Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTIRITIS

Oleh :
1. Diah Mei Ratih W (181301010)
2. Dyah Ratna Alvia (181301014)
3. Eka Evin Lina Sugiati (181301015)
4. Fatimmatuz Zahroh (181301019)
5. Fitri Puspita Anggraini (181301023)
6. Nanin Fauziah (181301041)
7. Siti Aisah (181301056)
8. Ummu Hanifah Hamid (181301059)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB


JOMBANG 2019/20120
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulisan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah II” dan tak lupa juga kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dan
telah mendorong penulis untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para pembaca memiliki
pemahaman yang baik berkaitan dengan eklamsia, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua
kalangan pelajar.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Jombang, April 2020

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar
masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang
terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau
gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak
faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial
ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang
mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-
tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah
sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang
mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra
ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik
dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian
berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya
ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang
berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi,
dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua
warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga
sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari
keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih
dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan
dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan
makalah keperawatan medikal bedah dengan judul gastroenteritis.
2.2 RUMUSAN MASALAH
2.3 TUJUAN
BAB II
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
(Suharyono: 2008).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata: 2006).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau
setengah cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari
biasanya (Priyanta: 2009).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume, dan
kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil usus
kecil diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius. Penyebab umum
adalah infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan penyakit sistemik. (Black
Joyce, Hawks Jane, 2010)
Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi
tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan
air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24
jam.
B. ETIOLOGI
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
i. Faktor Infeksi
 Infeksi Virus
a. Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau
disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada
musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan
penurunan HCC.
b. Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
c. Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
d. Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

 Bakteri
a. Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling
tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam.
Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang
dalam darah
b. Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada
peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses
Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan
pada feses selama berbulan-bulan.
c. Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat
sakit.
d. Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi
klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang
terjadi
e. Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada
feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.

f. Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan


endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di
usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit.
Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai
muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang
terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis
dan seperti cucian beras.
 Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.albicans).
 Infeksi parenteral;
Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
ii. Faktor Non Infeksi
 Malabsorbsi,
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

 Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk


alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive
enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air
yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

C. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan
oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1
minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

D. MANIFESTASI KLINIK
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena
sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan.
a. Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.
b. TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal.
c. Turgor normal.
d. Mukosa sedikit kering.
e. Urin sedikit mengurang.
Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9 % berat badan
a. Haus meningkat.
b. Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat.
c. Turgor menurun.
d. Membran mukosa kering.
e. Ubun-ubun normal.
f. Setatus mental normal sampai lesu.
g. Keluaran urin mengurang.

Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan


a. Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.
b. Nadi capat dan halus kadang takteraba, TD menurun.
c. Haus meningkat.
d. Keluaran urin tidak ada.
e. Ubun-ubun cekung.

E. KOMPLIKASI
Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul:
a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan
dengan tanda mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata
cekung.
b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume
cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan
sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat
nenimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah
menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstrenitas dingin dan kadang
sianoar.
c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung).
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit
seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot sekeleta dan jantung.
Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan
kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang
kurang menyebabkan bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan
kelemahan dan hipotoni otot.
d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen
terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh
yang mengakibatkan asidosis metabolik sehingga aliran darah tidak lancar, suplai
darah diutamakan keorgan-organ tubuh yang vital.

e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis,
badan lemas.
f. Asidosi metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH darah
menurun (menjadikan lebih asan/asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme
dengan menggunakan CO2 sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam
laktat maka terjadi asidosis metabolis.

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L
(Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan


glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-
14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari
dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungki kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyakan air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonusdan turgor kulit berkurang feses
semakin cair, muntah, kehilangan, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi
buang air besar lebih dari 4x dengan konsisten enceer.
1. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
2. Riwayat Psikososial keluarga
3. Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala :
1) Anoreksia : mual-mual
2) Penurunan barat badan
3) Taktoleran pada diare/sensitif misal : produk susu, makanan
berlemak.
Tanda:
1) Penrunan lemak subkutan/masa otot
2) Kelemahan tonus otot buruk dan turgor kulit buruk
3) Membran mukosa pucat
b. Pola eleminasi
Gejala :
1) Episode diare yang tidak diperkirakan, hilang timbul, sering tidak
terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak
(steatorea) : melena
2) Kontipasi hilang timbul
3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
c. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktivitas/kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit
d. Pola persepsi
sensori Gejala :
1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan
bawah: nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum)
2) Nyeri tekan menyebar kebagian periumbelikal
3) Titik nyeri berpindah, nyerim tekan (artritis)
4) Nyeri mata fotofobia (iritasi)
e. Pola hubumgan dengan orang lain
Gejala :
1) Masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi,
ketidakmampuan aktif secara sosial
4. Pengkajain fisik
a. Keadaan umum pasien
Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenteritis belum ada dehidrasi
keadaan umum baik, dehidrasi sedang keadaan umumnya cukup, pada
dehidrasi berat keadaan umumnya buruk .
b. Kesadaran
Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dibagi menjadi 3
kriteria :
 Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan lingkungan.
Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien meihat pada anda dan
berespon sempurna serta sesuai dengan rangsangan.
 Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klien sadar namun tidak menuntut
kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang jatuh pada tingkat
kesadaran letergia (ketika diajak bicara dengan suara keras, pasien
terlihat mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada anda,
memberikan respon terhadap pertanyaan).
 Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika diguncangkan
dengan perlahan pasien membuka matanya dan melihat pada anda tetapi
memberikan respon dengan lambat dan agak sedikit bingung). Dapat
juga masuk pada tingkat kesadaran stupor (kesadaran terhadap diri dan
lingkungan minimal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan yang
menyakitkan secara berulang, pasien tetap tek tersadarkan dengan matanya
terpejam.
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal yaitu kurang dari
120/80 mmHg.
2) Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari 37,5°C.
3) Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari 100X/ menit.
4) Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis dengan belum adanya
dehidrasi masi batas normal yaitu 24X/menit. Namun pada klien
gastroenteritis dengan dehidrasi sedang dan dehidrasi berat
pernafasannya mengalami penurunan dari ambang normal kurang dari
24X/menit.
d. Keadaan
1) Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran, dan tekstur, kulit
kepala, termasuk warna (pucat), tekstur, penyebaran rambut dan lesi.
2) Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat kelainan
quadrantik, seklera dan konjungtiva bisa terjadi interik.Kelopak mata
biasa terladi anameris.

3) Daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga : biasanya ditemukan


kemungkinan penurunan ketajaman pendengaran.
4) Hidung : tidak mrendapat keluhan .
5) Mulut dan faring : inspeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat).
6) Leher : palpasi kelenjar limfe, inspeksi kelenjar hiroid.
7) Toraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi penurunan kurang
dari 24X/menit, iramanya lemah, kedalaman dan upaya bernafas dalam.
8) Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan.
9) Abdomen : inspeksi (secara berurutan, inspeksi abdumen dengan evaluasi sulit :
warna, jaringan perut, terdapat lesi atau kemerahan), palpasi (timpani diperpusi
diatas lambung, pekak diperpusi diatas hati, limpa dan ginjal). Palpasi terdapat
adanya area nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen.
10) Genitalia, anus dan rektum : biasanya terjadi lesi atau kemerahan pada anus.
11) Ektermitas : biasamya terjadi kelemahan otot ektermitas.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
2. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.

3.3 INTERVENSI GASTROENTERITIS


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Kekurangan volume cairan Tujuan: 1. Observasi 1. Vital sign dapat
dan elektrolit kebutuhan volume tanda vital. dipengaruhi
berhubungan dengan cairan terpenuhi. 2. Observasi cairan
output cairan yang tanda-tanda 2. Untuk
berlebihan. Kriteria Hasil: dehidrasi. mengetahui
tanda-tanda dehidrasi
3. Ukur balance tingkat
tidak ada, mukosa
cairan. dehidrasi.
mulut dan bibir
4. Berikan dan 3. Balance cairan
lembab, balance cairan
anjurkan seimbang,
seimbang, turgor kulit
keluarga dehidrasi
elastis.
untuk teratasi.
memberikan 4. Terapi cairan
banyak disesuaikan
minum air dengan
putih (2.000– dehidrasi.
2.500
cc/hari).
5. Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
terapi cairan,
pemeriksaan
Lab.
Elektrolit.
Penurunan nutrisi kurang Tujuan: Kebutuhan 1. Hitung 1. Untuk
dari kebutuhan tubuh nutrisi terpenuhi. kebutuhan mengganti
berhubungan dengan cairan cairan yang
mual dan muntah Kriteria Hasil: 2. Kaji pola keluar.
a. Intake nutrisi nutrisi dan 2. Untuk
meningkat. perubahan mengetahui
b. Diet habis 1 porsi yang terjadi perkembangan
yang disediakan 3. Timbang BB status nutrisi
c. Mual muntah tidak klien klien.
ada 4. Kolaborasi 3. Untuk
dengan tim
d. Berat badan naik gizi. mengetahui
5. Beri diet kebutuhan
dalam kondisi
hangat, porsi nutrisi pasien.
kecil tapi 4. Untuk
sering.
memenuhi
nutrisi sesuai
dengan diit
5. Untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
Resiko kerusakan integritas Tujuan: 1. Kaji 1. Untuk
kulit berhubungan Kerusakan integritas kerusakan mengetahui
dengan seringnya BAB kulit teratasi. kulit atau tanda-tanda
Kriteria Hasil: iritasi setiap iritasi pada kulit
Kulit utuh dan tidak BAB. misal:
ada lecet pada area
2. Ajarkan kemerahan
anus
selalu cuci pada luka
tangan 2. Untuk
sebelum dan mempertahanka
sesudah n teknik aseptic
mengganti atau antiseptic
pakaian. 3. Untuk
3. Hindari menghindari
pakaian dan pada daerah
pengalas anus terdapat
tempat tidur kuman, bakteri,
yang lembab karena bakteri
4. Observasi suka daerah
keadaan yang lembab
kulit 4. Pada daerah ini
5. Bersihkan meningkat
perineal resikonya untuk
dengan air kerusakan dan
hangat, memerlukan
terutama pengobatan
selama lebih intensif
periode 5. Dengan
diare. menggunakan
air hangat bisa
membantu
meredakan rasa
gatal atau sakit
disekitar intim,
serta dapat
memberishkan
daerah
perineum

Anda mungkin juga menyukai