1. KONSEP LANSIA
A. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75
tahun (Potter & Perry, 2005).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya,
tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004 dalam Psychologymania, 2013).
B. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami
dan pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang
(Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and
Patricia, 2006).
2) Teori Psikososial
1. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali
pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan
yang belum dicapai.
2. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan
yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk
turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara
negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental
serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan
sepanjang kehidupan.
3. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai
kemungkinan kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan
klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan
kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan
semakin menurunkan kualitas hidup.
Proses Menua
Peningkatan radikal
bebas
Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
G. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurutPatricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah
sel neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,
dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan
adaptasi terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian
jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4
terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan
melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
10. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin
residual
f) Peningkatan urgensi
10.Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,
androgen, aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone
antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum
diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
I. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
1) Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal
d. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan
tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole
&hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
a) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemam[uan matematis.
b) MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.
2. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI ASAM URAT
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/
penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan
dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari
asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat
sebagian besar dieksresi melalu ginjal dan hanya sebagian kecil melalui
saluran cerna (Abiyoga,2017).
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin,
yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan
dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya
mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan
asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin
masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin.
Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko
penyakit asam urat (Abiyoga,2017).
Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai
antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel,
kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai
antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa
membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan
asam urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam
urat menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal.
7 Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat
yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang
mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan
karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat (Abiyoga,2017).
Konfusi kronik
F. GAMBARAN KLINIS ASAM URAT
1. Tahap Asimtomatik
Tahap ini merupakan gejala awal, tanpa disertai gejala spesifik.
Pada tahap ini terjadi peningkatan asam urat (hiperurisemia) tanpa
disertai gejala arthritis, tofus atau batu urat di saluran kemih. Apabila
terjadi kelainan enzim, kelainan ini timbul sejak lahir. Pada pria
muncul setelah akil balik dan wanita setelah menapouse.
2. Tahap Akut
Tahap ini ditandai serangan nyeri hebat di persendian secara
mendadak disertai panas dan kemerahan. Kebanyakan serangan akut
terjadi pada ibu jari kaki. Serangan biasa terjadi tengah malam
menjelang pagi. Serangan muncul mendadak tanpa disertai keluhan
dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam. Kadar asam urat tak terlalu
tinggi. Rasa nyeri biasanya menghilang setelah 10 hari
3. Tahap interkritikal
Merupakan interval diantara 2 serangan akut. Penderita yang
pernah mengalami serangan pertama bukan berarti tidak pernah
mengalami serangan lagi walau ada juga yang tak pernah mengalami
serangan lagi. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua
setelah 6 – 12 bulan, tetapi ada pula yang mengalaminya setelah 5-10
tahun. Hal ini tergantung kondisi penderita. Serangan ulang biasanya
lebih berat, lebih lama dan menyerang lebih dari satu sendi
4. Tahap Kronik
Tahap ini ditandai dengan pembentukan tofus, yang biasanya
dibentuk setelah 11 tahun serangan pertama. Tahap ini terjadi apabila
penyakit diabaikan. Pada tahap ini frekuensi serangan biasanya sampai
4 – 5 kali dalam setahun. Lama nyeri lebih lama, bahkan terus menerus
disertai bengkak dan kaku sendi. Pembentukan tofus dipengaruhi oleh
kadar asam urat darah, fungsi ginjal dan faktor setempat. Jika kadar
asam urat 11 mg/dl ditemukan tofu pada beberapa tempat. Seperti
tulang rawan, tendon, jaringan lemak dan lainnya Tofu yang besar
mudah terlihat dan dapat menimbulkan kecacatan seperti sendi kaku
dan menonjol.(Nurjaknah,2010)
3. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d agen cedera biologis
2) Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat (mis : merokok, gaya hidup monoton,
imobilitas).
4) Gangguan Citra Tubuh b/d respon non verbal terhadap perubahan
actual pada tubuh (mis, penampilan, struktur, fungsi)
5) Konfusi Kronik b/d demensia
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSIS NOC NIC
O
1. Nyeri Akut b/d agen NOC : Pain Level NIC : Manajemen Nyeri
cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam 1. Berikan penyuluhan kesehatan tentang
diharapkan pain level dalam batas normal dengan penyakit yang diderita
kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif yang meliputi lokasi
No Kriteria hasil A T
karakteristik durasi, frekuensi, beratnya
1 Nyeri yang dilaporkan 1 5
nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2 Mengerang dan menangis 1 5 3. Observasi adanya petunjuk nonverbal
3 Ekpresi nyeri wajah 1 5 mengenai ketidaknyamanan.
tubuh
Penyesuaian 2 2
terhadap
perubahan
tampilan fisik
Keterangan
dengan benar
Indikator :
1 Berat
2 Cukup berat
3 Sedang
4 Ringan
5 Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, B. 2015. Gambaran Kadar Asam Urat Darah pada Kelompok Tani
Rumput Laut Merta Terpadu Desa Ped Kecamatan Nusa Penida
KabupatenKlungkung.
http://sim.poltekkesdenpasar.ac.id/digilib/index.php?page=showOff&ko
e=KT160044&file=uploads%2Fuploadtamandiri
%2FP07134013008%2FI_KAD EK_BUDI_ASTAWAN-
P07134013008.pdf. Diakses pada 14 Juni 2018.
Lioso, J.P., R.C. Sondakh, dan B.T. Ratag. 2015. Hubungan Antara Umur, Jenis
Kelamin dan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Asam Urat Darah pada
Masyarakat yang Datang Berkunjung Di Puskesmas Paniki Bawah Kota
Manado.http://fkm.unsrat.ac.id/wp
content/uploads/2015/05/JURNALJILLY-1.pdf%0A. Diakses tanggal 11
Juni 2018.
Musfira. 2014. Pola Konsumsi Purin dan Kadar Asam Urat pada Mahasiswa
Obesitas Angkatan di Universitas Hasanuddin
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/15329. Diakses tanggal
13 Juni 2018.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Edited by Ola. Jakarta:
NOTEBOOK
Setyo Upoyo, 2014, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam
Urat Pada Pekerja Kantor Di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
Kabupaten Brebes, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009. Jurusan keperawatan
FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.