Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit yang sangat sering
ditemui. Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak. Gastroenteritis adalah
adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai
dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K et al., 2009).

Jadi, gastroenteritis akut adalah infeksi saluran pencernaan yang ditandai


dengan muntah-muntah dan diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang menjadikan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit.

I.2 Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal :
Infeksi internal adalah infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi internal :

1) Infeksi bakteri :
Infeksi bakteri menyebabkan 10%-20% kasus gastroenteritis.
Bakteri yang paling sering menjadi penyebab gastroenteritis adalah
Salmonella species,Campylobacter species, Shigella species and
Yersina species (chow et al., 2010).

1
2) Infeksi virus
Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai penyebab
penting dari gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas sampai
Kapikian et al. (1972) mengidentifikasi adanya virus (Norwalk
virus) pada feses sebagai penyebab gastroenteritis. Satu tahun
kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan rotavirus pada
mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975,
astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang
mengalami diare akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang
dihubungkan dengan gastroenteritis akut semakin meningkat
(Wilhelmi et al., 2003)
3) Infeksi parasit
Giardia lamblia adalah infeksi protozoa yang paling sering
menyebabkan gastroenteritis. Protozoa yang lain mencakup
Cryptosporidium dan Entamoeba hystolitica.
4) Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti OMA,
tongsilitis, bronkopneumonia, ensafalitis.
2. Faktor mal absorbsi
a. Mal absorbsi karbohidrat
b. Mal absorbsi lemak
c. Mal absorbsi protein
d. Mal absorbsi vitamin dan mineral

3. Faktor makanan
Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri) merupakan salah
satu penyebab terjadinya diare. Ketika enterotoksin terdapat pada
makanan yang dimakan, masa inkubasi sekitar satu sampai enam jam. Ada
dua bakteri yang sering menyebabkan keracunan makanan yang
disebabkan adanya toksin yaitu:
a. Staphylococcus Hampir selalu S. Aureus, bakteri ini menghasilkan
enterotoksin yang tahan panas. Kebanyakan pasien mengalami mual
dan muntah yang berat .
b. Bacillus cereus

2
4. Faktor psikologis, rasa takut, dan cemas.

I.3 Tanda dan Gejala


Tanda :
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian terjadi diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lender dan darah. Warna tinja makin lama makin verubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
timbul kecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala :
Gejala muntah dapat muncul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada
bayi). Selaput lender bibir dan mulut serta kulit tanpak kering.
I.4 Patofisiologi
Gastroenteritis disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,virus,
parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor psikologis. Diare
karena infeksi seperti bakteri, berawal dari maknanan dan minuman yang
masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai asam lambung.
Jumlah bakteri yang terlalu banyak menembus sampai ke duodenum dan
berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan lender yang merangsang sekresi cairan-
cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan.

Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan
terjadi diare. Diare yang disebabkan karena mal absorbsi makanan akan
menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

3
tekanan osmotic dalam rongga usus menginggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare.

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena hal itu, nyeri
perut/ kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri diusus yang
menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkkan kembung dan flatus
berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien merasa mual bahkan muntah dan
nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan
menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Dehidrasi dan reaksi
inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebiha membuat cairan
ekstraseluler dan intraseluler menurun kemudian menyebabkan tubuh akan
mengalami asidosis metabolic dimana klien tampak pucat dan pernafasan
yang cepat dan dalam.
(Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999)

I.5 Pemeriksaan Penunjang


I.5.1 Pemeriksaan feces
Pemeriksaan feces, baik makoskopik amupun mikroskopik harus
dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti
1.5.1.1 Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna
feces, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain
1.5.1.2 Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit dan bakteri
1.5.2 Pemeriksaan darah
1.5.2.1 Homogram lengkap, meliputi: HB, eritrosit, leukosit, dan
hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan
infeksi
1.5.2.2 Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa
1.5.2.3 Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg
1.5.3 Pemeriksaan urine

4
Ditetapkan volume, berat jenis, pH, dan elektrolitnya

1.6 Komplikasi
1.6.1 Dehidrasi
1.6.2 Renjatan Hiporomelik
1.6.3 Kejang
1.6.4 Bakterikimia
1.6.5 Malnutrisi
1.6.6 HipoglikEmia
1.6.7 Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di


klasifikasikansebagai berikut:
1.6.1 Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulitkurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
1.6.2 Dehidrasi sedanG
Kehilangan 5 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek,suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
1.6.3 Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti
tandadihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampaikoma, otot kaku sampai sianosis.

1.7 Penatalaksaaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum. Pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang cairan yang di berikanperoral berupa cairan yang berisikan NaCl
dan Na HCO3, KCL danglukosa untuk diare akut.

a. Cairan Parenteral

5
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengankebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya
cairansetampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di
berikantergantung berat/ringan dehidrasi, yang di perhitungkan
dengankehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 50 ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg BB
/oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 100 ml/kg BB/oral kemudian 125 ml/kg
BB/hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit(inperset
1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral.

b. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melaluitinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolitdan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras,
dsb).
1. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 1 mg / kg BB / hari.
2. Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverinekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untukmengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diaresehingga tidak diberikan lagi.
3. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yangjelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 50 mg
/kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakitseperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
1.8 Pathway

6
2 Rencana asuhan keperawatan klien dengan gangguan gastroenteritis akut
2.5 Pengkajian

7
2.5.1 Riwayat Keperawatan
2.5.1.1 Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudiantimbul diare.
2.5.1.2 Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan
banyak airdan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB
menurunnya tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
kadirdan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4xdengan
konsisten encer.
2.5.1.3 Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
2.5.2 Pemeriksaan fisik : data focus
2.5.2.1 Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diit
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomentengah bawah)
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate
turun cepatdan dalam (kompensasi ascidosis).
2.5.2.2 Objektif
1) Lemah, gelisah
2) Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi
2.6 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : kekurangan volume cairan
2.6.1 Definisi
Penurunan caairan intravskular, interstitila, dan/atau intraselular.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium.
2.6.2 Batasan karakteristik

Haus Kulit kering


Kelemahan

8
Membran mukosa Penurunan berat badan
kering tiba-tiba
Peningkatan Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian
frekuensi nadi
Peningkatan vena
hematokrit Penurunan tekanan darah
Peningkatan Penurunan tekanan nadi
Penurunan turgor kulit
konsentrasi urine Penurunan volume nadi
Peningkatan suhu tubuh Perubahan status mental

9
2.6.3 Faktor yang berhubungan
2.6.3.1 Kegagalan mekanisme regulasi
2.6.3.2 Kehilangan cairan aktif

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh.

2.6.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic.
2.6.5 Batasan karakteristik
Berat badan 20% atau lenih dibawah rentang berat badan ideal.
Bising usus hiperaktif
Diare
Ketidak mampuan memakan makanan
Kram abdomen
Kurang minat pada makanan
Membrane mukosa pucat
Nyeri abdomen
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Tonus otot menurun
2.6.6 Faktor yang berhubungan
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Gangguan psikososial
Ketidakmampuan makan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Kurang asupan makan


2.7 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan

NOC NIC Rasional


Tujuan 1. Monitor vital sign. 1. Menentukan tindakan
1. Keseimbangan elektrolit dan selanjutnya.
asam basa 2. Monitor status hidrasi 2. Menentukan status hidrasi
2. Keseimbangan cairan (kelembaban membran mukosa, pasien.
3. Hidrasi nadi adekuat, turgol kulit baik)
3. Monitor hasil Lab yang sesuai 3. Menentukan tindakan
Kriteri dengan retensi cairan (BUN, Ht, selanjutnya.
a Hasil albumin, total protein).
4. Monitor intake dan outpute.
1. Tanda vital dalam batas normal. 4. Menentukan keseimbangan
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
5. Anjurkan pasien untuk intake dan outpute.
elastisitas turgol kulit baik, 5. Mengurangi resiko kekurangan
mempertahankan intake cairan
membran mukosa lembab. volume cairan semakin
3. Memiliki Hb dan Ht dalam .
bertambah.
batas normal untuk pasien 6. Anjurkan keluarga untuk 6. Peran keluarga penting dalam
4. Tidak mengalami haus yang membantu pasien hal mebantu keluarganya
tidak normal mempertahankan intake cairan. sembuh.
5. Memiliki asupan cairan oral 7. Kolaborasi pemberian cairan 7. Mencegah kekurangan cairan
atau intravena yang adekuat intravena. yang berlebih.




Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh.

NOC NIC Rasional



Setelah dilakukan Nutrition Management Nutrition Management
intervensi 1x24 jam 1. Kaji status nutrisi pasien. 1. Pengkajian dilakukan untuk
diharapkan pemenuhan mengetahui status nutrisi pasien
kebutuhan intake pasien sehingga dapat menentukan
tercukupi dengan kriteria intervensi yang diberikan.
hasil: 2. Mulut yang bersih dapat
2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan
Nutrition status meningkatkan nafsu makan.
untuk selalu melakukan oral
1. Intake nutrisi tercukupi 3. Untuk membantu memenuhi
hygien.
2. Asupan makanan dan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
3. Berikan informasi yang tepat
cairan tercukupi pasien.
terhadap pasien tentang kebutuhan

nutrisi yang tepat dan sesuai
Nausea
N Nausea Management Manage
1. Kaji frekuensi mual muntah, ment
1. Penurunan intensitas durasi, tingkat keparahan, 1. Untuk menentukan intervensi yang
terjadinya mual penyebab . akan diberikan.
muntah 2. Anjurkan pasien makan sedikit
2. Penurunan frekuensi demi sedikit tapi sering. 2. Makan sedikit demi sedikit tapi
mual muntah sering dapat meningkatkan intake
3. Anjurkan pasien makan selagi
nutrisi.
makanan masih hangat. 3. Makan makanan dalam kondisi
W hangat dapat menurunkan rasa mual
4. Delegatif pemberian terapi sehingga intake nutrisi dapat
1. Pasien tidak antiemetik. ditingkatkan.
mengalami penurunan 4. Antiemetik dapat digunakan sebagai
BB atau mengalami terapi farmakologis dalam
peningkatan BB. manajemen mual dengan
menghambat sekresi asam lambung.


Weight Management

1. Timbang BB pasien jika
Weight
memungkinkan dengan teratur.
2. Diskusikan dengan keluarga dan Manage
pasien pentingnya intake nutrisi ment
dan hal-hal yang menyebabkan 1. Dengan menimbang BB dapat
penurunan BB. memantau peningkatan dan
penurunan status gizi.
2. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang adekuat.







III. Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. (2011).Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan


keperawatan Medikal Bedah.Jakata : Salemba Medika.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier.Jakarta : Salemba Medika.

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC

Suriadi dan Yuliani, Rita. (2010).Asuhan Keperawatan Pada AnakEdisi


2.Jakarta : Sagung Seto.

Banjarmasin, April 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,






(.) ()

Anda mungkin juga menyukai