Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES MENUA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun

(Potter & Perry, 2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase

menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya

beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika

manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi

dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan

kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia

lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu

telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,

2004 dalam Psychologymania, 2013).

2. Proses Menua

Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan

pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang

(Nugroho, 2000). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada
saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu

(Stanley and Patricia, 2006).

3. Teori Proses Menua

Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai

berikut :

a. Teori Biologis

1) Teori radikal bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme

yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.

Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim

pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di

dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan

seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,

mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses

penuaan.

Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal

bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan

produk-produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan

sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan

terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena


kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu

fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam

lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan

protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya

untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA.

Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah

dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait

dengan radikal bebas.

2) Teori cross-link

Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul

kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk

senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel, cross-linkage

diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa

antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole &

Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

3) Teori imunologis

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan.

Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami

kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang

masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah

mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini


diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak

adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi

dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk

autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan

integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.

b. Teori Psikososial

1) Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran

masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan

bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab

telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari

pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat

menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang

telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.

2) Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang

sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut

berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang

yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan

yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa

hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi

kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang


berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang

kehidupan.

3) Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan

kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia

dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat

berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan

kualitas hidup.

4. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg

yaitu:

a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama

sisa umurnya.

b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan

pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.

c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait

dengan status kesehatan dan ekonomi

d. Menyiapkan pendapatan yang memadai

e. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal

f. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif

g. Memelihara kebersihan diri


h. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan

teman

i. Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi

j. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan

status

k. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan

l. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit

diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang

yang disayangi; menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi

m. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan

kenyamanan dalam filosofi atau agama.

5. Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania,

2013 batasan lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

6. Pathway Proses Menua

Proses Menua
Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


Penurunan hormon 25 sudah berkurang
(testosteron, growt hormon,
% hingga akhirnya berhenti
estrogen)

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)

7. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
a. Perubahan Organik

1) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.

2) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya

menghilang.

3) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.

4) Jumlah lemak meningkat.

5) Penggunaan oksigen menurun.

6) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.

7) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.

8) Ekskresi hormon menurun.

9) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun

10) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.

11) Lumen arteri menebal

b. Sistem Persyarafan

Tanda:

1) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah

sel neuroglial.

2) Penurunan syaraf dan serabut syaraf

3) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim

4) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.


Gejala:

1) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,

parkinsonisme

2) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat

3) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang

4) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,

dan menekuk ke depan

5) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala

c. Sistem Pendengaran.

Tanda :

1) Hilangnya neuron auditorius

2) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi

rendah

3) Peningkatan serumen

4) Angiosklerosis telinga

Gejala

1) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,

penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan

2) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang

mengganggu, atau bila percakapan cepat.

3) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran


d. Sistem Penglihatan

Tanda :

1) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut

2) Penumpukan pigmen.

3) Penurunan kecepatan gerakan mata.

4) Atrofi otot silier.

5) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa

6) Penurunan sekresi air mata.

Gejala :

1) Penurunan ketajaman penglihatan, lapang penglihatan, dan

adaptasi terhadap terang atau gelap

2) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan

3) Peningkatan insiden glaucoma

4) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian

jatuh

5) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet

6) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

e. Sistem Kardiovaskuler

Tanda :

1) Atrofi serat otot yang melapisi endocardium

2) Aterosklerosis pembuluh darah

3) Peningkatan tekanan darah sistolik.


4) Penurunan komplian ventrikel kiri.

5) Penurunan jumlah sel pacemaker

6) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.

Gejala:

1) Peningkatan tekanan darah

2) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4

terdengar

3) Peningkatan aritmia

4) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi

5) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah

6) Penurunan toleransi

f. Sistem Respirasi

Tanda:

1) Penurunan elastisitas jaringan paru.

2) Kalsifikasi dinding dada.

3) Atrofi silia.

4) Penurunan kekuatan otot pernafasan.

5) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).

Gejala:

1) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi

2) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelectasis

3) Peningkatan resiko aspirasi


4) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia

5) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik

g. Sistem Gastrointestinal

Tanda:

1) Penurunan ukuran hati.

2) Penurunan tonus otot pada usus.

3) Pengosongan esophagus makin lamba

4) Penurunan sekresi asam lambung.

5) Atrofi lapisan mukosa

Gejala:

1) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan

2) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan

melamba

3) Penurunan penyerapan kalsium dan besi

4) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit

divertikuler

h. Sistem Reproduksi

Tanda:

1) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus

2) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi


3) Penurunan hormone dan oosit.

4) Involusi jaringan kelenjar mamae.

5) Poliferasi jaringan stroma dan glandular

Gejala :

1) Kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus

2) Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi

3) Penurunan elevasi testis

4) Hipertrofi prostat

5) Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,

sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan

i. Sistem Perkemihan

Tanda:

1) Penurunan masa ginjal

2) Tidak ada glomerulus

3) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi

4) Perubahan dinding pembuluh darah kecil

5) Penurunan tonus otot kandung kemih

Gejala:

1) Penurunan GFR

2) Penurunan kemampuan penghematan natrium


3) Peningkatan BUN

4) Penurunan aliran darah ginjal

5) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin

residual

6) Peningkatan urgensi

j. Sistem Endokrin

Tanda:

1) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,

androgen, aldosteron, hormone tiroid

2) Penurunan termoregulasi

3) Penurunan respons demam

4) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid

5) Penurunan laju metabolic basal

Gejala:

1) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti

pembedahan

2) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu

3) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa

4) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone

antidiuretic

5) Penambahan berat badan


6) Peningkatan insiden penyakit tiroid

k. Sistem Kulit Integumen

Tanda:

1) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis

2) Pendataran papilla

3) Atrofi kelenjar keringat

4) Penurunan vaskularisasi

5) Cross-link kolagen

6) Tidak adanya lemak sub kutan

7) Penurunan melanosit

8) Penurunan poliferasi dan fibroblast

Gejala:

1) Penipisan kulit dan rentan sekali robek

2) Kekeringan dan pruritus

3) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh

4) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit

5) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan

menyebabkan timbulnya nyeri

6) Penyembuhan luka makin lama


l. Sistem Muskuloskletal

Tanda:

1) Penurunan massa otot

2) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat

3) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi

4) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast

Gejala:

1) Penurunan kekuatan otot

2) Penurunan densitas tulang

3) Penurunan tinggi badan

4) Nyeri dan kekakuan pada sendi

5) Peningkatan risiko fraktur

6) Perubahan cara berjalan dan postur

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang

perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan

kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui

adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :

a. Pemerikasaan hematologi rutin

b. Urin rutin

c. Glukosa
d. Profil lipid

e. Alkalin pospat

f. Fungsi hati

g. Fungsi ginjal

h. Fungsi tiroid

i. Pemeriksaan feses rutin

B. Asuhan Keperawatan Gerontik

1. Pengkajian

Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan

perilaku sosial pada lansia

a. Perubahan fisiologis

1) Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :

Sistem Temuan Normal

Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik

atau bernoda diarea

yang terpajan sinar

matahari, pucat

meskipun tidak anemia

Kelembaban Kering, kondisi


bersisik

Suhu Ekstremitas lebih

dingin, penurunan

perspirasi

Tekstur Penurunan elastisitas,

kerutan, kondisi

berlipat, kendur

Distribusi Penurunan jumlah

lemak lemak pada

ekstremitas,

peningkatan jumlah

diabdomen

Rambut Penipisan rambut

Kuku Penurunan laju

pertumbuhan

Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah

leher menajam, & angular

Mata Penurunan ketajaman

penglihatan,
akomodasi, adaptasi

dalam gelap, sensivitas

terhadpa cahaya

telinga Penurunan

menbedakan nada,

berkurangnya reflek

ringan, pendengaran

kurang

Mulut, Penurunan

faring pengecapan, aropi

papilla ujung lateral

lidah

leher Kelenjar tiroid nodular

Thoraxs dan Peningkatan diameter

paru-paru antero-posterior,

peningkatan rigitas

dada, peningkatan RR

dengan penurunan

ekspansi paru,

peningkatan resistensi
jalan nafas

Sistem jantung Peningkatan sistolik,

dan vascular perubahan DJJ saat

istirahat, nadi perifer

mudah dipalpasi,

ekstremitas bawah

dingin

Payudara Berkurangnnya

jaringan payudara,

kondisi menggantung

dan mengendur

Sistem Penurunan sekresi

pencernaan keljar saliva,

peristatik, enzim

digestif, konstppasi

Sistem wanita Penurunan estrogen,

reproduksi ukuran uterus, atropi

vagina

pria Penurunan testosteron,

jumlah sperma, testis


Sistem Penurunan filtrasi

perkemihan renal, nokturia,

penurunan kapasitas

kandung kemih,

inkontenensia

wanita Inkontenensia urgensi

& stress, penurunan

tonus otot perineal

pria Sering berkemih &

retensi urine.

Sistem Penurunan masa &

muskoloskeletal kekuatan otot,

demineralisasi tulang,

pemendekan fosa

karena penyempitan

rongga intravertebral,

penurunan mobilitas

sendi, rentang gerak

Sistem Penurunan laju reflek,

neorologi penurunan
kemampuan berespon

terhadap stimulus

ganda, insomia,

periode tidur singkat

2) Pengkajian status fungsional :

Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari

secara mandiri. Indeks Katz adalah alat yang secara luas

digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada

lansia dan penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat

fungsional klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan

untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan

pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting,

berpindah, kontinen dan makan.

Tingkat Kemandirian Lansia :

A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

mandi, berpakaian dan mandi

B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali satu dari fungsi tambahan


C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi dan satu fungsi tambahan

D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi

tambahan

F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil

G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

b. Perubahan Kognitif

Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul

akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif.

Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak

selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif dan fungsi

secara nyata (ebersole &hess, 1994).

Pengkajian status kognitif:

1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Quetionnaire)

Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan

intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam


hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan

kemam[uan matematis.

2) MMSE (Mini Mental State Exam)

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,

registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.

Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau

kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang

memerlukan penyelidikan leboh lanjut.

3) Inventaris Depresi Bec

Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang

behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan

menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala

c. Perubahan psikososial

Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada

penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa

perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.

d. Pengkajian Sosial

Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada

seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining

singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia


adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan

pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan

teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai <3 menandakan disfungsi

keluarga sangat tinggi, nilai 4-6 disfungsi keluarga sedang.

A : Adaptation

P : Partnership

G :Growth

A :Affection

R : Resolve

Keamanan Rumah

Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk

menjamin tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada

resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :

a. Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari

b. Jalan bersih

c. Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat

d. Alas kaki stabil dan anti slip

e. Kain anti licin atau keset

f. Pegangan kokoh pada tangga atau kamar mandi


2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b. Gangguan pola tidur
c. Inkontinensia urin fungsional
d. Gangguan proses berpikir
e. Disfungsi seksual
f. Kelemahan mobilitas fisik
g. Kelelahan
h. Resiko kerusakan integritas kulit
i. Kerusakan memori
j. Koping tidak efektif
k. Isolasi sosial
l. Gangguan harga diri
m. Cemas
n. Resiko kesendirian
o. Gangguan citra tubuh
p. Distress spiritual

3. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi: Manajemen
nutrisi : kurang dari  Asupan nutrisi tidak bermasalah ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh  Asupan makanan dan cairan (eating disorder
tidak bermasalah management) :
 Energi tdak bermasalah  Kolaborasi dengan
 Berat badan ideal anggota tim kesehatan
untuk memuat
perencanaan perawatan
jika sesuai.
 Diskusikan dengan tim
dan pasien untuk
membuat target berat
badann, jika berat badan
pasien tdak sesuia
dengan usia dan bentuk
tubuh.
 Diskusikan dengan ahli
gizi untuk menentukan
asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
 Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang baik
pada pasien
 Kembangkan hubungan
suportif dengan pasien
 Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan kenaikan
atau pemeliharaan berat
badan
 Gunakan teknik
modifikasi tingkah laku
untuk meningkatkan
berat badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
 Berikan pujian atas
peningkatan berat badan
dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan
berat badan.
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur:
tidur keperawatan selama 2×24 jam pasien  Tetapkan pola kegiatan
diharapkan dapat memperbaiki pola dan tidur pasien
tidurnya dengan kriteria hasil :  Monitor pola tidur
 Mengatur jumlah jam tidurnya pasien dan jumlah jam
 Tidur secara rutin tidurnya
 Meningkatkan pola tidur  Jelaskan pentingnya
 Meningkatkan kualitas tidur tidur selama sakit dan
 Tidak ada gangguan tidur stress fisik
 Bantu pasien untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum jam
tidurnya
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan Inkontinensia
fungsional keperawatan selama 3×24 jam Urin:
diharapkan pasien mampu:  Monitor eliminasi urin
 Kontinensia Urin  Bantu klien
 Merespon dengan cepat mengembangkan sensasi
keinginan buang air kecil keinginan BAK.
(BAK).  Modifikasi baju dan
 Mampu mencapai toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin secara tepat memudahkan klien ke
waktu. toilet.
 Mengosongkan bladde dengan  Instruksikan pasien
lengkap untuk mengonsumsi air
 Mampu memprediksi minum sebanyak 1500
pengeluaran urin. cc/hari.
4. Gangguan proses Meningkatkan daya ingat: Latihan Daya Ingat:
berpikir  Mengingat dengan segera  Diskusi dengan pasien
informasi yang tepat dan keluarga beberapa
 Mengingat inormasi yang baru masalah ingatan
saja disampaikan  Rangsang ingatan
 Mengingat informasi yang dengan mengulang
sudah lalu pemikiran pasien
kemarin dengan cepat
 Mengenangkan tentang
pengalaman di masalalu
dengan pasien
4. Disfungsi seksual Fungsi Seksual: Konseling Seksual:
 Mengekspresikan kenyamanan  Bantu pasien untuk
 Mengekspresikan kepercayaan mengekspresikan
diri perubahan fungsi tubuh
termasuk organ seksual
seiring dengan
bertambahnya usia.
 Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
kenyamanan.
5. Kelemahan Level Mobilitas (Mobility Level) : Latihan dengan Terapi
mobilitas fisik  Memposisikan penampilan tubuh Gerakan (Exercise Therapy
 Ambulasi : berjalan Ambulation):
Batasan  Menggerakan otot  Kosultasi kepada
Karakteristik :  Menyambung pemberi terapi fisik
 Perubahan gerakan/mengkolaborasikan mengenai rencana
gaya berjalan gerakan gerakan yang sesuai
 Gerak lambat dengan kebutuhan
 Gerak  Dorong untuk bergerak
menyebabkan secara bebas namun
tremor masih dalam batas yang
 Usaha yang aman
kuat untuk  Gunakan alat bantu
perubahan untuk bergerak, jika
gerak tidak kuat untuk berdiri
(mudah goyah/tidak
kokoh)
6. Kelelahan Activity Tolerance: Energy Management:
 Memonitor usaha bernapas  Monitor intake nutrisi
Batasan dalam respon aktivitas untuk memastikan
karakteristik:  Melaporkan aktivitas harian sumber energi yang
 Peningkatan  Memonitor ECG dalam batas adekuat
kebutuhan normal  Tentukan keterbatasan
istirahat  Memonitor warna kulit fisik pasien
 Lelah  Tentukan penyebab
 Penampilan kelelahan
menurun  Bantu pasien untuk
jadwal istirahat

7. Risiko kerusakan Kontrol Risiko (risk control): Penjagaan terhadap kulit


integritas kulit  Kontrol perubahan status (skin surveillance):
kesehatan  Monitor area kulit yang
 Gunakan support system terlihat kemerahan dan
pribadi untuk mengontrol adanya kerusakan
risiko  Monitor kulit yang
 Mengenal perubahan status sering mendapat tekanan
kesehatan dan gesekan
 Monitor factor risiko yang  Monitor warna kulit
berasal dari lingkungan  Monitor suhu kulit
 Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat terlalu
ketat
8. Kerusakan Memori Orientasi Kognitif: Pelatihan Memori
 Mengenal diri sendiri (Memory Training)
Batasan  Mengenal orang atau hal  Stimulasi memory
Karakteristik: penting dengan mengulangi
 Tidak mampu  Mengenal tempatnya sekarang pembicaraan secara
mengingat  Mengenal hari, bulan, dan jelas di akhir
informasi tahun dengan benar pertemuan dengan
factual. pasien.
 Tidak mampu  Mengenang
mengingat pengalaman masa lalu
kejadian yang dengan pasien.
baru saja  Menyediakan gambar
terjadi atau untuk mengenal
masa lampau. ingatannya kembali.
 Lupa dalam  Monitor perilaku
melaporkan pasien selama terapi
atau
menunjukkan
pengalaman.
 Tidak mampu
belajar atau
menyimpan
keterampilan
atau informasi
baru
9. Koping tidak Koping: Coping Enhancement
efektif  Mengidentifikasi pola koping  Dorong aktifitas social
efektif dan komunitas
 Mengedentifikasi pola koping  Dorong pasien untuk
yang tidak efektif mengembangkan
 Melaporkan penurunan stress hubungan
 Memverbalkan control  Dorong berhubungan
perasaan dengan seseorang yang
 Memodifikasi gaya hidup yang memiliki tujuan dan
dibutuhkan ketertarikan yang sama
 Beradaptasi dengan perubahan  Dukung pasein untuk
perkembangan menguunakan
 Menggunakan dukungan social mekanisme pertahanan
yang tersedia yang sesuai.

 Melaporkan peningkatan  Kenalkan pasien


kenyamanan psikologis kepada seseorang yang
mempunyai latar
belakang pengalaman
yang sama.
10. Isolasi sosial Lingkungan keluarga: internal Keterlibatan keluarga
(family environment: interna) (Family involvement):
 Berpatisipasi dalam aktifitas  Mengidentifikasikan
bersama kemampuan anggota
 Berpatisipasi dala tradisi keluarga untuk terlibat
keluarga dalam perawatan
 Menerima kujungan dari teman pasien.
dan anggota keluarga besar  Menentukan sumber
 Memberikan dukungan satu fisik, psikososial dan
sama lain pendidikan pemberi
 Mengekspresikan perasaan dan pelayanan kesehatan
masalah kepada yang lain. yang utama.

 Mendorong anggota keluarga  Mengidentifkasi deficit


untuk tidak ketergantungan perawatan diri pasien

 Berpatisipasi dalam rekreasi  Menentukan tinggat


dan acara aktifitas komunitas ketergantungan pasien

 Memecahkan masalah terhadap


keluarganya yang
sesuai dengan umur
atau penyakitnya.

11. Gangguan harga  Mengidentifikasi pola koping Peningkatan harga diri:


diri terdahulu yang efektif dan pada  Kuatkan rasa percaya
saat ini tidak mungkin lagi diri terhadap
digunakan akibat penyakit dan kemampuan pasien
penanganan (pemakaian mengndalikan situasi
alkohol dan obat-obatan;  Menguatkan tenaga
penggunaan tenaga yang pribadi dalam
berlebihan) mengenal dirinya
 Pasien dan keluarga  Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan memeriksa kembali
mengungkapkan perasaan dan persepsi negative
reaksinya terhadap penyakit tentang dirinya
dan perubahan hidup yang
diperlukan
 Mencari konseling profesional,
jika perlu, untuk menghadapi
perubahan akibat penyakitnya
 Melaporkan kepuasan dengan
metode ekspresi seksual

12. Cemas Anxiety Control: Anxiety Reduction:


 Memonitor intensitas cemas  Bantu pasien untuk
Batasan  Melaporkan tidur yang menidentifikasi situasi
Karakteristik: adekuat percepatan cemas
 Ekspresi yang  Mengontrol respon cemas  Dampingi pasien untuk
mendalam  Merencanakan strategi koping mempromosikan
dalam dalamsituasi stress kenyamanan dan
perubahan mengurangi ketakutan
hidup  Identifikasi ketika
 Mudah perubahan level cemas
tersinggung  Instuksikan pasien
 Gangguan dalam teknik relaksasi
tidur

13. Resiko Kesendirian Family Coping Family Support


 Mendemontrasikan  Bantu pekembangan
fleksibelitas peran harapan yang realistis
 Mengatur masalah  Identifikasi alami
 Menggunakan strategi dukungan
penguranagn stress spiritual bagi keluarga
 Menghadapi masalah  Berikan
kepercayaan dalam
hubungan dengan
keluarga
 Dengarkan untuk
berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
pertanyaan

14. Gangguan citra  Merasa puas dengan Peningkatan Citra Tubuh


tubuh penampilan tubuhnya  Bantu pasien untuk
 Merasa puas dengan fungsi mendiskusikan
anggota badannya perubahan karena
 Mendiskripsikan bagian tubuh penyakit atau
tambahan pembedahan
 Memutuskan apakah
perubahan fisik yang
baru saja diterima dapat
masuk dalam citra
tubuh pasien
 Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama

15. Distress spiritual Pengaharapan (Hope): Penanaman Harapan (Hope


 Mengekspresikan orientasi Instillation):
masa depan yang positif  Pengkaji pasian atau
 Mengekspresikan arti keluarga untuk
kehidupan mengidentifikasi area
 Mengekspresikan rasa optimis pengharapan dalam
 Mengekspresikan perasaan hidup
untuk mengontrol diri sendiri  Melibatkan pasien
 Mengekspresikan kepercayaan secara aktif dalam

 Mengekspresikan rasa percaya perawatan diri

pada diri sendiri dan orang lain  Mengajarkan keluarga


tentang aspek positif
pengharapan
 Memberikan
kesempatan pasien atau
keluarga terlibat dalam
support group.
 Mengembangkan
mekanisme paran
koping pasien
DAFTAR PUSTAKA

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan

holistic ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.

Jakarta: EGC.

Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin,

01 April, 2013. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-

lanjut-usia.html.

Stanley, M & Patricia, G. B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC.

Wilkinson, J. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA,

intervensi NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih;

editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai