Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

MEKONIUM ASPIRASI SINDROM

A. DEFINISI
Terisapnya cairan amnion yang tercemar mekonium ke dalam paru yang dapat terjadi pada saat
intra uteri, persalinan dan kelahiran.

Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
terhisapnya mekonnium ke dalam saluran pernafasan bayi.

B. ETIOLOGI
1. Asfiksia fetal
2. Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar
(intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.

C. PATOFISIOLOGI
Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus,
mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia
mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran
darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar. Mekonium
tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan
vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen,
mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan
terjadi pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
2. Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
3. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
4. Apneu (henti nafas)
5. Tampak tanda-tanda post-maturitas (berat badannya kurang, kulitnya mengelupas).
6. Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di dalam cairan
ketuban

E. PENATALAKSANAAN
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke unit
perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan
biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud
untuk melepaskan lendir yang kental.
4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
a. Pemberian terapi surfaktan.
b. Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru
bayi.
c. Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam
ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga lebih
banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero posterior,
hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan terdapatnya pneumothorax (
gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )
2. Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan
penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2

G. KOMPLIKASI
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita mengi
(wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan
perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis jangka
panjang tetap baik.

Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan
mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang
terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian

H. Diagnosa dan Intervensi


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam bersihan jalan nafas
kembali efektif.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat bernafas secara normal tanpa menggunakan otot bantu pernafasan.
2. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
3. Pergerakan nafas normal.
Intervensi :
Manajemen Jalan Nafas:
1. Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada keluarga pasien.
 Rasional : mencegah kesalahfahaman antara perawat dan keluarga pasien serta
meningkatkan pengetahuan keluarga pasien.
2. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot
bantu pernafasan).
 Rasional : sebagai penurunan bunyi nafas menunnjukkan atelektasis, sedangkan
grunting menunjukkan adanya akumulasi sekret pada pulmonal dan edema.
3. Lakukan pengisapan lendir dalam waktu kurang dari 15 detik.
 Rasional : penghisapan lendir dapat mengurangi lendir pada saluran pernafasan
sehingga jalan nafas kembali efektif dan mencegah hipoksia.
4. Atur posisi pasien semi fowler
 Rasional : posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan usaha
bernafas
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian agen mukolitik.
 Rasional : agen mukolitik menurunkan keketalan dan perlengketan sekret sehingga
memudahkan pembersihan jalan nafas.

Monitoring Pernafasan:
1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
 Rasional : Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam
menetukan intervensi yang akan diberikan
2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Rasional : menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan
menetukan intervensi yang akan diberikan
3. Monitor suara napas tambahan
 Rasional : suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan
napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran udara.
4. Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas
cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic
 Rasional : mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola
napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Suctioning Airway:
1. Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
 Rasional : waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan jalan nafas
pasien
2. Auskultasi sura nafas sebelum dan sesudah suction
 Rasional : Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan jalan nafas
untuk memenuhi O2 pasien
3. Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction
 Rasional : memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai indikasi kenapa
dilakukan tindakan suction
4. Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai kebutuhan
 Rasional : untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran infeksi
dan memberikan pasien safety
5. Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg pada
dewasa)
 Rasional : aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
6. Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (MAP
dan irama jantung) sebelum, saat, dan setelah suction
 Rasional : Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan satus hemodinamik, jika
terjadi perburukan suction bisa dihentikan.

2. Ketidakefektifan pola nafas


Tujuan :
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan
pola nafas.
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak sesak nafas
2. RR dalam batas normal
3. Tidak terjadi sianosis
Intervensi :
Manajemen Jalan Nafas:
1. Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan oleh perawat pada
keluarga pasien
 Rasional : mencegah kesalahfahaman antara perawat dan keluarga pasien serta
meningkatkan pengetahuan pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital
 Rasional : peningkatan pernafasan dapat menunnjukkan adanya ketidakefektifan
pengembangan ekspansi paru.
3. Kaji bunyi nafas.
 Rasional : indikasi adanya edema paru sekunder akibat cedera pulmonal.
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian O2.
 Rasional : meningkatkan intake O2 dalam tubuh sehingga kebutuhan O2 dalam tubuh
terpenuhi.

Monitoring Pernafasan:
1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
 Rasional : Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam
menetukan intervensi yang akan diberikan
2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Rasional : menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan
menetukan intervensi yang akan diberikan
3. Monitor suara napas tambahan
 Rasional : suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan
napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran udara.
4. Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas
cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic
 Rasional : mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola
napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
3. Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi gangguan
pertukaran gas.
Kriteri hasil :
1. Tidak terjadi dyspnea
2. Tidak ada tanda-tanda sianosis
3. SpO2 dalam batas normal
Intervensi :
Monitor Pernafasan:
1. Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan oleh perawat pada
keluarga pasien
 Rasional : mencegah kesalahfahaman antara perawat dan pasien serta meningkatkan
pengetahuan keluarga pasien.
2. Obserfasi SpO2 dalam darah
 Rasional : penurunan nilai SpO2 dalam darah dapat menunnjukan adanya hipoksemia
dalam tubuh.
3. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer dan
sianosis pusat
 Rasional : sianosis kuku, membran mukosa dan sekitar mulut menggambarkan
vasokontriksi atau respons tubuh terhadap hipoksemia sistemik.
4. Berikan oksigen lembab dengan masker CPAP sesuai indikasi.
 Rasional : meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh pasien sehingga tidak terjadi
hipoksia.

Managemen Asam-Basa:
1. Pertahankan kepatenan jalan napas.
 Rasional : Untuk membuat klien agar bernafas dengan baik tanpa adanya gangguan.
2. Pantau gas darah arteri (AGD), serum dan tingkat elektrolit urine.
 Rasional : Untuk mengetahui tekanan gas darah (O2 dan CO2) sehingga kondisi pasien
tetap dapat dipantau.
3. Monitor hilangnya asam (misalnya muntah, output nasogastrik, diare dan diuresis).
 Rasional : Agar klien tidak mengalami alkalosis akibat kekurangan asam yang
berlebihan dari tubuh.
4. Berikan posisi untuk memfasilitasi ventilasi yang memadai (misalnya membuka jalan
napas dan mengangkat kepala tempat tidur)
 Rasional : Posisi yang tepat menyebabkan berkurangnya tekanan diafragma ke atas
sehingga ekspresi paru maksimal sehingga klien dapat bernafas dengan leluasa.
5. Pantau gejala gagal pernafasan (misalnya PaO2 rendah, PaCO2 tinggi dan kelelahan otot
pernafasan).
 Rasional : Agar perawat cepat mengetahui jika terjadinya gagal nafas sehingga tidak
membuat kondisi klien menjadi semakin buruk.
6. Pantau pola pernapasan.
 Rasional : Sebagai indikator adanya gangguannafas dan indikator dalam
tindakanselanjutnya.
7. Berikan terapi oksigen, jika perlu
 Rasional : Untuk mempelancar pernafasan klien dan memenuhi kebutuhan oksigen
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Arvin BK,Nelson. Ilmu kesehatan anak. Volume ke-1. Edisi ke-15. EGC: Jakarta. 2000. hlm. 600-
1. 2. Clark MB. Meconium aspiration syndrome [internet]. USA: Clark and Associates;
2010. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/9 74110-overview.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby
Elsevier

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,


T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

https://bukusakudokter.org/2012/11/05/sindroma-aspirasi-mekonium/

http://dokumen.tips/documents/lp-mekonium-aspirasi-sindrome.html

https://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/23/sindroma-aspirasi-mekonium-2/

Banjarmasin, Desember 2017


Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai