Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus
dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena banyaknya cairan
yang keluar karena gangguan tersebut.
Gastroenteritis /Diare seringkali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia
setiaptahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001)
diaremerupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar
padabalita. Gastroenteritis / Diare akut meskipun biasanya dapat
sembuhsendiri,dapat juga mengancam kehidupan bila tidak segera
ditanganidengan tepat
Gastroenteritis /Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit,
mengakibatkan pasien menderita dehidrasi asidosis, bila masih berlanjut akan
terjadi asidosis metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam
keadaan renjatan (syok).
Oleh karena itu perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare
serta derajat dehidrasi pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi
pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat
untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
diare, pencegahan, dan penanganan

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
2. Apa etiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
3. Bagaimana klasifikasi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
4. Bagaimana patofisiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Gastro Enteritis
Dehidrasi?
7. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Gastro Enteritis
Dehidrasi?

1.3 Tujuan Penulisan


 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit
Gastro Enteritis Dehidrasi agar dapat memeberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Gastro Enteritis Dehidrasi sebaik mungkin.
 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Gastro Enteritis
Dehidrasi
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Gastro Enteritis
Dehidrasi
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Gastro Enteritis
Dehidrasi
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Gastro Enteritis
Dehidrasi
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari
Gastro Enteritis Dehidrasi
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada
penderita Gastro Enteritis Dehidrasi

2
7. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai
pada Gastro Enteritis Dehidrasi

1.4 Manfaat
 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang
konsep dasar Gastro Enteritis Dehidrasi dan Asuhan Keperawatannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan
diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (
Marlenan Mayers,1995 ).
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di
seluruh permukaan bumi.
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disebabkan output melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.
Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai
gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekuarangan air ( watter
deflection ), kekurangan natrium ( sodium deflection ), serta kekurangan air
dan natrium secara bersama-sama ( prescilla 2009 ),
Jadi, Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus
halus dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena
banyaknya cairan yang keluar karena gangguan tersebut.
Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:
a. Pada bayi dan anak-anak
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari
BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat
kali perhari BAB.
b. Pada orang dewasa
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam
2 jam BAB.

4
Jenis-jenis diare:
a) Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir
kurang dari 14 hari.
b) Disentri
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces
sedikit-sedikit.
c) Diare persisten
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut
atau disentri.
Gastroenteritis bisa mengakibatkan sesorang mengalami dehidrasi,
dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
d) Dehidrasi ringan
Tanda-tanda: ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing
normal.
e) Dehidrasi sedang.
Tanda-tanda: gelisah, sangat haus, nadi dan pernafasan agak cepat,
ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
f) Dehidrasi berat
Tanda-tanda: apatis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekana darah
turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat
jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.

Atau yang dikatakan dehidrasi bila:


 Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
 Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
 Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.

5
2.2 Etiologi
Penyebab dari Gastroenteritis dehidrasi antara lain :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Virus
1) Retavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
2) Enterovirus
 Biasanya timbul pada musim panas.
3) Adenovirus
 Timbul sepanjang tahun.
 Menyebabkan gejala
 la pada saluran pencernaan/pernafasan.
b. Bakteri
1) Stigella
 Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
 Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
 Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
 Muntah yang tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Sel batang dalam darah
2) Salmonella
 Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
 Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
 Mungkin ada peningkatan temperature.
 Muntah tidak menonjol.
 Sel polos dalam feses.
 Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.

6
 Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-
bulan.
3) Escherichia coli
 Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin.
 Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

2. Faktor Non Infeksiosus


a. Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,
maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa,
fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
 Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
 Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk
alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive
enteropathy/CMPSE).
c. Faktor Psikologis
 Rasa takut,cemas.
Etiologi Gastroenteritis
Faktor Penyebab Patogenesis
(predisposisi)
Infeksi virus, Norovirus atau Norwalk merupakan penyebab utama
berkisar 50-70% gastroenteritis viral di Amerika Serikat. Cara transmisi
dari kejadian adalah fekal-oral,manusia ke manusia, air yang
gastroenteritis terkontaminasi feses norovirus. Masa inkubasi 12-48
(RSW,2008) jam dengan gejala awal mual,diare, muntah,nyeri
kepala dan hipertermi (RSW,2008).
Agen virus lainnya yang juga menyebabkan
gastroentritis viral(Thielman, 2004), meliputi :

7
caliciviruses,rotavirus,adenovirus,parvovirus,astrovirus,
coronavirus, pestivirus dan torovirus.
Infeksi bakteri, Berbagai agen bakteri yang masuk kesaluran
berkisar 15-20% gastrointestinal dapat memberikan respons peradangan.
dari kejadian Pada kondisi di Indonesia dengan higienis dan sanitasi
gastroentritis yang kurang,seperti pada musim penghujan, dimana air
(Diskin,2008) membawa sampah dan kotoran lainnya, juga pada
waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari
apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar sehingga
penularaan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih
kurang sehingga terpaksa menggunaakan air seadanya,
dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, meningkatkan transmisi ke bakteri.
Cara transmisi adalaah fekal-oral,manusia ke manusia,
air yang terkontaminasi feses dengan bakteri
(diskin,2008), meliputishigella,salmonella,C.jejuni,
yersenia enterocolitica, E.coli, V.Cholera, aeromonas,
B.Cereus,C.difficile, Clostridium perfringens, listteria,
M avium-intracellulare
(MAI),immunocompromised,prodividencia,
Vparahaemolyticus dan V. Vulnificus.
Infeksi parasit, Berbagai agen paarasit bisa menginvasi saluran
berkisar 10-15% gastrointetinal dan memberikan respons peradangan
dari kejadian dengan manifestasi diare,mual dan muntah. Agen
gastroenteritis parasit tersebut meliputi : Giardia, amebiasis,
(musher,2004) cryptosporidium dan cylospora.
Toksisitas Kondisi toksisitas makanan bisa memberikan respons
makanan peradangan dengan manifestasi diare. Agen toksisitas
(CDC,2006) bisa dihasilkan oleh toksin (S.aureus, B.cereus) dan
postkolonisasi kuman(V.cholera, C.perfringens,
enterotoxigenic, E.coli, Aeromonas)

8
Keracunan kerang Beberapa makanan dari laut seperti kaarang dan
dan binatang dari beberapa binatang laut yang masuk ke saluran
laut (CDC,2006) gastrointestinal akan memberikan respons inflamasi
dan memberikan manifestasi gangguan
gastrointestinal.beberapa kondisi keracunan bahan laut
dibagi menjadi :
- Pralytic shellfish poising (PSP) –Saxitoxin
- Neurologic shellfish posoning (NSP) – Berevetoxin
- Diarrheal shellfish poisining (DSP) – Okadaic acid,
- Amnesic shellfish posoning – Domoic acid
- Ciguatera (ciguatoxins)
- Scombroid (melakukan konversi histidine menjadi
histamine )
Obat-obatan Berbagai agen obat dapat memberikan respons
(Thielman, 2004) peradangan pada mukosa saluran gastrointestinal dan
memberikan manifestasi peningkatan diare. Agen obat
yang berhubungan peradangagastrointestinal,meliputi
hal-hal berikut :
- Antibiotik,berhubungan dengan perubahan flora
Normal
- Laksatif,termasuk magnesium yang ada di dalam
Antasida
- Quinidine
- Kolinergik
- Sarbitol
Makanan dan Pada kondisi kekurangan zat gizi ; kelaparan ( perut
minuman kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang
(Day,2007) cukup lama,kemudian diisi dengan makanan dan
minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang
bersamaan,terutama makanan yang berlemak,terlalu
manis,banyak serat,atau dapat juga karena kekurangan
zat putih telur akan meningkatkan respons saluran

9
gastrointestinal dan terjadi peradangan.

2.3 Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia
Lambia, Cryptosporidium ) .
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia ), gangguan gizi ( intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-
gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh
bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang
berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga
penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar
disertai elektrolit.

10
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri
dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin,
kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan
elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.

2.4 Manifestasi Klinis

1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering


2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Malaise
(Cecyly, Betz.2002)

Adapun tanda dan gejala dehidrasi yang lebih spesifik dibagi menjadi 3
bagian
Yaitu :
1. Dehidrasi ringan
 diare: bab kurang dari 4 kali sehari
 muntah sedikit, rasa haus normal
 denyut nadi normal, atau meningkat
 membran mukosa kering
 berat badan turun : anak 3% dan bayi 5%
 tekanan darah dalam batas normal
 turgor kulit kurang baik
2. Dehidrasi sedang
 kehilangan berat badan : 6% dan bayi 10%
 mengantuk dan lesu
 pucat

11
 diare 4-10 kali sehari
 muntah beberapa kali
 exremitas dingin
 mata cekung, mulut/lidah kering
 turgor kulit tidak kenyal
 nafas dan denyut nadi agak cepat
 ubun-ubun cekung
3. Dehidrasi berat
 sangat mengantuk, lemah
 diare lebih dari 10 kali sehari
 sering muntah
 air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering
 kulit dicubit kembali sangat lambat
 nafas dan denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun sangat
cekung
 berat badan turun: anak 9% dan bayi 15%

Tabel metode sistem skor dehidrasi dari Maurice King (1974)


SKOR 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah,cengeng,menga Delirium,koma,gejal
ntuk,apatis a syok
Elastisitas kulit Normal Sedikit kering Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat Cekung
Ubun-Ubun Normal Sedikit cekung Sangat Cekung
besar
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi Normal Sedang (120-140) Lemah > 140
Skor
0-2 : Dehidrasi ringan
3-6 : Dehidrasi sedang
7-12 : Dehidrasi berat

12
(welch,T,2004 )

Metode perhitungan kebutuhan hidrasi


BJ Plasma – 1,025 x BB (kg) x 4 ml
0,001
Contoh : Pria BB 40Kg dengan BJ plasma pada saat itu 1,030,maka kebutuhan
cairan untuk rehidrasi inisial :
1,030 – 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml
0,001
( Margon – Walten 1999 )
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.6 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik, Terjadi pada dehidrasi berat akibat kehilangan
cairan yang besar, maka jantung akan bekerja lebih cepat.

13
3. Kejang dan malnutrisi energi protein Dapat terjadi karena serum natrium
> 165 m.mol kehilangan air sama dengan kehilangan natrium, biasa
terjadi setelah inteke cairan hypertonik selama diare.
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia, Kalium rendah < 3,5 keletihan otot, kembung. Ileus
paralitik terjadi karena kurangnya total kalium tubuh (deplesi kalium)
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

2.7 Penatalaksanaan Medis


1) Pemberian cairan

a. Cairan per oral.


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan oralit, NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat
dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan RL (Ringer
Laktat) diberikan tergantung berat/ringan dehidrasi, yang

14
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
a) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/ oral kemudian 125 ml/ kg / hari
b) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /
hari
c) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB oralit per
oral.

2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien


dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan :
a. Memberikan asi.
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

3) Obat-obatan.
a. Obat anti sekresi.
b. Obat anti spasmolitik.
c. Obat antibiotik.

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan


Penyakit diare walaupun semua tidak menular (misal diare karena faktor
malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan
perlengkapan cuci tangan untuk mecegah infeksi (selalu tersedia disinfektan
dan air bersih) serta tempat pakaian kotor sendiri. Masalah pasien diare yang
perlu dipertahankan adalah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan

15
nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman.
Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

1) Bila dehidrasi masih ringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas setiap kali


setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit; seperti
oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garam denan 1
gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam 1 sendok teh gula
pasir dan 1 ju,put garam dapur. Pengganti air matang dapat teh atau air
tajin. Cara melarutkan oralit lihat petujuk kemasanya karena ada yang 1
liter atau 1 gelas.untuk bayi dibawah umur 6 bulan,oralit dilarutkan 2
kali lebih encer ( untuk 1 gelas menjadi 2 gelas). Jika anak terus muntah/
tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde. Bila pemberian
cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan
Ringer Laktat (RL) atau cairan lain yang tersedia setempat jika tidak ada
RL (atas persetujuan dokter).yang penting diperhatikan adalah apakah
tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan
untuk segera mengatasi dehidrasi.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebuh cepat, selanjutnya secara
rumat (lihat kecepatan pemberian infus). Untuk mengetahui kebutuhan
sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh
dapat dihitung dengan cara:
a. Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai
dengan set infus yang dipakai). Contoh: tetesan per menit 12
tetes: banyaknya cairan yang habis (masuk ke dalam tubuh)
dalam 1 jam ialah 12x60/15=48cc (bila pada set infus yang
setiap cc-nya berisi 15 tetes). Jika kontrol cairan dilakukan

16
setiap 2 jam berarti 48x2 = 96cc. Berikan tanda batas cairan
pada waktu memantau tersebut pada botol infusnya
b. Perhatikan tanda vital : denyut; nadi, pernapasan, suhu dan
tekanan darah. Bila masih terdapat hipotensi beritahu dokter
apakah kecepatan tetesan perlu ditambah (keadaan ini dapat
terjadi pada pasien kolera)
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
d. Berikan minum teh/ oralit 1-2 sendok setiap jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering
e. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak atau secara realimentasi.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
GASTROENTERITIS DEHIDRASI

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Primer
a. Airway
Klien dengan gastroenteritis biasanya didapatkan kondisi
dengan karakteristik adanya mual dan muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan.
Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu

b. Breathing
Pada klien GED dapat ditemkan abnormalitas metabolik atau
ketidak seimbangan asam basa yang dapat menimbulkan gangguan
pernapasan. Emergency treatment:
1) Kaji respiratory rate
2) Kaji saturasi oksigen
3) Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan
saturasi > 92%
4) Auskultasi dada
5) Lakukan pemeriksaan rontgent

c. Circulation
Pada klien GED ditemukan penurunan kadar kalium darah di
bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) sehingga menyebabkan
disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi
ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur). Emergency treatment:
1) Kaji denyut jantung
2) Monitor tekanan darah
3) Kaji lama pengisian kapiller
4) Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi

18
5) Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
6) Catat temperature
7) Lakukan kultur jika pyreksia
8) Lakukan monitoring ketat
9) Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.

d. Disability
Pada klien GED terjadi penurunan tingkat kesadaran karena
dehidrasi dengan gejala seperti gelisah, kulit yang lembab, lengket
dan dingin dan berkeringat tidak muncul sampai total volume darah
yang hilang sebesar 10-20% sehingga dapat menyebapkan
terjadinya syok hipovolemik. Emergency treatment :
1) Pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, curah jantung,
refleks korneal, batuk dan muntah, tonus otot dan
pergerakan motorik.
2) Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap
stimulus.
3) Tinggikan bagian kepala sampai 45 derajat, bergantung
pada kondisi pasien.

e. Exposure
Klien GED biasanya mengalami dehidrasi akibatnya dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder.
Emergency treatment:
1) Kaji riwayat sedetil mungkin
2) Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
3) Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
4) Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
5) Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?

19
6) Lakukan pemeriksaan abdomen
7) Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
8) Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur
dan sensitivitas
9) Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai
hasil kultur diketahui
10) Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur
diketahui
11) Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan
umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun
atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah
atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,
waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu

20
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun,
mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap
dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .

21
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 3
detik, suhu meningkat > 37,50 C, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 3 detik,
kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi,
hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
j. Terapi
Rehidrasi
a) Jenis cairan
Cara rehidrasi oral :
 Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
 Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
Cara parenteral
 Cairan I : RL dan NS
 Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

22
 HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus
pada diare usia > 3 bulan.
b) Jalan pemberian
 Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran
baik)
 Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan,
kesadran menurun)
 Jumlah Cairan ; tergantung pada :
 Defisit ( derajat dehidrasi)
 Kehilangan sesaat (concurrent less)
 Rumatan (maintenance).
 Jadwal / kecepatan cairan
 Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3
gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka
pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1
gls.
Terapi standar pada anak dengan diare sedang : +
50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan
2. Ketidakefektifan pola napas b/d abnormalitas metabolik atau ketidak
seimbangan asam basa
3. Hipertermi b/d terjadinya dehidrasi
4. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d
output cairan yang berlebihan.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
6. gangguan integritas kulit b/d iritasi, frekuensi BAB yang berlebihan

23
24
4. Perencanaan
1. Ketidakef Setelah dilakukan asuhan 1. Pastikan kepatenan jalan 1. untuk membuka jalan nafas
ektifan keperawatan …x 24 jam napas
bersihan diharapkan bersihan jalan 2. Kaji adanya penyumbatan 2. untuk mengetahui adanya
penyumbatan pada jalan nafas
jalan nafas mencapai skala (5) jalan napas seperti air
napas b/d dengan kriteria hasil : ludah, muntahan, dan
sekresi secret.
1. Menunjukan jalan 3. untuk mencegah aspirasi ludah atau
yang 3. Pasien dimiringkan ke
muntahan
tertahan nafas yang paten (k kanan untuk mencegah
aspirasi ludah atau
lien tidak muntahan.
4. untuk menghindari jalan nafas yang
merasakan 4. Lidah dijaga agar tidak
terhalangi
menghalangi jalan nafas
tercekik, irama
atau tergigit.

nafas, frekuensi 5. Siapkan alat bantu untuk 5. alat bantu dibutuhkan ketika tindakan
menolong jalan napas jika mandiri membuka jalan nafas tidak
pernapasan menunjukkan perubahan
perlu
dalam rentang nor

25
6. mangauskultasi suara nafas untuk
mal, tidak ada suar 6. Auskultasi suara nafas mengetahui area adanya sumbatan

a nafas abnormal 7. Monitor TD,nadi,suhu, dan 7. monitor tanda-tanda vital untuk


menunjukkan keadaan umum klien
2. Mampu mengidenti RR

fikasikan dan menc 8. Monitor frekuensi dan


8. frekuensi dan irama pernafasan
egah faktor yang irama pernapasan menunjang perkembangan jalan nafas
yang baik
dapat
9. Jika terjadi perburukan
menghambat jalan jalan napas segera hubungi

nafas ahli anestesi dan bawa ke


ICU

2. Ketidake Setelah dilakukan asuhan 1. RR untuk mengetahui keefektifan pola


fektifan keperawatan …x 24 jam 1. Kaji respiratory rate nafas
pola diharapkan pola
nafas 2. Kaji saturasi oksigen 2. Saturasi oksigen untuk mengetahui
suplai oksigen pada tubuh akibat
napas b/ mencapai skala (5) dengan
pengaruh ketidakefektifan pola nafas
d kriteria hasil : 3. Untuk menghindari hipoksia

26
abnorma 1. menunjukkan
litas jalan 3. Berikan oksigen jika ada

metaboli nafas yang paten hypoksia untuk mempertahankan


k atau (klien tidak mera
ketidak sa tercekik,irama saturasi
4. Auskultasi untuk mengetahui adanya
seimban nafas,frekuensi p 4. Auskultasi suara napas penghalang pada jalan nafas yang
gan ernafasan dalam mempengaruhi pola nafas
5. Status oksigen sebagai tanda
asam rentang normal,ti
keefektifan pola nafas
basa dak ada suara 5. Monitor status oksigen pasien
nafas abnormal)
2. Tanda tanda vital
dalam rentang n
ormal

3. Hiperterm Setelah dilakukan asuhan


i b/d keperawatan …x 24 jam 1. Kaji penyebab hipertermi 1. Mengetahui penyebab peningkatan suhu

terjadinya diharapkan Hipertermi 2. Observasi suhu badan tubuh


dehidrasi mencapai skala (5) dengan

27
kriteria hasil :
3. Beri kompres hangat pada 2. Mengetahui perkembangan suhu badan
1. Suhu tubuh
dahi/axilla selama perawatan
dalam rentang
4. Beri minum sering tapi 3. Kompres hangat untuk mengurangi suhu
normal
sedikit. badan
2. Nadi dan RR
5. Anjurkan pasien untuk 4. Memberikan minum untuk menghindari
dalam rentang
memakaikan pakaian tipis dehidrasi akibat pengeluaran panas.
normal
dan yang dapat menyerap 5. Mengenakan pakaian tipis agar menyerap
3. Tidak ada peruba
keringat. keringat
han warna kulit
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Pemberian antipiretik untuk mengurangi
dan tidak ada
obat antipiretik panas
pusing

28
1. Defisit Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan
volume
keperawatan …x 24 jam
cairan dan 1. Awasi tanda vital, CVP. 1. Memberikan pedoman untuk
elektrolit diharapkan keseimbangan Perhatikan pengisian kapiler penggantian cairan dan mengkaji
kurang dari dan kekuatan nadi perifer respon kardiovaskuler.
cairan mencapai skala (5)
kebutuhan
tubuh b/d dengan kriteria hasil : 2. Pantau tanda dan gejala 2. Penurunan sirkulasi volume cairan
output cairan kekurangan cairan dan menyebapkan kekeringan mukosa dan
1. Tidak terganggu
yang elektrolit pemekat urine. Deteksi dini
denyut perifer
berlebihan memungkinkan terapi pergantian
2. Tidak terganggu
cairan segera untuk memperbaiki
Keseimbangan
defisit.
intake dan output
dalam 24 jam
3. Pantau intake dan output 3. Dehidrasi dapat meningkatkan laju
3. Tidak terganggu
filtrasi glomerulus membuat keluaran
Kelembapan
tak aadekuat untuk membersihkan sisa
membrane mukosa
metabolisme.
4. Tidak terganggu
Hematocrit
4. Pertahankan pencatatan 4. penggantian massif/cepat dengan tipe
5. Tidak terganggu
kumulatif jumlah cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan
Turgor kulit
pemakaian cairan pemberian memerlukan tabulasi ketat
untuk mencegah ketidkseimbangan
dan kelebihan cairan

29
5. Timbang berat badan tiap 5. Mendeteksi kehilangan cairan ,
hari penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt

6. Anjurkan keluarga untuk 6. Mengganti cairan dan elektrolit yang


memberi minum banyak hilang secara oral
pada kien, 2-3 lt/hr

7. Cairan parenteral ( IV line ) 7. Mengganti cairan dan elektrolit secara


sesuai dengan umur adekuat dan cepat.

8. Selidiki mental perubahan 8. Penyimpangan pada tingkat kesadaran


dapat mengindikasikan
ketidakadekuatan volume
sirkulasi/penurunan perfusi serebral

9. Kolaborasi : 9. Koreksi keseimbang cairan dan


- Pemeriksaan laboratorium elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) ginjal (kompensasi).

30
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajeman nutrisi 1. Memberikan intervensi yang sesuai
nutrisi keperawatan …x 24 jam 1. Kaji alergi pada pasien dan tepat kepada pasien
kurang dari diharapkan status nutris 2. Tanyakan makanan 2. Memampukan pasien untuk memilih
kebutuhan mencapai skala (5) dengan kesukaan pasien makanan yang dapat dinikmati
tubuh b/d kriteria hasil : 3. Anjurkan masukan kalori 3. Menambahkan diet yang tepat bagi
mual dan 1. Adanya yang tepat yang sesuai pasien, Memudahkan pencernaan dan
muntah. peningkatan berat dengan kebutuhan penyerapan usus halus sehingga
badan [ ] energi/diet yang sesuai, mengurangi beban kerja usus halus
2. Makanan oral, posrsi kecil namun sering dan mencegah muntah.
pemberian makanan 4. Sajikan diit dalam keadaan 4. Makanan yang hangat menambah
lewat selang, atau hangat nafsu makan klien
nutrisi parenteral 5. Observasi keadaan kulit dan 5. Mengidentifikasi tanda-tanda
oral. [ ] membran mukosa yang malnutrisi
3. Asupan cairan oral kering, turgor kulit, oedema,
atau IV [ ] konjungtiva, rambut.
6. Anjurkan pasien untuk oral 6. Meningkatkan nafsu makan
hygiene
7. Hentikan penggunaan NGT 7. Meningkatkan toleransi pasien
bila pasien sudah toleran terhadap masukan oral.

31
terhadap masukan oral.
Pemantauan Nutrisi
8. Monitor adanya penurunan
berat badan 8. Penurunan BB menunjukan
9. Monitor tipe dan jumlah kekurangan nutrisi
aktivitas yang biasa 9. Menentukan kebutuhan enrgi yang
dilakukan dibutuhkan
10. Ciptakan lingkungan 10. Lingkungan bersih dan tidak bau
nyaman selama klien memberikan kenyamanan pada klien
makan. saat makan.
11. Memberikan waktu istirahat saat
11. Jadwalkan pengobatan dan makan klien
tindakan selama jam makan.
12. Gejala GE dapat menunjukan
12. Monitor mual dan muntah kekurangan efek anemia hipoksia pada
organ.

13. Menentukan apakah pasien 13. Menentukan diet yang tepat


membutuhkan diet khusus

32
14. Monitor kadar albumin, 14. Meningkatkan efektifitas program
total protein, Hb, Kadar pengobatan, termasuk sumber diet
hematokrit. Monitor kadar yang dibutuhkan.
limfosit dan elektrolit

3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Kulit : pengobatan


integritas keperawatan …x 24 jam topical
kulit b/d diharapkan resiko i. pakaikan pasien degan 1. Menghindari kerusakan kulit
iritasi, kerusakan integritas kulit pakaian longgar
frekuensi mencapai skala (5) dengan ii. Jaga kebersihan kulit agar 2. Menjaga kebersihan dan kelembaban
BAB yang kriteria hasil : tetap bersih dan lembab kulit agar oksigen dapat dengan
berlebihan 1. Integritas kulit mudah masuk ke pori-pori
yang baik bisa iii. Monitor kulit akan adanya 3. Mencegah iritasi yang bisa merusak
dipertahankan kemerahan kulit
2. Tidak ada lesi atau iv. Mobilisasi pasien setiap 2 4. Menghindari lecet akibat kelamaan
luka pada kulit jam, menurut jadwal tertekan
tertentu 5. Mencegah terjadinya iritasi dan
v. Berikan antibiotic topical mengoptimalkan fungsi pelindungan
untuk daerah yang terkena dan kelembaban kulit agar tidak

33
dengan tepat kering

34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus
dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena
banyaknya cairan yang keluar karena gangguan tersebut.
Penyebabnya terjadi karena faktor –faktor yaitu faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, factor makanan dan factor psikologis.
Gastroenteritis /Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit,
mengakibatkan pasien menderita dehidrasi asidosis, bila masih berlanjut
akan terjadi asidosis metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh
dalam keadaan renjatan (syok).

3.2 Saran

Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit Gastro


Enteritis Dehidrasi (GED) karena akan menjadi fatal jika terlambat
menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada
klien dan keluarga agar mereka faham dengan GED dan bagaimana
pengobatannya.

35
36

Anda mungkin juga menyukai