Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

ASAM URAT ARTRITIS GOUT

1. KONSEP LANSIA
A. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75
tahun (Potter & Perry, 2005).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya,
tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004 dalam Psychologymania, 2013).

B. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami
dan pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang
(Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and
Patricia, 2006).

C. Teori Proses Menua


Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai
berikut :
1) Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme
yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.
Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim
pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di
dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses
penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena
itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan
menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam
inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan
karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya
mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas
ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya
lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin
kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi
DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan,
adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya
terkait dengan radikal bebas.
2. Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul
kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk
senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel, cross-linkage
diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa
antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole &
Hess, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
3. Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan.
Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami
kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang
masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah
mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak
adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi
dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk
autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan
integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.

2) Teori Psikososial
1. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali
pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan
yang belum dicapai.
2. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan
yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk
turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara
negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental
serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan
sepanjang kehidupan.
3. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai
kemungkinan kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan
klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan
kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan
semakin menurunkan kualitas hidup.

D. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan
keluarga yaitu:
a. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup
selama sisa umurnya.
b. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan
dengan pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.
c. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan
terkait dengan status kesehatan dan ekonomi
d. Menyiapkan pendapatan yang memadai
e. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
f. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
g. Memelihara kebersihan diri
h. Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga
dan teman
i. Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
j. Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang
meningkatkan status
k. Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
l. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi
penyakit diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup
dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan orang yang
disayangi
m. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan
kenyamanan dalam filosofi atau agama.

E. Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHOdalam Psychologymania,
2013 batasan lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

F. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 sudah berkurang
estrogen) % hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
G. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurutPatricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah
sel neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,
dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan
adaptasi terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian
jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4
terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan
melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
10. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin
residual
f) Peningkatan urgensi
10.Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,
androgen, aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone
antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum
diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin

I. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
1) Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal

Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea


yang terpajan sinar matahari, pucat
meskipun tidak anemia

Kelembaban Kering, kondisi bersisik

Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan


perspirasi

Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,


kondisi berlipat, kendur

Distribusi lemak Penurunan jumlah lemak pada


ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen

Rambut Penipisan rambut

Kuku Penurunan laju pertumbuhan

Kepala dan leher Kepala Tulang nasal, wajah menajam,


&angular

Mata Penurunan ketajaman penglihatan,


akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya

telinga Penurunan menbedakan nada,


berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang

Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi


papilla ujung lateral lidah

leher Kelenjar tiroid nodular

Thoraxs & paru- Peningkatan diameter antero-


paru posterior, peningkatan rigitas dada,
peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan
resistensi jalan nafas

Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan DJJ


vascular saat istirahat, nadi perifer mudah
dipalpasi, ekstremitas bawah dingin

Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,


kondisi menggantung dan
mengendur

Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva,


peristatik, enzim digestif,
konstppasi

Sist reproduksi wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus,


atropi vagina

pria Penurunan testosteron, jumlah


sperma, testis

Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,


penurunan kapasitas kandung
kemih, inkontenensia

wanita Inkontenensia urgensi & stress,


penurunan tonus otot perineal
pria Sering berkemih & retensi urine.

Sist Penurunan masa & kekuatan otot,


muskolos demineralisasi tulang, pemendekan
keletal fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas
sendi, rentang gerak

Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan


kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
tidur singkat

b. Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.
Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang
kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting,
berpindah, kontinen dan makan.

c. Tingkat Kemandirian Lansia :


A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi
B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu
dari fungsi tambahan
C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

d. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan
tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole
&hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
a) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemam[uan matematis.
b) MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.

c) Inventaris Depresi Bec


Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang
behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala
e. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi
pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa
terjadi pada mayoritas lansia.
d) Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkatkesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat
yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR
Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang
mempunyai hubungan social lebih intim dengan teman-temannya atau
dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi,
nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
e) Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk
menjamin tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada
resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :
a. Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
b. Jalan bersih
c. Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
d. Alas kaki stabil dan anti slip
e. Kain anti licin atau keset
f. Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson,
2018 (Berdasarkan NANDA 2011)
1) Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi
2) Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil,
olfaktori)
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif,
salah interpretasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat
mengingat, tidak familier dengan sumber informasi
5) Resiko cedera
6) Hambatan interaksi sosial
7) Kerusakan memori

2. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI ASAM URAT
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/
penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan
dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari
asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat
sebagian besar dieksresi melalu ginjal dan hanya sebagian kecil melalui
saluran cerna (Abiyoga,2017).
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin,
yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan
dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya
mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan
asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin
masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin.
Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko
penyakit asam urat (Abiyoga,2017).
Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai
antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel,
kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai
antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa
membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan
asam urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam
urat menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal.
7 Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat
yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang
mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan
karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat (Abiyoga,2017).

B. TANDA DAN GEJALA ASAM URAT


Jumlah asam urat dalam dalam tubuh dicerminkan oleh kadar
natrium urat dalam serum darah. Bila kadar natrium urat dalam serum
melampaui daya larutnya maka serum menjadi sangat jenuh keadaan ini
disebut hiperurisemia dan dapat menstimulir terbentuknya kristal natrium
urat yang mengendap. Daya larut natrium urat dalam serum pada suhu 37
C adalah 7 mg/dl. Pada suhu yang lebih rendah, kelarutan asam urat dal
serum semakin rendah (Astawan,2015). Kristal natrium urat yang
mengendap disebut tofi yang berasal dari kata tufa yang berarti batu
karang. Jika tofi berada di persendian, akan terjadi arthritis gout akut, sakit
rematik, atau radang sendi. Lama kelamaan, keadaan itu akan
mengakibatkan kerusakan sendi dan menimbulkan arthritis gout kronis.
Pada 16 arthritis gout, rasa nyeri yang terjadi pada sendi
mempunyai karakteristik berupa serangan hebat yang timbul sering
dimulai pada tengah malam, padahal pada malam hari tidak merasakan
sesuatu apapun. Tofi juga menumpuk di telinga, tendon, bursa, ginjal,
pembulu darah. Di dalam ginjal, tofi akan membentuk batu asam urat yang
biasa dikenal masyarakat sebagai batu ginjal. Tidak semua batu ginjal
berasal dari tofi asam urat, tapi juga dapat berasal dari kalsium oksalat atau
phospat. Pada telinga dan jari, ukuran tofi mulai sebesar ujung jarum
pentul hingga sebesar kelereng. Serangan gout pertama hanya menyerang
satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, kemudian gejala
menghilang secara bertahap, dimana sendi kembala berfungsi dan tidak
muncul gejala hingga muncul serangan berikutya (Astuti,2014). Serangan
pertama umunya mengenai jempol kaki (MTP 1) yakni kira-kira 70% . 3-
14% serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis). Biasanya
urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang adalah:
ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki
belakangan, pergelangan tangan, lutut, dan bursa olekranon pada siku .
Perjalanan arthritis pirai terdiri atas beberapa stadium. Tanda-tanda
penyakit gout pada stadium permulaan ditandai oleh hiperurisemia
asimptomatis selama beberapa tahun tanpa diketahui penderita karena
tidak ada gangguan apapun yang menyebabkan penderita merasa
kesakitan. Pada stadium ini, terjadi peningkatan kadar asam urat tanpa
disertai arthritis, tofi, maupun batu ginjal. Stadium selanjutnya, serangan
radang sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, terasa panas
pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang 17 sendiri dalam beberapa hari
(10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga
hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi masih dalam keadaan
normal disebut arthritis gout akut. Setelah satu sampai dua tahun
berikutnya, interval serangan bertambah pendek, terbentuk tofi dan
deformasi atau perubahan bentuk pada sendi-sendiyang tidak dapat
berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut sebagai suatu gejala yang
irreversibel. Gejala berupa kulit diatasnya akan berwarna merah atau
keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika digerakkan,
serta muncul benjolan pada sendi yang disebut tofus. Jika sudah lima hari,
kulit diatasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi).
Pada kondisi ini, frekuensi kambuh akan penyakit ini semakin sering dan
disertai rasa sakit yang lebih menyiksa akibat adanya tofi (Iskandar, 2012)

C. ETIOLOGI ASAM URAT


Menurut Lioso (2015) penyebab asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
a. Gout primer
metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam urat yang
berlebihan.
b. Gout sekunder
metabolik terjadi karena pembentukan asam urat berlebihan karena
penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati dengan
sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal)
Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat. b. Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal
yang rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal
kronis (chronic renal failure).
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritisgout
akut)
secara mendadak, dapat dipicu oleh:
a. Luka ringan
b. Pembedahan
c. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya
akan protein purin
d. Kelelahan
e. Stres secara emosional
f. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,
seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam
keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak
mengkonsumsi lemak
g. Kedinginan Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat
kelainan sintesa purin dalam jumlah besar yang menyebabkan
kelebihan asam urat dalam darah. Kurang dari 75% pederita gout
terjadi akibat kelebihan produksi asam urat, tetapi pengeluarannya
tidak sempurna .

D. PATOFISIOLOGI ASAM URAT


Penyakit pirai (gout) atau athritis pirai adalah penyakit yang
disebabkan oleh tumpukkan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada
jaringan sendi. Pirai berhubungan erat dengan gangguan metabolisme
purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar asam urat dalam darah diatas normal. Secara biokimia akan terjadi
hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang
batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam urat diatas 2
standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Biasanya kadar
asam urat serum pada penderita gout lebih dari 6.5-7,0 mg/dl . Kadar
normal asam urat dalam darah adalah 2-5,6 mg/dL untuk perempuan dan
3-7,2 mg/dL untuk laki-laki. Manifestasi hiperurisemia sebagai suatu
proses metabolik yang menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi
penyebab primer pada sebagian besar kasus, penyebab sekunder dan
idiopatik.
Penyebab primer berarti 8 tidak penyakit atau sebab lain, berbeda
dengan kelompok sekunder yang didapatkan adanya penyebab yang lain,
baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia
dengan penyebab primer, ditemukan kelainan molekuler yang tidak jelas
(undefined) meskipun diketahui adanya mekanisme akibat penurunan
eksresi asam urat urin (undersecretion) pada 80-90% kasus dan
peningkatan metabolisme asma urat (overproduction) pada 10-20% kasus.
Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui
mekanisme overproduction, seperti gangguan metabolisme purin. Pada
mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada keadaan penyakit ginjal
kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol. Selai itu juga
dapat terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah,
pirazinamid, etabunol. Pada kasus hiperurisemia dan gout idiopatik yaitu
hiperurisemia yang tidak ditemukan jelas penyebabnya, kelainan genetik,
tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas (Musfira,2014)
E. PATHWAY ASAM URAT

Alkoholisme Makanan Penyakit lain dan obat


obatan
( makanan berminyak , jeroan , dll )
Kadar laktat dalam
darah meningkat Menghambat eksresi asam
Meningkatnya kadar urat pada tubuus ginjal
protein dalam tubuh

Menurunnya sekresi asam urat Produksi asam urat terus bertambah

Gangguan metabolisme purin

Kadar asam urat melebihi batas normal ( 8 , 5 mg/dl pada kasus )

Asam Urat ( GOUT )

Pelepasan Kristal monosodium urat

Dalam cairan tubuh


Penimbunan Kristal urat
Didalam dan sekitar sendi
Pengendapat Kristal urat
Penimbuinan pada membram
synovial dan tulang rawan artikular
Perangsangan respon fagositosis oleh leukosit
Leukosit memkaan kristal urat Erosi tulang rawan , proliferasi
synovial dan pembentukan vanus
Mekanisme peradangan
Degenerasi tulang rawan sendi

Pelepasan mediator Meningkatnya Akumulasi


kimia oleh sel mast sirkulasi darah jaringan
Pembentukan tukak Perubahan bentuk tubuh
sekitar tulang eksudat pada
pada sendi pada tulang dan sendi
Menuju ke jarinngan
hipotalamus interstitial
Vasodilatasi
Tofus tofus mengering Gangguan Citra
dari kapiler
Oedema jaringan Tubuh
Menstimulasi Kekauan pada sendi
reseptor nyeri Eritema , suhu
meningkat dan Penekanan Banyak
panas pada jaringan Membatasi pergerakan sendi menyendiri
sendi
Hambatan Mobilitas Fisik Penurunan kemampuan
Gangguan menginterpretasikan stimulus
Nyeri Akut
perfusi lingkungan
jaringan
perifer Penurunan
kognitif

Konfusi kronik
F. GAMBARAN KLINIS ASAM URAT
1. Tahap Asimtomatik
Tahap ini merupakan gejala awal, tanpa disertai gejala spesifik.
Pada tahap ini terjadi peningkatan asam urat (hiperurisemia) tanpa
disertai gejala arthritis, tofus atau batu urat di saluran kemih. Apabila
terjadi kelainan enzim, kelainan ini timbul sejak lahir. Pada pria
muncul setelah akil balik dan wanita setelah menapouse.
2. Tahap Akut
Tahap ini ditandai serangan nyeri hebat di persendian secara
mendadak disertai panas dan kemerahan. Kebanyakan serangan akut
terjadi pada ibu jari kaki. Serangan biasa terjadi tengah malam
menjelang pagi. Serangan muncul mendadak tanpa disertai keluhan
dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam. Kadar asam urat tak terlalu
tinggi. Rasa nyeri biasanya menghilang setelah 10 hari
3. Tahap interkritikal
Merupakan interval diantara 2 serangan akut. Penderita yang
pernah mengalami serangan pertama bukan berarti tidak pernah
mengalami serangan lagi walau ada juga yang tak pernah mengalami
serangan lagi. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua
setelah 6 – 12 bulan, tetapi ada pula yang mengalaminya setelah 5-10
tahun. Hal ini tergantung kondisi penderita. Serangan ulang biasanya
lebih berat, lebih lama dan menyerang lebih dari satu sendi
4. Tahap Kronik
Tahap ini ditandai dengan pembentukan tofus, yang biasanya
dibentuk setelah 11 tahun serangan pertama. Tahap ini terjadi apabila
penyakit diabaikan. Pada tahap ini frekuensi serangan biasanya sampai
4 – 5 kali dalam setahun. Lama nyeri lebih lama, bahkan terus menerus
disertai bengkak dan kaku sendi. Pembentukan tofus dipengaruhi oleh
kadar asam urat darah, fungsi ginjal dan faktor setempat. Jika kadar
asam urat 11 mg/dl ditemukan tofu pada beberapa tempat. Seperti
tulang rawan, tendon, jaringan lemak dan lainnya Tofu yang besar
mudah terlihat dan dapat menimbulkan kecacatan seperti sendi kaku
dan menonjol.(Nurjaknah,2010)

G. PENATALAKSANAAN ASAM URAT


1. Pembatasan Purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat
serum lebih dari 10mg/dl, penderita harus diberikan diet bebas purin.
Namun pada, pada kenyataannya tidak mungkin merencanakan diet
tanpa purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein
mengandung nulkeoprotein. Diet yang normal biasanya mengandung
600-1.000 mg purin per hari. Oleh karena itu, diet bagi penderita gout
harus dikurangi kandungan purinnya hingga kira-kira hanya
mengonsumsi sekitar mg purin per hari
2. Kalori Sesuai dengan Kebutuhan
Jumlah konsumsi kalori harus sesuai dengan kebutuhan tubuh
yang didasarkan pada tinggi dan berat badan individu. Bagi penderita
gout yang kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya
dengan memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Jumlah kalori disesuai
kebutuhan dan dijaga agar jangan sampai mengakibatkan kurang gizi
atau berat badan dibawah normal. Kekurangan 36 kalori akan
meningkatkan asam urat serum dengn adanya keton bodies yang dapat
mengurangipengeluaran asam urat melalui urin. Demikian juga halnya
yang akan terjadi jika penderita menjalani puasa atau diet yang ketat.
Pada penderita gout yang gemuk, konsumsi kalori perlu di kurangi 10-
15% dari total konsumsi kalori yang normal setiap harinya. Dengan
demikian, kelebihan berat badan dapat di turunkan secara bertahap.
Untuk mengatasi rasa lapar akibat pembatasan konsumsi
kalori, penderita dapat mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan
segar. Dengan mengonsumsi buah dan sayur, dapat memberikan rasa
kenyangan dan kadar airnya yang tinggi sangat baik dalam membantu
melarutkan kelebihan asam urat dalam serum. Sayuran yang tidak
mengandung purin (kecuali asparagus, kacang polong, buncis,
kembang kol, bayam, jamur) di makan paling sedikit 300g/hari. Agar-
agar juga dapat dikonsumsi untuk mengatasi rasa lapar.
3. Tinggi Karbohidrat
Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori.
Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, roti, ubi, sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks
disarankan tidak kurang dari 100 gr/hari. Penderita gout harus
mengurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa, seprti
gula, permen, arum manis, dan sirup. Konsumsi fruktosa tersebut dapat
meningkatkan kadar asam urat serum.
4. Rendah Protein
Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein
dapat meningkatkan produksi asam urta, terutama protein yang berasal
dari bahan 37 makanan hewani. Sumber makanan yang mengandung
protein tinggi misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa
5. Rendah Lemak
Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Oleh
karena itu, penderita gout sebaiknya diberi diet rendah lemak.
Penderita harus membatasi makanan yang digoreng dan bersantan serta
menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau
mentega (berasal dari produk hewani). Lemak yang dapat dikonsumsi
sebaiknya 15% dari total kalori.
6. Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi, terutama dari minuman, dapat
membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Usahakan dapat
menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari.
Pemberian air hangat pada penderita di pagi hari atau ketika bangun
tidur sangat baik. Selain dari minuman, konsumsi cairan bisa juga
diperoleh dari kuah sayuran, jus buah, maupun buahbuahan segar yang
banyak mengandung air.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk diagnosis
hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat ekskresi urat
dan mendeteksi batu ginjal. Kadar normal asam urat dalam darah
adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai 7,2 mg/dL
untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi.
Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl. Bila
kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan
puasa selama kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh
menggunakan obatobatan tertentu yang dapat mempengaruhi hasil,
yaitu: diuretika, etambutol, vinkristin, pirazinamid, tiazid, analgetik,
vitamin C dan levodopan,
2. Terapi Obat
Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi dapat di cegah dengan terapi diet saja yang menjadi
masalah adalah jika sendi yang rusak sudah mengandung kristal-kristal
urat, sehingga sistem imunitas tubuh akan menyerang benda asing
tersebut. Sel darah putih ikut menginfiltrasi sendi dengan
mengeradikasi kristal tersebut. Namun keadaan ini justru akan
menyebabkan terjadinya inflamasi pembengkakan (radang) sendi yang
akut.

I. KOMPLIKASI ASAM URAT


1. Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-
gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari
penangan pada penderia asam urat akut terlambat menangani
penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua penyebab gangguan
pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan risiko
kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi pada penderita yang memiliki
asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl. 23 Asam urat merupakan hasil
buangan dari metabolisme tubuh melalui urine. Seperti yang telah
diketahui, urine di proses di ginjal. Oleh sebab itu, jika kadar di dala
darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan membentuk
kristal dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan
mengakibatkan penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal. Batu
ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang membentuk
kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama,
urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu.
Kedua hal ini menjadikannya sebua lingkungan yang ideal untuk
terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan gejala sampai
batu ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau masuk ke saluran
kemih (ureter), suatu saluran yang menghubungkan ginjal dan
kandungan kemih (Noviyanti, 2015). Sekitar 20-40% penderita gout
minimal mengalami albuminuri sebagai akibat gangguan fungsi ginjal.
Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal yang diakibatkan hiperurisemia
dan gout (Hidayat, 2009): 1. Nefropati urat yaitu deposisi kristal urat
di interstitial medulla dan pyramid ginjal, merupakan proses yang
kronik, ditandai dengan adanya reaksi sel giant di sekitarnya. 2.
Nefropati asam urat yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang
besar pada duktur kolektivus dan ureter, sehingga menimbulkan
keadaan gagal ginjal akut. Disebut juga sindrom lisis tumor, dan sering
didapatkan pada pasien leukemia dan limfoma pasca kemoterapi. 3.
Nefrolitiasis yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan
gout primer. 24
2. Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat
seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang
menderita hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali
munculnya penyakit jantung koroner dan stroke. Hubungan antara
asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat
yang dapat merusak endotel atau pembuluh darah koroner.
Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik atau
resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan
meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi, sklerosis
(Noviyanti, 2015).
3. Penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan
asisten Profesor Rheumatology di Stanford University dengan hasil
penelitian yang dipresentasikan di pertemuan tahunan American
College of Rheumatology didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat
yang tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes
hampir 20% dan risiko peningkatan kondisi yang mengarah pada
perkembangan penyakit ginjal dari 40%. Para peneliti meninjau
catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout dalam database Veterans
Administration. Pada awal penelitian, semua peserta penelitian tidak
menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama periode tiga tahun, 9%
lakilaki dengan gout yang memiliki kadar asam urat tidak terkontrol
berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan diabetes
dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang
terkontrol. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan
kadar asam urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah
yang lebih tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol.
Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti yang sama menggunakan
database yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
lebih dari 3 tahun dengan periode gout pada pria yang memiliki kadar
asam urat yang tidak terkontrol memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk
penyakit ginjal dibandingkan dengan pria dengan kadar asam urat
terkontrol. Penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa kadar asam
urat yang tidak terkontrol menyebabkan masalah kesehatan, tetapi
menunjukkan hubungan peningkatan kadar tersebut dengan masalah
kesehatan (Noviyanti, 2015).
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. identitas
nama , umur , agama, jenis kelamin
b. keluhan utama
pada umunya klien merasakan nyeri yang luar biasa
c. riwayat penyakit sekarang
P ( Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality) : seberapa sering nyeri dirasakan
R (Regio) : kaji bagian sendi mana yang nyeri
S (Scala) : Tentukan skala nyeri
T (Time) ; Tanyakan kapan waktu merasakan nyeri
d. riwayat penyakit dahulu
tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal , sebab kuat
kaitan antara asam urat dan penyakit ginjal
e. riwayat penyakit keluarga
tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga yang mengalami hal
sedemikian
f. pengfkajian psikososial dan spiritual
a) psikologi : biasanya klien mengalami peningkatan
stress
b) social : cenderung menarik diri dari lingkungan
c) spiritual : kaji apa agama pasien
g. pemenuhan kebutuhan sehari hari
a) makan
b) minum
h. kebutuhan eliminasi
a) urine ( kaji warna, frekuensi, bau)
b) BAB (kaji warna, frekuensi, bau)
2. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
a) GCS
b) tingkat kesadarn
c) TTV
d) sistem panca indra ( Head To Toe)

3. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d agen cedera biologis
2) Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat (mis : merokok, gaya hidup monoton,
imobilitas).
4) Gangguan Citra Tubuh b/d respon non verbal terhadap perubahan
actual pada tubuh (mis, penampilan, struktur, fungsi)
5) Konfusi Kronik b/d demensia
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSIS NOC NIC
O
1. Nyeri Akut b/d agen NOC : Pain Level NIC : Manajemen Nyeri
cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Berikan penyuluhan kesehatan tentang
diharapkan pain level dalam batas normal dengan penyakit yang diderita
kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif yang meliputi lokasi
No Kriteria hasil A T
karakteristik durasi, frekuensi, beratnya
1 Nyeri yang dilaporkan 1 5
nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2 Mengerang dan menangis 1 5 3. Observasi adanya petunjuk nonverbal
3 Ekpresi nyeri wajah 1 5 mengenai ketidaknyamanan.

4 Ketegangan otot 1 5 4. Ajarkan manajemen nyeri non farmakologi :


relaksasi napas dalam.
5 Vital sign 1 5
5. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
Indikator :
penyebab nyeri berapa lama nyeri dirasakan
1. Berat dan antisipasi dari ketidaknyamanan.
2. Cukup berat 6. Kendalikan farktor lingkungan yang dapat
3. Sedang mempengaruhi respon pasien terhadap
4. Ringan ketidaknyamanan.
5. Tidak ada 7. Kurangi faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatkan rasa nyeri.
8. Kolaborasi dengan klien, orang terdekat dan
tim kesehatan lain untuk memilih dan
meimplementasikan tindakan penurun nyeri
non farmakologi sesuai kebutuhan.
9. Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama
klien, catat perubahan dalam catatan medis
klien dan informasikan petugas kesehatan
yang merawat klien
2. Hambatan mobilitas fisik NOC :Pergerakan NIC : Terapi Aktivitas
b/d kerusakan
Ssetelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
musculoskeletal dan
diharapkan pergerakan kembali normal dengan berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
neuromuscular
kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang diinginkan
No Kriteria A T
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
1 Keseimbangan 1 3
yang bermakna

2 Gerakan otot 1 3 4. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-


waktu spesifik terkait dengan aktivitas
3 Merangkak 2 4
harian
4 Bergerak dengan mudah 2 4
5. Bantu klien dan keluarga untuk
Keterangan :
mengidentifikasikan kelemahan dalam level

1. Sangat terganggu aktivitas tertentu

2. Banyak terganggu 6. Intruksikan pasien dan keluarga untuk

3. Cukup terganggu melaksanakan aktivitas yang diinginkan

4. Sedikit terganggu 7. Dorong dalam keterlibatan terapi aktivitas

5. Tidak terganggu kelompok


3. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Terapi latihan : Mobilitas Sendi
jaringan perifer b.d 24 jam diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan
1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan
Kurang pengetahuan perifer teratasi dengan kriteria hasil :
efeknya terhadap fungsi
tentang faktor pemberat
 Perfusi jaringan : Perifer sendi.
(mis : merokok, gaya
2. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
hidup monoton, No Kriteria Awal Tujuan
mengembangkan dan menerapkan sebuah
imobilitas).
program latihan.
1 Tekanan darah sistolik 3 5
3. Tentukan level motivasi pasien
2 Tekanan darah 3 5 untuk meningkatkan atau memelihara
diastolik pergerakan sendi.

3 Kelemahan otot 2 5 4. Monitor lokasi dan kecendrungan adanya


nyeri dan ketidaknyamanan selama
4 Kram otot 2 5
pergerakan / aktivitas.
Indikator No 1 dan 2 :
5. Bantu pasien untuk membuat jadwal
1. Deviasi berat dari kisaran normal latihan ROM aktif
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal 6. Bantu untuk melakukan pergerakan sendi
3. Deviasi sedang dari kisaran normal yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri
4. Deviasi ringan dari kisaran normal yang bisa ditoleransi, ketahanan dan
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal pergerakan sendi.
7. Sediakan dukungan positif dalam
melakukan latihan sendi.
4. Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Peningkatan citra tubuh
b/d respon non verbal 24 jam di dapatkan hasil : 1. Tentukan harapan citra diri pasien
terhadap perubahan actual didasarkan pada tahap perkembangan
Indikator A T
pada tubuh (mis, 2. Bantu pasien untuk mendiskusikan
Penyesuaian 2 4
penampilan, struktur, perubahan perubahan bagian tubuh
fungsi) terhadap disebabkan adanya penyakit
perubahan status 3. Tentukan perubahan fisik saat ini apakah
kesehatan berkontribusi pada citra diri pasien

Penyesuaian 2 4 4. Ajarkan pada pasien mengenai perubahan-

terhadap perubahan normal proses penuaan dengan

perubahan fungsi cara yang tepat

tubuh

Penyesuaian 2 2
terhadap
perubahan
tampilan fisik

Keterangan

1. Tidak pernah positif


2. Jarang positif
3. Kadang-kadang positif
4. Sering positif
5. Konsisten positif
5. Konfusi Kronik b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1. Bentuk hubungan interpersonal saling
demensia 24 jam diharapkan perubahan kognitif mengalami percaya dengan klien
perbaikan dengan kriteria hasil :
2. Anjurkan klien untuk mendiskusikan
Indikator Awal Tujuan perasaan dan rangsangan

Mengidentifikasi bulan 2 4 3. Berikan kesempatan pada klien untuk

dengan benar mendiskusikan kemampuan mengingat

Mengidentifikasi tahun 2 4 4. Rencakan jadwal kegiatan rutin

dengan benar 5. Berikan informasi tentang keadaan klien


Mengidentifikasi musim 2 4 dan kondisi dimana klien

dengan benar

Indikator :

1 Berat
2 Cukup berat
3 Sedang
4 Ringan
5 Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Abiyoga, A. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gout pada


Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Situarja Tahun 2014. Jurnal Darul
Azhar.https://jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/24.
Diakses pada 12 Desember 2017.

Astawan, B. 2015. Gambaran Kadar Asam Urat Darah pada Kelompok Tani
Rumput Laut Merta Terpadu Desa Ped Kecamatan Nusa Penida
KabupatenKlungkung.
http://sim.poltekkesdenpasar.ac.id/digilib/index.php?page=showOff&ko
e=KT160044&file=uploads%2Fuploadtamandiri
%2FP07134013008%2FI_KAD EK_BUDI_ASTAWAN-
P07134013008.pdf. Diakses pada 14 Juni 2018.

Astuti, S.T.W., dan H.D.Tjahjono. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Kadar Asam Urat (Gout) pada Laki-Laki Dewasa Di Rt 04 RW 03
Simomulyo Baru Surabaya. Jurnal Sarjana Keperawatan.
http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/S1Kep/article/downloa
d /53/52 diakses pada 14 Juni 2018.

Lioso, J.P., R.C. Sondakh, dan B.T. Ratag. 2015. Hubungan Antara Umur, Jenis
Kelamin dan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Asam Urat Darah pada
Masyarakat yang Datang Berkunjung Di Puskesmas Paniki Bawah Kota
Manado.http://fkm.unsrat.ac.id/wp
content/uploads/2015/05/JURNALJILLY-1.pdf%0A. Diakses tanggal 11
Juni 2018.

Musfira. 2014. Pola Konsumsi Purin dan Kadar Asam Urat pada Mahasiswa
Obesitas Angkatan di Universitas Hasanuddin
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/15329. Diakses tanggal
13 Juni 2018.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Edited by Ola. Jakarta:
NOTEBOOK

Nurjaknah, F. Aini, dan A. Wakhid. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kejadian hiperurisemia di kecamatan bandungan kabupaten
semarang. Diakses tanggal 15 Juni 2018.

Nurlina , 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat Dengan.


Kepatuhan Diet Rendah Purin di Gawanan Timur Kecamatan
Colomadu.

Setyo Upoyo, 2014, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam
Urat Pada Pekerja Kantor Di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
Kabupaten Brebes, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009. Jurusan keperawatan
FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan


holistic ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-


usia.http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-
usia.html

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA,


intervensi NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih;
editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai