Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASKEP GAWAT DARURAT PADA ANAK DENGAN

KEJANG DEMAM

Disusun oleh :

Istidianah

Hernawati Bauw

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr SISMADI

PRODI D III KEPERAWATAN

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 1


BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai

akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang

berlebihan (Betz & Sowden,2002).

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak

mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi

pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan

– 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun.

(Nurul Itqiyah, 2008)

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan

fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga

mengakibatkan renjatan berupa kejang.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 2


B. ETIOLOGI

Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran

belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang

demam ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

2. Gangguan metabolik

3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,

bronchitis.

4. Keracunan obat

5. Faktor herediter

6. Idiopatik.

(Arif Mansjoer. 2000).

Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan

Whaley and Wong (1995: 1929)

1.Demam itu sendiri

Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,

pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul

pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui

atau enselofati toksik sepintas.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 3


Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi

kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau

dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam

lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

C. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi

yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa

sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan

diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang

melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh

membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar

yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan

mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut

potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran

ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada

permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan

konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak

seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan

patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 4


Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 -

15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh

tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan

suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam

waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik.

Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel

sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi

kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada

suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai

apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin

meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya

menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan

peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan

permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 5


D. PATHWAY ANAK KEJANG

Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia.


Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

Reaksi inflamasi perubahan konsentrasi ion


di ruang ekstraseluler
Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan neurologis
Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal
ATP ASE
Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera
Dan diit

Kurang informasi, kondisi kurang dari lebih dari 15 menit


Prognosis/pengobatan 15 menit
Dan perawatan perubahan suplay
Tidak menimbulkan Darah ke otak
Kurang pengetahuan/ gejala sisa
Inefektif
Penatalaksanaan kejang resiko kerusakan sel
Cemas Neuron otak
Cemas

Perfusi jaringan cerebral tidak efektif

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 6


E. MANIFESTASI KLINIK

1. Kejang parsial (fokal, lokal)

a. Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

a) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi

tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.

b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,

dilatasi pupil.

c) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,

merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.

d) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b. Kejang parsial kompleks

a) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai

kejang parsial simpleks

b) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–

ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–

ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

c) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)

a. Kejang absens

a) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

b) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung

kurang dari 15 detik

c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan

konsentrasi penuh

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 7


b. Kejang mioklonik

a) Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang

terjadi secara mendadak.

b) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik

berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan

kaki.

c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam

kelompok

d) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik klonik

a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum

pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung

kurang dari 1 menit

b) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih

c) Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.

d) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

a) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan

kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.

b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 8


F. KOMPLIKASI

1.Aspirasi

2.Asfiksia

3.Retardasi mental

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :

1. Kerusakan sel otak

2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15

menit dan bersifat unilateral

3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)

G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

1.Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan

fokus dari kejang.

2.Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya

untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3.Magnetic Resonance Imaging (MRI) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk

memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan

pemindaian CT

4.Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang

yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik

atau aliran darah dalam otak

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 9


5.Uji laboratorium

a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksik dari serum dan urin

e. AGD

f. Kadar kalsium darah

g. Kadar natrium darah

h. Kadar magnesium darah

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Memberantas kejang secepat mungkin

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan

kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan

kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit

suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama

tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga

berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan

penunjang

a. Semua pakaian ketat dibuka

b.Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila

perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 10


d.Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

3. Pengobatan rumat

a. Profilaksis intermiten

Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan

dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil

anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur

4 tahun.

b.Profilaksis jangka panjang

Diberikan pada keadaan

1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam

2) Kejang demam yang mempunyai ciri :

1.Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,

retardasi perkembangan dan mikrosefali

2.Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau

diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap

3.Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik

4.Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan

4. Mencari dan mengobati penyebab

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 11


I. KLASIFIKASI

Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah

1. Kejang demam sederhana

yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman

untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria

Livingstone, yaitu :

a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu

normal tidak menunjukan kelainan.

g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang kompleks

Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria

Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks

diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau

multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat

mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang

dalam riwayat keluarga.

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 12


J. PENCEGAHAN

Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan

kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.

1.Pencegahan berulang

a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang

b. Penkes tentang

1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter

2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer,

cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu

normal pada anak ( 36-37ºC)

3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat

mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat

4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

2.Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :

a. Baringkan pasien pada tempat yang rata

b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh

c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas

d. Lepaskan pakaian yang ketat

e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 13


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. PENGKAJIAN

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut

Greenberg (1980 : 122 – 128)

1. Riwayat Keperawatan

a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga

b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,

gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.

c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh

d. Adanya riwayat trauma kepala

2. Pengkajian fisik

a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba

hangat

b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan

c. Adanya kelemahan dan keletihan

d. Adanya kejang

e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan

kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning

3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan

a. Tingkat perkembangan anak terganggu

b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 14


c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada

waktu sakit.

4. Pengetahuan keluarga

a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang

b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam

c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh

d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

Pengkajian neurologik :

1. Tanda – tanda vital

a. Suhu

b.Pernapasan

c. Denyut jantung

d.Tekanan darah

e. Tekanan nadi

2. Hasil pemeriksaan kepala

a. Fontanel : menonjol, rata, cekung

b.Lingkar kepala : di bawah 2 tahun

c. Bentuk Umum

3. Reaksi pupil

a. Ukuran

b.Reaksi terhadap cahaya

c. Kesamaan respon

4. Tingkat kesadaran

a. Kewaspadaan : respon terhadap panggilan

b.Iritabilitas

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 15


c. Letargi dan rasa mengantuk

d.Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Afek

a. Alam perasaan

b.Labilitas

6. Aktivitas kejang

a. Jenis

b.Lamanya

7. Fungsi sensoris

a. Reaksi terhadap nyeri

b.Reaksi terhadap suhu

8. Refleks

a. Refleks tendo superfisial

b.Reflek patologi

9. Kemampuan intelektual

a. Kemampuan menulis dan menggambar

b.Kemampuan membaca

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUKIN MUNCUL

Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan

carpenito (2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan

kejang demam

1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang

2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 16


3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak

4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1 : Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang

Tujuan: NOC NIC

Setelah dilakukan Pengendalian Resiko Mencegah jatuh

tindakan keperawatan a. Pengetahuan tentang a. identifikasi faktor

selama poroses resiko kognitif atau psikis dari

keperawatan b.Monitor lingkungan pasien yang dapat

diharapkan resiko yang dapat menjadi menjadiakn potensial

cidera dapat di hindari resiko jatuh dalam setiap

c. Monitor kemasan keadaan

personal b.identifikasi

d.Kembangkan strategi mkarakteristik dari

efektif pengendalian lingkungan yang dapat

resiko menjadikan potensial

e. Penggunaan sumber jatuh

daya masyarakat untuk c. monitor cara berjalan,

pengendalian resiko keseimbangan dan

Indkator skala : tingkat kelelahan

1 = tidak adekuat dengan ambulasi

2 = sedikit adekuat d.instruskan pada pasien

3 = kadang-kadan adekuat untuk memanggil

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 17


4 = adekuat asisten kalau mau

5 = sangat adekuat bergerak

DX 2 : Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

Tujuan: NOC NIC

Setelah dilakukan Themoregulation Temperatur regulation

tindakan keperawatan a. Suhu tubuh dalam a. Monitor suhu minimal

suhu dalam rentang rentang normal tiap 2 jam

norma b. Nadi dan RR dalam b.Rencanakan monitor

rentang normal suhu secara kontinyu

c. Tidak ada perubahan c. Monitor tanda –tanda

warna kulit dan tidak hipertensi

warna kulit dan tidak d.Tingkatkan intake cairan

pusing dan nutrisi

Indicator skala e. Monitor nadi dan RR

1. : ekstrem

2 : berat

3 : sedang

4 : ringan

5 : tidak ada gangguan

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 18


DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran

darah ke otak

Tujuan: NOC NIC

Setelah dilakukan Status sirkulasi NIC I: Monitor TTV:

tindakan keperawatan a. TD sistolik dbn a. monitor TD, nadi, suhu,

selama proses b. TD diastole dbn respirasi rate

keperawatan c. Kekuatan nadi dbn b.catat adanya fluktuasi

diharapkan suplai d. Tekanan vena TD

darah ke otak dapat sentraldbn c. monitor jumlah dan

kembali normal e. Rata- rata TD dbn irama jantung

Indicator skala : d.monitor bunyi jantung

1 = Ekstrem e. monitor TD pada saat

2 = Berat klien berbarning, duduk,

3 = Sedang berdiri

4 = Ringan NIC II: Status neurologia

5 = tidak terganggu a. monitor tingkat

kesadran

b.monitor tingkat orientasi

c. monitor status TTV

d.monitor GCS

DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan

dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 19


Tujuan: NOC NIC

Setelah dilakukan Knowledge : diease proses Teaching : diease process

tindakan keperawatan a. Keluarga menyatakan a. Berikan penilaian

keluarga mengerti pemahaman tentang tentang penyakit

tentang kondisi pasien penyakit kondisi pengetahuan pasien

prognosis dan program tentang proses penyakit

pengobatan yang spesifik

b. Keluarga mampu b.Jelaskan patofisiologi

melaksanakan prosedur dari penyakit dan

yang dijelaskan secara bagaimana hal ini

benar berhubungan dengan

c. Keluarga mampu anatomi fisiologi dengan

menjelaskan kembali cara yang tepat

apa yang dijelaskan c. Gambarkan tanda dan

perawat/ tim kesehatan gejala yang biasa

lainya muncul pada penyakit,

Indicator skala : dengan cara yang tepat

1.Tidak pernah dilakukan d.Identifikasikan

2.Jarang dilakukan kemungkinan dengan

3.Kadang dilakukan cara yang tepat

4.Sering dilakukan

5.Selalu dilakukan

D. EVALUASI

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 20


Dx Kriteria hasil Keterangan skala

1 a. Pengetahuan tentang resiko 1 = tidak adekuat

b. Monitor lingkungan yang dapat menjadi 2 = sedikit adekuat

resiko 3 = kadang-kadan

c. Monitor kemasan personal adekuat

d. Kembangkan strategi efektif pengendalian 4 = adekuat

resiko 5 = sangat adekuat

e. Penggunaan sumber daya masyarakat

untuk pengendalian resiko

2 a. Suhu tubuh dalam rentang normal 1. : ekstrem


b. Nadi dan RR dalam rentang normal
2 : berat
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
3 : sedang
warna kulit dan tidak pusing
4 : ringan

5 : tidak ada gangguan

3 a. TD sistolik dbn 1 = Ekstrem

b. TD diastole dbn 2 = Berat

c. Kekuatan nadi dbn 3 = Sedang

d. Tekanan vena sentral dbn 4 = Ringan

e. Rata- rata TD dbn 5 = tidak terganggu

4 a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang 1. Tidak pernah

penyakit kondisi prognosis dan program dilakukan

pengobatan 2. Jarang dilakukan

b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur 3. Kadang dilakukan

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 21


yang dijelaskan secara benar 4. Sering dilakukan

c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa 5. Selalu dilakukan

yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan

lainya

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 22


DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.

Jakarta: EGC.

2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa :

Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC

4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru

5. Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

6. khaidirmuhaj (http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejang-

demam.html)

ASKEP GAWAT DARURAT KEJANG DEMAM Page 23

Anda mungkin juga menyukai