I. DEFINISI
suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi
suhu tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA
NIC-NOC, 2013).
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang
disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media
klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit
unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang
yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan
frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali
sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali
Gejalanya berupa:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba)
b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi
d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
g) Inkontinensia (mengompol)
h) Gangguan pernafasan
j) Kulitnya kebiruan
a) Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1
c) Mengantuk
berikut ini:
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
1. Kejang absens
konsentrasi penuh
2. Kejang mioklonik
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
kelompok
4. Kejang atonik
IV. PATOFISIOLOGI
Resiko infeksi
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
3. Darah
200 mq/dl)
c. Elektrolit : K, Na
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
1. Pengobatan
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
– 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
2. Pencegahan
demam.
Dapat digunakan :
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15
secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
penunjang
oksigen.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
VIII. KOMPLIKASI
epilepsi di kemudian hari, tetapi resiko ini ada pada anak yang mengalami
beresiko menderita kelainan otak atau encephalopati. Namun kasus ini sangat
jarang terjadi.
maupun kecacatan mental. Salah satu komplikasi dari kejang demam adalah
kemungkinan mengalami kejang demam kembali dikemudian hari. Resiko
1. Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup singkat
2. Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu tinggi
demam.
1. Pengkajian
a. Identitas
jawab.
b. Keluhan utama
kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan
setelah kejang.
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah
bising usus normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada
distensi abdomen
tulang akan tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot
3. Diagnosa Keperawatan
otak
dengan proses 2x24 jam diharapkan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
ada pusing.
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
kriteria hasil:
a. TD sistole dan
mmHg
b. RR normal 20-30
x/menit
x/menit
derajat celcius
e. GCS 456
6. Membatasi pengunjung
menemani pasien
kebisingan
keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
cukup
7. Anjurkan istirahat
kesehatan
dapat melaksanakan
peawatan kejang.
c. Keluarga mengerti
dapat menimbulkan
kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Jakarta
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.
:10.EGC ,Jakarta
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:
Salemba medika.