Manajemen diare
Definisi : tindakan keperawatan Observasi
Pengeluaran feses selama ... x ... jam  Identifikasi penyebab diare
yang sering, lunak, diharapkan diare tidak (mis. Inflamasi
tidak berbentuk terjadi denga kriteria gastrointestinal, iritasi
Penyebab : hasil : gastrointestinal, proses
Fisiologis Eliminasi fekal infeksi malabsorpsi, ansietas,
 Inflamasi  Kontrol pengeluaran stres, efek obat-obatan,
gastrointestinal feses meningkat (5) pemberian botol susu)
 Iritasi  Keluhan defekasi  Identifikasi riwayat
gastrointestinal lama dan sulit pemberian makanan
 Proses infeksi menurun (5)  Identifikasi gejala invaginasi
 Malabsorpsi  Mengejan saat (mis. Tangisan keras,
Psikologis defekasi menurun (5) kepucatan bayi)

 Kecemasan  Konsistensi feses  Monitor warna, volume,

 Tingkat stres membaik (5) frekuensi dan konsistensi

tinggi  Frekuensi defekasi tinja

Situasional membaik (5)  Monitor tanda dan gejala

 Terpapar  Peristaltik usus hipovolemia (mis.

kontaminan membaik (5) Takikardia, nadi teraba

 Terpapar toksin lemah, tekanan darah turun,


turgor kulit turun, mukosa
 Penyalahgunaan
mulut kering, CRT
laksatif
melambat, BB menurun)
 Penyalahgunaan
 Monitor iritasi dan ulserasi
zat
kulit di daerah perianal
 Program
 Monitor jumlah pengeluaran
pengobatan
diare
(agen tiroid,
analgetik,  Monitor keamanan penyiapan

pelunak feses, makanan

ferosulfat, Teraupeutik

antasida,  Berikan asupan cairan oral


cimetidin dan (mis. Larutan garam gula,
antibiotik) oralit, pedialyte, renalyte)
 Perubahan air  Pasang jalur intravena
dan makanan  Berikan cairan intravena
 Bakteri pada air (mis. Ringer asetat, ringer
Gejala dan Tanda laktat), jika perlu
Mayor  Ambil sampel darah untuk
Subjektif : pemeriksaan darah lengkap
- dan elekrolit
Objektif :  Ambil sampel feses untuk
 Defekasi lebih kultur, bila perlu
dari 3 kali dalam Edukasi
24 jam  Anjurkan makanan porsi
 Feses lembek kecil tapi sering secara
atau cair bertahap
Gejala dan Tanda  Anjurkan menghindari
Minor makanan pembentuk gas,
Subjektif : pedas dan mengandung gas
 Urgensi  Anjurkan melanjutkan
 Nyeri/keram pemberian ASI
abdomen Kolaborasi
Objektif :  Kolaborasi pemberian obat
 Frekuensi antimotilitas (mis.
peristaltik Loperemide, difeniksolat)
meningkat  Kolaborasi pemberian obat
 Bising usus antipasmodic/spasmolitik
hiperaktif (mis. Papaverin, ekstak
Kondisi Klinis belladonna, mebeverine)
Terkait :  Kolaborasi pemberian obat
 Kanker kolon pengeras feses (mis.
 Diverticulitis Atapulgit, smektit, kaolin-

 Iritasi usus pektin)

 Crohn’s diasease Pemantauan Cairan


Observasi:
 Ulkus peptikum
 Monitor frekuensi dan
 Gastritis
kekuatan nadi
 Spasme kolon
 Monitpr frekuensi napas
 Kolitis ulseratif
 Monitor tekanan darah
 Hipertiroidisme
 Monitor berat badan
 Demam typoid
 Monitor waktu pengisian
 Malaria
kapiler
 Sigelosis
 Monitor elastisitas atau
 Kolera
turgor kulit
 Disentri
 Monitor jumlah, warna dan
 Hepatitis
berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan
protein total
 Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis. Osmolitas
serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
 Monitor intake dan output
cairan
 Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam
waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia (mis. Dispnea,
edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat,
CVP meningkat, reflex
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
6 Nausea Seetelah diberikan asuhan Manajemen Mual
Defisit : keperawatan selama … Observasi
Perasaan tidak x… jam, diharapkan mual  Identifikasi pengalaman mual
nyaman pada bagian dan muntah tidak terjadi.  Identifikasi isyarat non verbal
belakang tenggorok Tingkat Nausea ketidaknyaman (mis. bayi,
atau lambung yang Kriteria hasil : anak-anak dan remaja yang
dapat mengakibatkan  Nafsu makan tidak dapat berkomunikasi
muntah meningkat (5) secara efektif)
Penyebab :  Keluhan mual  Identifikasi dampak mual
 Gangguan menurun (5) terhadap kualitas hidup (Mis.
biokimiawi (mis.  Perasaan ingin muntah nafsu makan, aktivitas,
uremia, menurun (5) kinerja, tanggung jawab
ketoasidosis  Perasaan asam di peran dan tidur)
diabetik) mulut menurun (5)  Identifikasi faktor penyebab
 Gangguan pada  Sensasi panas mual (mis. pengobatan dam
esofagus menurun (5) prosedur)
 Distensi lambung  Sensasi dingin  Identifikasi antimietik untuk
 Iritasi lambung menurun (5) mencegah mual (kecuali
 Gangguan  Freukuensi menelan mual pada kehamilan)
pangkreas menurun (5)  Monitor mual (mis.
 Peregangan kapsul  Diaforesis menurun frekuensi, durasi dan tingkat
limpa (5) keparahan)
 Tumor terlokalisasi  Jumlah saliva  Monitor asupan nutrisi dan
(mis. neuroma menurun (5) kalori
akustik, tumor otak  Pucat membaik (5) Teraupeutik
primer atau  Takikardia membaik  Kendalikan faktor
sekunder, (5) lingkungan penyebab mual
metastitasis tulang  Dilatasi pupil (mis. bau tak sedap, suara
di dasar tengkorak) membaik (5) dan rangsangan visual yang
 Peningkatan tidak menyenangkan)
tekanan  Kurangi atau hilangkan
intraabdominal keadaan penyebab mual (mis.
(mis. keganasan kecemasan, ketakutan,
intrabdomen) kelelahan)
 Peningkatan  Berikan makanan dalam
tekanan intrakanial jumlah sedikit dan menarik
 Peningkatan  Berikan makanan dingin,
tekanan intraorbital cairan bening, tidak berbau
(mis. glaukoma) dan tidak berwarna, jika
 Mabuk perjalanan perlu
 Kehamilan Edukasi

 Aroma tidak sedap  Anjurkan istirahat dan tidur

 Rasa cukup

makanan/minuman  Anjurkan sering


yang tidak enak membersihkan mulut, kecuali

 Stimulus jika merangsang mual

penglihatan tidak  Anjurkan makanan tinggi


menyenangkan karbohidrat dan rendah lemak

 Faktor psikologis  Ajarkan penggunaan teknik


(mis. kecemasan, non farmakologis untuk
ketakutan, stres) mengatasi mual (mis.

 Efek agen biofeedback, hipnosis,

farmakologis relaksasi terapi musik,

 Efek toksin akupresure)

Gejala dan Tanda Kolaborasi

Mayor  Kolaborasi pemberian

Subjektif : antiematik, jika perlu

 Mengeluh mual
Manajemen Mual
 Merasa ingin
Observasi
muntah
 Identifikasi karakteristik
 Tidak berminat
makan muntah (mis. warna,
Objektif : konsistensi, adanya darah,
(tidak tersedia) waktu, frekuensi dan durasi)
Gejala dan Tanda  Periksa volume darah
Minor  Identifikasi riwayat diet (mis.
Subjektif : makanan yang disuka, tidak
 Merasa asam di disukai dan budaya)
mulut  Identifikasi faktor penyebab
 Sensasi mual (mis. pengobatan dam
panas/dingin prosedur)
 Sering menelan  Identifikasi kerusakan
Objektif : esofagus dan faring posterior
 Saliva meningkat jika muntah terlalu lama
 Pucat  Monitor efek manajemen
 Diaforesis muntah secara menyeluruh
 Takikardia  Monitor keseimbangan cairan

 Pupil dilatasi dan elektrolit

Kondisi Klinis Teraupeutik

Terkait  Kendalikan faktor

 Meningitis lingkungan penyebab muntah

 Labiringitis (mis. bau tak sedap, suara


dan stimulasi visual yang
 Uremia
tidak menyenangkan)
 Ketoasidosis
 Kurangi atau hilangkan
diabetik
keadaan penyebab mual (mis.
 Ulkus peptikum
kecemasan, ketakutan)
 Penyakit esofagus
 Atur posisi untuk mencegah
 Tumor
aspirasi
intraabdomen
 Pertahankan kepatenan jalan
 Penyakit Meniere
 Neuroma akustik nafas
 Tumor otak  Bershihka mulut dan hidung
 Kanker  Berikan dukungan fisik saat
 glaukoma muntah (mis. membantu
membungkuk atau
menundukkan kepala)
 Berikan kenyamanan selama
muntah (mis. kompres dingin
di dahi atau sediakan pakaian
kering dan bersih)
 Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi
minimal 30 menit setelah
muntah
Edukasi
 Anjurkan membawa kantong
plastik untuk menampung
muntah
 Anjurkan memper
 Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
biofeedback, hipnosis,
relaksasi terapi musik,
akupresure)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiematik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

A.A.A, Hidayat.2012.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta :


Salemba Medika

Guyton & Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Nurmasari, Mega. 2010.  Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis
Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah. (Diakses 19 Oktober 2020:
http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
Ratnawati, Dwi. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di
Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 19 Oktober 2020 :
etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Sudaryat (2010). Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM


(editors). Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 19 Februari 2021


Mengetahui
Clinical Instruktur / CI Mahasiswa

------------------------------------- Indah Cantika Wahadi


NIP. NIM. P07120320044

Clinical Teacher / CT

Ns. I Gusti Ayu Ari Rasdini, S.Kep.,M,Pd.


NIP. 195910151986032000

Anda mungkin juga menyukai