Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi
setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang
dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, terutama yang berusia 3-5 tahun. Saat ini
dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan
sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya berhubungan dengan
kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di negara
tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morniditas dan mortalitas utama
pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan
kepadatan penduduk masih menjadi masalah utama.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a. Agar dapat mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa
b. Agar dapat mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
c. Agar dapat mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
d. Agar dapat mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
e. Agar dapat mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis tuberkulosa
f. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a. Mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa
b. Mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
c. Mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
d. Mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
e. Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis tuberkulosa
f. Mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

BAB 2
TINJAUAN TEORI
J2.1 Definisi
uTuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan
peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa.
m
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di

lsebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra.
aTuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam
htubuh.
Percivall Pott (1973) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa
pterdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga
openyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott (Rasjad, 2007).
s2.2 Etiologi
tPenyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang paling sering menjadi
ipenyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. (Brooks, 2008)
nSpondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh,
g90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe
:bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa atypic. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa
terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi
1sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson
5pada vena paravertebralis (Rasjad, 2007).
22.3 Patofisiologi
1Patogenesis penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri menahan cernaan enzim
lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi imunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat
Jdiinaktivasi, maka bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen
olipid, protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan
imerangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang
ndihasilkannya dapat juga bersifat immunosupresif (Mansjoer, 2000)
Infeksi mycobacterium tuuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi sekunder.
Berkembnagnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan kuman dan ketahanan tubuh
d
klien. Lima stadium perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa, antara lain: (Rasjad, 2007)
a
1. Stadium I (implantasi)
t
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh klien menurun, bakteri akan
e
berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya
:
terjadi pada daerah torakolumbal.
2. Stadium destruksi awal
2Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang
0ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
.3. Stadium destruksi lanjut
1Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta
0pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 23 bulan setelah stadium destruksi
.awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat
1ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus
0vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.
4. Stadium gangguan neurologis
A
Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan
gabses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis
etuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan
:neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
5. Stadium deformitas residual
2Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau
1gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.

L
o
k
a
s
i
:
L
a
m
o
n
g
a
n

A
D
M
2.4 Manifestasi Klinis
ISecara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis pada
N
umumnya, yaitu: (Mansjoer, 2000)
- Badan lemah/ lesu
C- Penurunan berat badan
O
- Nafsu makan berkurang
M
- Demam subfebris
M
- Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila istirahat.
A
- Deformitas tulang belakang
N
- Adanya spasme otot paravertebralis
D
- Nyeri ketok tulang vertebra
E- Gangguan motorik
R- Adanya gibus/kifosis
2.5 Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang belakang terlihat bentuk kifosis
(membungkuk)
J- Palpasi
uDitemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
- Perkusi
m
lTerdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami infeksi

a- Auskultasi
hTidak ditemukan adanya kelainan paru
p2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Penunjang
oAdapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit spondilitis tuberkulosa
santara lain: (Rasjad, 2007)
t1. Pemeriksaan laboratorium
ia. Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis
nb. Uji Mantoux : positif tb
gc. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan Mycobacterium
:d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
e. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
12. Pemeriksaan radiologis
5a. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
2b. Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus vertebra, disertai
1penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan mungkin dapat
ditemukan adanya massa abses paravertebral
Jc. Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis
od. Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang
ie. Pemeriksaan CT scan
nf. Pemeriksaan MRI
2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera mungkin untuk
d
menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia. Pengobatan terdiri atas:
a
(Rasjad, 2007)
t
1. Terapi konservatif, berupa:
e
a. Tirah baring (bed rest)
:
b. Memperbaiki keadaan umum klien
c. Pemasangan brace pada klien, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi
2d. Pemberian obat antituberkulosa
0Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
.a. Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan dosis
1maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
0b. Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
.c. Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
1d. Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang dewasa
0300-400 mg per hari.
e. Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.
A
2. Terapi operatif
gIndikasi operasi yaitu:
ea. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.
:Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa
diberikan obat tuberkulostatik.
2b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus
1debrideman serta bone graft.
c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan
L

oMRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.


kWalaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi klien tuberkulosis tulang
abelakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu
sbila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.
i2.8 Diagnosa, Intervensi, Dan Rasional
:Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
- Gangguan mobilitas fisik
L- Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
a- Perubahan konsep diri : Body image.
- Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
m
o1. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.
na. Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
gb. Kriteria hasil
a- Klien dapat ikut serta dalam program latihan
n- Mencari bantuan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
c. Rencana tindakan
- Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
- Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
- Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
a) mattress
b) Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.
- mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan
d. Rasional
- Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
- Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
- Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
- Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal.
- Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
a. Tujuan
- Rasa nyaman terpenuhi
- Nyeri berkurang / hilang
a. Kriteria hasil
- klien melaporkan penurunan nyeri
- menunjukkan perilaku yang lebih relaks
- memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.
b. Rencana tindakan
- Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
- Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
- Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
- Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
- Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
c. Rasional.

- Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
- Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri
klien.
- Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
- Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot
menjadi lemas dan nyeri berkurang.
- Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan
mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
3. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
a. Tujuan
Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.
b. Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang
positif dalam mengatasi perubahan citra.
c. Rencana tindakan
- Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan
dengan penuh perhatian.
- Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.
- Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan
aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.
d. Rasional
- meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan
perasaan dapat membantu penerimaan diri.
- Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
- Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak
merasa rendah diri.
4. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
a. Tujuan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
b. Kriteria hasil
- Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
- Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
- Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala
kemajuan penyakit.
c. Rencana tindakan
- Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
- Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
- Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
- Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
- Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
- Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

D
M
2.4 Manifestasi Klinis
ISecara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis pada
N
umumnya, yaitu: (Mansjoer, 2000)
- Badan lemah/ lesu
C- Penurunan berat badan
O
- Nafsu makan berkurang
M
- Demam subfebris
M
- Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila istirahat.
A
- Deformitas tulang belakang
N
- Adanya spasme otot paravertebralis
D
- Nyeri ketok tulang vertebra
E- Gangguan motorik
R- Adanya gibus/kifosis
2.5 Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang belakang terlihat bentuk kifosis
(membungkuk)
J- Palpasi
uDitemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
- Perkusi
m
lTerdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami infeksi
a- Auskultasi
hTidak ditemukan adanya kelainan paru
2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Penunjang
p
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit spondilitis tuberkulosa
o
antara lain: (Rasjad, 2007)
s
1. Pemeriksaan laboratorium
t
a. Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis
i
b. Uji Mantoux : positif tb
n
c. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan Mycobacterium
g
d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
:
e. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
2. Pemeriksaan radiologis
1a. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
5b. Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus vertebra, disertai
2penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan mungkin dapat
1ditemukan adanya massa abses paravertebral
c. Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis
Jd. Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang
oe. Pemeriksaan CT scan
if. Pemeriksaan MRI
n2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera mungkin untuk
dmenghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia. Pengobatan terdiri atas:

a(Rasjad, 2007)
t1. Terapi konservatif, berupa:
ea. Tirah baring (bed rest)
:b. Memperbaiki keadaan umum klien
c. Pemasangan brace pada klien, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi
2d. Pemberian obat antituberkulosa
0Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
.a. Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan dosis
1maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
0b. Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
.c. Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
1d. Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang dewasa
0300-400 mg per hari.
e. Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.
2. Terapi operatif
A
gIndikasi operasi yaitu:
ea. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.
:Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa
diberikan obat tuberkulostatik.
2b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus
1debrideman serta bone graft.
c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan
LMRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.
oWalaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi klien tuberkulosis tulang
kbelakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu
abila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.
s2.8 Diagnosa, Intervensi, Dan Rasional
iDiagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
:- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
- Perubahan konsep diri : Body image.
L
- Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
a
1. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.
m
a. Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
o
b. Kriteria hasil
n
- Klien dapat ikut serta dalam program latihan
g
- Mencari bantuan sesuai kebutuhan
a
- Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
n
c. Rencana tindakan
- Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
- Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
- Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
a) mattress
b) Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.
- mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan

d. Rasional
- Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
- Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
- Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
- Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal.
- Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
a. Tujuan
- Rasa nyaman terpenuhi
- Nyeri berkurang / hilang
a. Kriteria hasil
- klien melaporkan penurunan nyeri
- menunjukkan perilaku yang lebih relaks
- memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.
b. Rencana tindakan
- Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
- Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
- Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
- Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
- Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
c. Rasional.
- Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
- Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri
klien.
- Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
- Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot
menjadi lemas dan nyeri berkurang.
- Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan
mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
3. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
a. Tujuan
Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.
b. Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang
positif dalam mengatasi perubahan citra.
c. Rencana tindakan
- Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan
dengan penuh perhatian.
- Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.
- Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan
aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.
d. Rasional
- meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan
perasaan dapat membantu penerimaan diri.

- Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
- Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak
merasa rendah diri.
4. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
a. Tujuan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
b. Kriteria hasil
- Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
- Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
- Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala
kemajuan penyakit.
c. Rencana tindakan
- Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
- Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
- Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
- Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
- Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
- Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

A
D
M
3.2.5 Pemeriksaan Fisik
I Tanda-tanda Vital
N
TD : 100/70 Suhu : 36,6C
Nadi : 80/i Pernapasan : 20/i
C Tinggi Badan : O
Berat Badan :
M
M
1. Kepala
A
Rambut : panjang/pendek/tanpa rambut/ kotor/ mudah rontok/ gatal-gatal
N
Lain-lain : t.a.k
D
Masalah keperawatan : t.a.k
E
R Mata : ikterik/ midriasi/ pakai kacamata/ contact lens/ gangguan penglihatan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan: t.a.k
Hidung : perdarahan/ sinusitas/ gangguan penciuman/ malformasi/ terpasang NGT
JLain-lain : t.a.k
uMasalah keperawatan : t.a.k
m
l Mulut : kotor/ bau/ terpasang ETT/ gudel/ perdarahan/ lidah kotor/ gangguan pengecapan
aLain-lain : t.a.k
hMasalah keperawatan : t.a.k

p Gigi : gigi palsu/ kotor/ kawat gigi/ karies/ tidak ada gigi
oLain-lain : pasien tidak memiliki gigi (tidak sempurna)
sMasalah keperawatan : ganguan pertumbuhan dan perkembangan
tGangguan pemenuhan nutrisi
i
n Telinga : perdarahan/ terpasang alat bantu dengar/ infeksi/ gangguan pendengaran
gLain-lain : t.a.k
:Masalah keperawatan : t.a.k
12. Leher : pembesaran KGB/ kaku kuduk/ terpasang trakeostomi/ JVP
5Lain-lain : t.a.k
2Masalah keperawatan : t.a.k
1
3. Dada
JInspeksi : simetris
oPalpasi : nyeri (-)
iPerkusi : dullness
nAuskultasi : bunyi jantung normal
Masalah keperawatan: t.a.k
d
4. Tangan : luka/ utuh/ lecet/ sianosis/ capillary feril/ clubbing finger/ dingin/ fraktur/ edema
a
Lain-lain : t.a.k
t
Masalah keperawatan : t.a.k
e
:
5. Abdomen
Inspeksi : simetris
2Palpasi : nyeri (-)
0Perkusi : timpani
.Auskultasi : bising usus(+)
1
06. Genitalia : perdarahan/ terpasang kateter/ trauma/ malformasi/ menstruasi/ infeksi/dll
.Lain-lain : t.a.k
1Masalah keperawatan : t.a.k
0
7. Kaki : fraktur/ edema/malformasi/ luka/infeksi/ keganasan/ sianosis/ dingin
A
Lain-lain : kaki klien lemah kesulitan berjalan
gMasalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik
e
:8. Punggung : lordosis/kiposis/ skoliosis/ luka/ dekubitus/ infeksi
Lain-lain : luka, nyeri(+), sedikit membungkuk
2Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman:nyeri
13.2.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik
Tanggal 14 Januari 2013 Nilai Normal
LHb : 12,3 g/dL Hb : 11-16 g/dL (anak-anak)
oHt : 35,2 % Ht : 29-40%
k

aLeu : 11.900/l Leu: 10.000 sel/


sTrombosit : 275.000/l Trombosit : 150.000-450.000sel/
i
:3.2.7 Medikasi/Obat-Obatan Yang Diberikan Saat Ini
- Ceftriaxone 2x1
L- Ranitidine 2x1
a- Genta 2x1
m
o
n
g
a
n

A
D
M
I3.3
NN

Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Dan Rasional


Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
o keperawatan

C
O1
M
M
A
N
D
E
R

J
u
m
l
a
h

Gangguan
rasa nyaman :
nyeri bd luka
post operasi

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
3x6 jam
klien mampu
mengontrol
nyeri dan
menunjukka
n tingakat
nyeri

Kaji tingkat
nyeri, frekuensi,
durasi, dan
karekteristik
nyeri
Berikan posisi
yang nyaman
Ajarkan klien
teknik relaksasi
napas dalam
Monitor
kenyamanan
klien dan

Mengetahui
karakteristik
nyeri
Posisi yg
nyaman
relaksasi otot
Mengontrol dan
mengurangi
nyeri
Mengetahui
tingkat
kenyamanan,

perubahan posisi mengurangi


resiko dekubitus
2 Gangguan
Setelah
Kaji tingkat
Mengetahui
mobilitas
dilakukan
mobilitas klien
tingkat
fisik bd nyeri, tindakan
kemampuan
kelemahan
keperawatan
klien dalam
pada
4x6 jam
melakukan
ekstremitas
klien dapat
aktivitas
1
bawah
melakukan
Berikan alih
Menghindari
5
2
mobilissi
baring sesuai
posisi yang
1
secara
kondisi klien
menyebabkan
optimal
ketidaknyamana
J
o
n dan spasme
i
otot
n
Bantu klien
Kebutuhan
dalam
klien dapat
d
a
memenuhi
terpenuhi
t
kebutuhan
e
:
Bantu klien
Memelihara
mengoptimalkan fleksibilitas
2
gerak sendi
sendi sesuai
0
kemampuan
.
1
Jaga keamanan Memberikan
0
klien
rasa aman bagi
.
klien
1
03
Resiko tinggi Setelah
Inspeksi kulit
Melihat tandapenyebaran
dilakukan
adanya
tanda infeksi,
A
infeksi bd
tindakan
iritasi/kontuinita kemerahan,
g
e
pembentukan keperawayan s
bengkak
:
abses tulang 3x6 jam
Kaji sisi kulit
Mengetahui
resiko
adanya
penyebaran
2
1
penyebaran peningkatan
infeksi
infeksi
nyeri, edema,
L
berkurang,
bau
o
p
o
s
t
i
n
g
:

a
s
i
:

Berikan
perawatan luka
Observasi luka

L
a
m
o
n
g
a
n

suhu badan
normal

Berikan obat
antibiotik sesuai
indikasi

3.4 Implementasi dan Evaluasi


D
Tanggal
Implementasi
x
1 14 Januari
Mengkaji tingkat nyeri
2013
klien

14 januari
2013

Menjaga luka
tidak infeksi
Tidak terjadi
tanda-tanda
infeksi
Menghindari/m
engurari
penyebaran
infeksi
Evaluasi

S : klien mengatakan
nyeri pada tulang
punggung sedikit
berkurang
Memberikan posisi tang O:
nyaman
Klien terlihat meringis
saat berganti posisi
Skala nyeri 3
Mengajarkan klien teknik A: masalah teratasi
relaksasi napas dalam
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Mengkaji tingakat
S : klien mengatakan
mobilitas klien
belum bisa duduk dan
berjalan semenjak post
op

14 januari
2013

Memberikan alih baring


sesuai kondisi klien

O:
Klien bisa
menggearakkan tangan,
kaki klien masih lemah
Segala kebutuhan klien
dibantu oleh keluarga

Menganjurkan klien
membantu memenuhi
kebutuhan klien
Menganjurkan keluarga
menjaga keamanan klien
Melihat adanya infeksi
pada luka

A: masalah belum
teratasi

Mengkaji adanya nyeri,


edema, pus/abses, bau

Melihat adanya
pembengkakan, warna
kulit
Mengukur TTV klien

P : lanjutkan intervensi
S: klien mengatakan
lukanyanyeri, tidak
panas
O:warna permukaan
kulit klien merah muda,
tidak terdapat
pembengkakan/pus, dan
tidak bau
TD:110/70 N: 80
RR:20x/i T:36,7C
A: masakah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
selanjutnya

A
D
M
BAB 4
IPEMBAHASAN
N
Dari gambaran kasus diatas kita dapat mengetahui bahwa kuman mycobacterium tuberculosa
C

O
tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya. Salah
M
satunya adalah tulang belakang. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
M
- Mempunyai riwayat penyakit TB paru
A
Dalam kasus ini klien tidak memilik riwayat TB paru, klien juga tidak mempunyai keluarga
N
yang mempunyai penyakit yang sama. Tetapi klien mempunyai riwayat merokok 1 tahun yang
D
lalu.
E- Menurunnya sistem imun tubuh sehingga kuman bangkit, beredar didalam darah dan
Rmenyerang bagian tubuh yang lemah.
Pada kasus ini klien pernah terjatuh dalam posisi terduduk beberapa kali namun tidak langsung
diobati, sehingga terjadi infeksi pada pada tulang punggung klien. Pada pemeriksaan radiologi,
ditemukan penyempitan diskus intervertebralis yang berada di antara korpus dan mungkin
ditemukan adanya massa abses paravertebral.sehingga dilakukan operasi debridemen spinal.
Berdasarkan teori klien seharusnya dilakukan pemasangan brace/korset untuk membantu
J
meluruskan tulang punggung. Namun pada kasus ini klien belum menggunakan brace/korset.
u
m
l
a
h
p
o
sBAB 5
tPENUTUP
i5.1 Kesimpulan
nSpondilitis tulang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang
gdisebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini merupakan infeksi sekunder dari
:fokus di tempat lain. Gejalanya mirip tuberkulosis paru, ditambah dengan adanya gibbus/kifosis,
nyeri pada punggung, dan gangguan pergerakan tulang belakang. Pemeriksaan kadar LED
1diperlukan untuk melihat adanya infeksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis ditemukan
5penyempitan diskus intervertebralis. Pengobatannya dapat diberikan terapi konservatif dan
2operatif.
15.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan gambaran kasus adalah:
J- Hindari kotak langsung orang dengan klien penyakit menular
o- Kurangi/ berhenti merokok
i- Periksakan diri secepatnya apabila terdapat keluhan yang sama
n- Berikan obat pada klien secara teratur dan sesuai dosis
- Habiskan minum obat antibiotik
d
a
t
e
:
2

0
.
1
0
.
1
0DAFTAR PUSTAKA
A
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC
gDavey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga
eNanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperwatan Definisi & Klasifikasi 2012. Jakarta : EGC
:Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
2Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
1Rasyad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue
Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; hal. 1226-1229
L
o
k
a
s
i
:
L
a
m
o
n
g
a
n

Asuhan Keperawatan dan Laporan


Pendahuluan Spondilitis

Tuberkulosa
Halaman 1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai