1.1.2 Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab
timbulnya bronchopneumonia, yaitu:
1. Bacteria, seperti: Streptococcus, Staphylococcus, H.Influenza, Klebsiella.
2. Virus, seperti: Legionella Pneumoniae.
3. Jamur, seperti: Aspergillus Spesies, Candida Albicans.
1.1.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan agen penyebab yaitu:
1) Pneumonia bacterial
2) Pneumonia atipikal
2. Klasifikasi berdasarkan anatomi yaitu:
1) Pneumonia lobaris
2) Pneumonia lobularis
3) Pneumonia interstisialis
1.1.5.2 Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman
masuk ke dalam alveolus, sehingga terjadi peradangan pada dinding
bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya. Infeksi saluran nafas
bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema pada kapiler dan alveoli. Ekspansi
kuman melalui pembuluh darah masuk kedalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam
usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsidan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Kemudian proses peradangan yang terjadi selalu
dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai
seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4)
tahap, antara lain :
1) Stadium Kongesti (4 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah
yang berdilatasi).
2) Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3) Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4) Stadium Resolusi (7 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua.
1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan bronchopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kelancaran pernafasan
2. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur.
3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan
masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk
mencegah kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5%
dan NaCl 0,9%.
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia
6. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan Penisillin ditambah dengan Cloramfenikol
atau diberikan antibiotic seperti Ampisillin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari.
1.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan bronchopneumonia adalah:
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
4. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
1.2.6 Evaluasi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dispnea.
S: Ibu klien mengatakan klien sesak
O: Klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan, wheezing +/+.
Crakles +/+
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan batuk (+), wheezing (+/+).
S: Ibu klien mengatakan klien batuk dan pilek
O: Batuk (+), pilek (+)
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler ditandai dengan dispnea.
S: Ibu klien mengatakan klien sesak
O: Klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh meningkat.
S: Ibu klien mengatakan klien sudah tidak panas lagi
O: Suhu 36,50C
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi keperawatan 1-4
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan dehidrasi.
S: Ibu klien mengatakan klien hanya mau minum sedikit
O: Klien tampak lemas dan pucat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan mual,
muntah.
S: Ibu klien mengatakan klien mual dan muntah
O: Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan klien tampak lemas.
S: Ibu klien mengatakan klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sendiri
O: Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan 1-4
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA:
Mosby Inc an Affiliate of Elservier.